Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Drone Hantam Pengungsi Rohingya di Perbatasan Myanmar, Ratusan Orang Tewas

Suku Rohingya kembali menjadi korban kekerasan. Dalam pertikaian antara Arakan Army dan Junta Myanmar, warga Rohingya tewas diserang drone.

12 Agustus 2024 | 08.38 WIB

Petugas dari United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) mendata imigran etnis Rohingya di Desa Kwala Langkat, Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Utara, Kamis, 23 Mei 2024. Sebanyak 51 imigran etnis Rohingya terdampar di kawasan tersebut pada Rabu (22/5) sekitar pukul 10.00 WIB. ANTARA FOTO/Fransisco Carolio
Perbesar
Petugas dari United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) mendata imigran etnis Rohingya di Desa Kwala Langkat, Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Utara, Kamis, 23 Mei 2024. Sebanyak 51 imigran etnis Rohingya terdampar di kawasan tersebut pada Rabu (22/5) sekitar pukul 10.00 WIB. ANTARA FOTO/Fransisco Carolio

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Serangan pesawat tak berawak atau drone terhadap warga Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar menewaskan ratusan orang, termasuk keluarga dengan anak-anak. Sejumlah saksi mata menggambarkan para korban yang selamat berusaha mengidentifikasi kerabat yang meninggal dan terluka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Empat saksi, aktivis dan seorang diplomat menggambarkan serangan pesawat tak berawak pada hari Senin yang menewaskan warga Rohingya yang sedang menunggu untuk menyeberangi perbatasan dari Myanmar ke negara tetangga Bangladesh. Seorang wanita hamil tua dan putrinya yang berusia 2 tahun termasuk di antara korban dalam serangan itu, serangan paling mematikan terhadap warga sipil di negara bagian Rakhine selama beberapa minggu terakhir. Pertempuran pecah di Rakhine antara pasukan junta dan pemberontak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Tiga saksi mata mengatakan pada hari Jumat bahwa Tentara Arakan bertanggung jawab atas serangan itu. Namun tuduhan tersebut dibanntah oleh Tentara Arakhan. Milisi dan militer Myanmar saling menyalahkan. Jumlah korban tewas dalam serangan itu belum bisa diidentifikasi.

Video yang diunggah di media sosial menunjukkan tumpukan mayat berserakan di tanah berlumpur. Koper dan ransel berserakan di sekitar mereka. Tiga orang yang selamat mengatakan lebih dari 200 orang telah meninggal sementara seorang saksi mata mengatakan telah melihat sedikitnya 70 mayat.

Seorang saksi mata, Mohammed Eleyas yang berusia 35 tahun, mengatakan bahwa istrinya yang sedang hamil dan putrinya yang berusia 2 tahun terluka dalam serangan tersebut dan kemudian meninggal. Ia berdiri bersama mereka di tepi pantai ketika pesawat tanpa awak mulai menyerang kerumunan, kata Eleyas dari sebuah kamp pengungsi di Bangladesh.

"Saya mendengar suara tembakan yang memekakkan telinga beberapa kali," katanya. Eleyas mengatakan dia berbaring di tanah untuk melindungi dirinya. Saat dia bangun, dia melihat istri dan putrinya terluka parah dan banyak kerabatnya yang tewas.

Saksi kedua, Shamsuddin, 28 tahun, mengatakan dia selamat bersama istri dan bayi laki-lakinya yang baru lahir. Saat ditelepon dari kamp pengungsi di Bangladesh, dia mengatakan bahwa setelah serangan itu banyak orang tewas dan beberapa orang berteriak kesakitan karena luka-luka.

Kapal-kapal yang membawa warga Rohingya yang melarikan diri, juga tenggelam di Sungai Naf yang memisahkan kedua negara pada hari Senin. Puluhan orang tewas, menurut dua saksi mata dan media Bangladesh.

Juru bicara Komisi Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi mengatakan bahwa badan tersebut mengetahui kematian pengungsi akibat terbaliknya dua perahu di Teluk Benggala. PBB telah mendengar laporan tentang kematian warga sipil di Maungdaw tetapi tidak dapat mengonfirmasi jumlah atau keadaan sebenarnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus