Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

Cukup banyak kerusakan yang telah terjadi di Laut Cina Selatan, di antaranya 4 ribu terumbu karang rusak.

17 Maret 2024 | 14.35 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Peneliti dan Wakil Direktur Asia Maritime Transparency Initiative CSIS Harrison Prtat. Sumber: istimewa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Laut Cina Selatan adalah salah satu wilayah laut terkaya di dunia, termasuk kaya dengan beragam spesies terumbu karang. Namun seiring dengan pembangunan fasilitas militer di kawasan tersebut oleh negara-negara bersengketa, kerusakan terumbu karang di Laut Cina Selatan sekarang ini diyakini yang paling parah dibanding perairan lain.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kerusakan ekosistem di Laut Cina Selatan sangat disayangkan. Code of Conduct (CoC) Laut Cina Selatan yang sampai sekarang belum difinalisasi padahal sudah 20 tahun lebih negosiasi, memperparah kerusakan di Laut Cina Selatan. Riset yang dilakukan Asia Maritime Transparency Initiative CSIS menemukan telah terjadi penangkapan ikan secara berlebihan, di mana sampai 2019 sudah 12 ribu ton terjadi penangkapan ikan di Laut Cina Selatan.  

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Temuan lain adalah 20 ribu total area terumbu karang dihancurkan oleh Beijing lewat pengerukan dan pembangunan pulau-pulau buatan serta penangkapan giant clam. Berikut wawancara lengkap Tempo pada Jumat, 15 Maret 2024, bersama Wakil Direktur Asia Maritime Transparency Initiative CSIS Harrison Prétat perihal kondisi ekosistem laut di Laut Cina Selatan.   

 

Berapa lama riset yang dilakukan Asia Maritime Transparency Initiative hingga menyimpulkan parahnya kerusakan terumbu karang di Laut Cina Selatan?

Sekitar 1,5 tahun-an lalu kami memulai riset ini dan rampung dalam tempo sekitar 1 tahun. Riset dilakukan pada seluruh wilayah laut cina selatan dan difokuskan pada kondisi terumbu karang di Laut Cina Selatan. 

Apa saja tantangan saat riset?

Untuk pengambilan bagian gambar satelit, tak banyak tantangan. Sangat mudah untuk mengukur area dalam jangkauan satelit, hanya saja data perikanan khususnya untuk melihat data ilegal fishing - defining ilegal fishing di Laut Cina Selatan, itu sangat sulit karena wilayah ini yang mengklaimnya berbeda-beda (banyak negara). Bukan hanya itu, datanya juga tak cukup untuk membedakan mana ilegal fishing dan legal fishing.

Data dan riset kami tidak berasal dari local institution di Cina. Sedangkan untuk data satelitnya berasal dari perusahaan komersial yang bisa dibeli. Adapun data perikanan, kami reconstructed data dari universitas (Universitas British Colombia).

Sebelum kami memulai proyek ini, kami sudah bisa melihat kalau Cina dan Vietnam telah banyak melakukan pembangunan fasilitas di kawasan Laut Cina Selatan. Lalu lewat studi lebih dalam yang kami lakukan terhadap semua negara yang terlibat, kami pun menghitung ulang agar bisa melakukan penilaian yang adil terhadap aktivitas semua negara. Dari perspektif itu, kami ingin meng-cover all the coastal state secara adil dan melihat angka-angka.

Bagaimana lingkungan Laut Cina Selatan dalam lima tahun ke depan kalau kita tak lakukan apapun?

Kami telah mendokumentasikan cukup banyak kerusakan yang telah terjadi dan orang-orang yang sedang berbuat kerusakan. Kami tak punya cukup detail untuk mengatakan kapan kerusakan ini menjadi kerusakan yang tak bisa digantikan atau diperbaiki. Untuk tahu bagaimana kondisi lingkungan Laut Cina Selatan dalam lima tahun ke depan, kami perlu melakukan riset lebih banyak mulai dari sekarang.

Lembaga kajian kami di Washington telah melakukan riset yang bisa kami lakukan. Namun coastal states dan marine scientist juga perlu bertindak dan mengukur seberapa buruk kerusakan lingkungan yang sudah terjadi.

Apa teknologi kelautan yang aman bagi nelayan yang ingin mencari ikan di Laut Cina Selatan, tapi tak merusak ekosistemnya?

Saya tidak punya rekomendasi khusus soal metode fishing practice yang sustainable. Namun saya bisa katakan pukat (trawling) adalah alat yang paling merusak. Jika kita ingin melindungi lingkungan, dan tak mau menghancurkan spesies sekitar, maka penggunaan pukat perlu dihentikan.

Selain kerusakan parah pada terumbu karang, bagaimana dengan masalah sampah di Laut Cina Selatan? 

Kami tidak memfokuskan pada masalah sampah di lingkungan Laut Cina Selatan dalam riset kami. Sedangkan untuk kerusakan pada terumbu karang, kami punya dokumentasinya. Tidak seluruh kerusakan lingkungan di Laut Cina Selatan kami ukur, namun ada kemungkinan kerusakan yang lebih besar atau banyak yang belum mampu kami ukur karena ada teknik-teknik khusus yang harus dilakukan.

Riset apa yang sedang kamu persiapkan untuk tahun depan?

Kami sudah menggunakan sarana dan prasarana yang kami punya untuk melakukan tugas riset sebanyak mungkin. Kami pun mendorong negara-negara bersengketa agar jangan diam saja atau mengutus ilmuwan ke wilayah perairan ini untuk mengukur kerusakan lingkungan yang terjadi. Kami sudah mengukur kerusakan yang terjadi dengan alat-alat kami dari kejauhan. Sedangkan dari perspektif kelautan, riset akan tergantung pada tenaga profesional yang berpengalaman, berilmu dam punya peralatan lebih lengkap.

Apa rekomendasi Anda berdasarkan riset yang sudah dilakukan?

Terkait terumbu karang, (bisa diteliti) soal dampak dari hilangnya terumbu karang ini pada spesies-spesies yang sangat bergantung pada terumbu karang di Laut Cina Selatan. Jadi, bagaimana kerusakan teumbu karang itu berdampak pada spesies-spesies tersebut sangat penting untuk difahami.

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus