Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Andreas Ronken CEO raksasa cokelat dari Jerman Ritter Sport mengungkap menerima ancaman kematian karena masih mensuplai cokelat ke Rusia. Dia memastikan tidak akan menghentikan langkahnya itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Banyak perusahaan dari negara-negara Barat memutuskan hubungan dengan Rusia sejak Negeri Beruang Merah itu memulai operasi militernya di Ukraina pada Februari 2022. Perusahaan-perusahaan yang memutuskan mempertahankan hubungan dengan Rusia, menjadi sasaran tekanan yang dipimpin politikus dan aktivis Ukraina yang mendesak mereka untuk menghentikan bisnisnya di Rusia. Dalam sejumlah kasus, mereka menghadapi ancaman boikot.
Dalam wawancara dengan majalah asal Jerman, Focus, yang dipublikasi pada Kamis, 29 Mei 2024, Ronken mengatakan mendapat ancaman. Namun dia menolak memberikan informasi lebih detail.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami sudah membuat keputusan yang tepat (tetap membuat dan mensuplai cokelat di Rusia). Saya akan tetap membuat keputusan yang sama,” kata Ronken dalam wawancara tersebut.
Ronken mengungkap Rusia adalah pasar Ritter Sport terbesar kedua. Dengan begitu, jika Ritter Sport harus angkat kaki dari Negeri Beruang Merah itu, maka pihaknya harus PHK sekitar 200 karyawan yang bekerja di pabrik Waldenbuch yang berlokasi di negara bagian Baden-Wuerttemberg, Jerman.
Ronken mengungkap pihaknya sudah mendonasikan uang sebesar 1 juta euro (Rp17 miliar), di mana uang donasi itu dihasilkan dari penjualan cokelat di Rusia. Uang tersebut akan dialokasikan untuk membantu Ukraina.
“Kita pastinya tidak bisa lagi lepas dari segala hal menyangkut politik. Kita mungkin tak lama akan punya masalah dengan Cina. Perusahaan kami tidak bisa mensuplai hanya pada negara-negara yang 10 persen sesuai dengan moral-moral kami,” kata Ronken.
Sebelumnya pada awal tahun ini, kelompok aktivis Vitsche menyerukan dua supermaket besar di Jerman agar memboikot cokelat Mika karena perusahaan itu masih melakukan aktivitas bisnis di Rusia. Sedangkan perusahaan Mondelez sudah di blacklist oleh Ukraina pada akhir tahun lalu sebagai bentuk tekanan untuk memutuskan hubungan dengan Moskow.
Sumber: RT.com
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini