Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dirjen Badan Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pamannya dibunuh oleh pasukan Eritrea di wilayah Tigray utara yang dilanda perang di Ethiopia. Hal ini diungkapkan Tedros di akhir konferensi pers tentang COVID-19 di Jenewa, Rabu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seperti dilansir Al Jazeera Kamis 15 Desember 2022, Tedros mengungkapkan bahwa dia hampir membatalkan acara tersebut. “Saya tidak dalam kondisi yang baik dan itu adalah momen yang sulit bagi saya.”
"Saya diberitahu bahwa paman saya dibunuh oleh tentara Eritrea," kata pria berusia 57 tahun itu kepada wartawan. “Saya berbicara dengan ibu saya dan dia sangat terpukul, karena dia adalah yang termuda dari keluarga mereka dan dia hampir seumuran dengan saya, seorang paman muda.”
Tedros adalah mantan menteri Ethiopia yang berasal dari Tigray. Dia sebelumnya telah menjadi pengkritik vokal atas peran Ethiopia dalam konflik yang telah menewaskan puluhan ribu orang dan membuat jutaan orang terlantar di Tigray.
Pemerintah Ethiopia dan pasukan regional dari Tigray setuju pada November untuk menghentikan permusuhan, dalam sebuah terobosan setelah pertempuran selama dua tahun.
Namun—pasukan dari Eritrea dan pasukan dari wilayah tetangga Amhara di Ethiopia— yang bertempur bersama militer Ethiopia di Tigray, bukanlah pihak dalam gencatan senjata yang ditandatangani di Afrika Selatan.
“Saya berharap perjanjian [perdamaian] ini akan bertahan dan kegilaan ini akan berhenti. Namun, ini adalah momen yang sangat sulit bagi saya,” kata Tedros, menambahkan bahwa lebih dari 50 orang lainnya telah tewas dalam insiden yang sama.
Namun dia tidak membocorkan lokasi atau waktu dugaan penyerangan tersebut.
Tedros mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa tahun lalu sepupunya tewas dalam serangan di Tigray ketika sebuah gereja diledakkan, tetapi dia tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Pada konferensi pers pada 2 Desember, Tedros mengemukakan kekhawatiran tentang daerah yang masih berada di bawah kendali pasukan Eritrea.
Perang meletus di Tigray pada November 2020. Perang ini mengadu pasukan Tigrayan melawan pasukan federal dan sekutunya, termasuk Eritrea dan pejuang dari Amhara. Konflik tersebut menyebabkan kematian yang tak terhitung jumlahnya, memaksa lebih dari dua juta orang meninggalkan rumah mereka dan mendorong ratusan ribu orang ke ambang kelaparan.
Pemerintah Ethiopia, yang menentang masa jabatan kedua Tedros sebagai kepala badan kesehatan global, menuduhnya mencoba mendapatkan senjata dan dukungan diplomatik untuk pasukan pemberontak – tuduhan yang dibantahnya. Otoritas Ethiopia dan Eritrea tidak segera menanggapi permintaan Reuters untuk mengomentari tuduhan tersebut.
AL JAZEERA