Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Forum dialog bertema “Development in Indonesia: Lessons Learned from Papua and for the Pacific” digelar di Greenhouse Coworking, Suva, Fiji pada 27 November lalu. Forum ini dihelat untuk memperbincangkan kemajuan pembangunan di provinsi Papua, Indonesia, mempromosikan kekayaan kebudayaan lokal, dan menunjukkan pencapaian yang signifikan di wilayah timur paling ujung kepulauan Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari laman resmi Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, acara ini dihadiri oleh beragam peserta, termasuk pemimpin gereja, perwakilan kelompok komunitas, Indonesian Scholarship Fiji Alumni (ISFA), pelajar Fiji, pejabat pemerintah Fiji, LSM yang berbasis di Fiji, mahasiswa Indonesia di Fiji, think tank, media lokal, dan perwakilan dari Fiji-Indonesia Friendships Association (FIFA).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Forum dimulai dengan pemutaran video yang menampilkan keindahan alam Papua, kemajuan pembangunan, dan kesamaan budaya dengan Fiji.
“Interaksi dan diskusi yang produktif antara para pembicara dari Indonesia dan Fiji diharapkan dapat menghasilkan pemikiran baru mengenai model-model pembangunan berkelanjutan yang dapat diterapkan di Papua dan Fiji.” kata Duta Besar RI untuk Fiji, Dupito Simamora, pada sambutan pembukaannya.
Sokovoli Ordovakavula, seorang profesional teknik sipil dan Presiden ISFA, berperan sebagai moderator dalam diskusi. “Banyak tantangan yang dihadapi Papua dalam hal kemajuan sosial dan ekonomi, juga mirip dengan yang terjadi di Fiji dan negara kepulauan lain di Pasifik.
Dalam kaitan ini penting kiranya untuk mempelajari berbagai kebijakan dan inisiatif unik di Papua yang dapat diadaptasi untuk mendukung kemajuan sosial dan ekonomi di Fiji.” ujar Ordovakavula mengawali pembahasan diskusi antara para pembicara.
Pendeta Alberth Yoku, yang menjadi salah satu pembicara, menyoroti soal kemajuan nyata di Papua di bawah Kerangka Otonomi Khusus yang diberikan oleh pemerintah Indonesia. Dia menjelaskan soal kebijakan publik yang mempertimbangkan norma adat dan toleransi antaragama untuk mendorong partisipasi politik, ekonomi, pendidikan, dan kesehatan guna mempercepat pembangunan.
Ketua Pemuda Tradisional Tabi di Papua, Pascal Norotouw, berbicara ihwal urgensi peran pemuda dalam pembangunan kapasitas sumber daya manusia dan sosial di Papua. Dia turut menekankan pentingnya pendidikan dan kolaborasi pemuda demi meningkatkan sikap saling pengertian dan harmoni antarkomunitas etnis di Papua dan negara bagian Indonesia lainnya.
Ketua Lembaga Masyarakat Adat Papua, Lenis Kogoya, menjelaskan bahwa komunitas akar rumput berperan vital dalam memfasilitasi komunikasi antara pemerintah dan warga Papua. Dia menekankan urgensi kolaborasi dalam pendidikan dan pembangunan sosial-ekonomi antara komunitas Melanesia di Papua dan daerah Pasifik, khususnya Fiji.
Pada sesi diskusi, Amit Prakash, seorang konsultan ekonomi independen, memfokuskan pembahasannya pada lima temuan kunci yang akan direkomendasikan kepada Sekretariat Melanesian Spearhead Group (MSG). Temuan tersebut berhubungan dengan inisiatif untuk meningkatkan perdagangan antara Fiji dan negara-negara independen di kawasan Melanesia.
Berkenaan dengan itu, Direktur Sementara untuk Layanan Aset & Infrastruktur di Kementerian Pendidikan Fiji, Serupepeli Udre, membahas tantangan akses terhadap pendidikan yang berkualitas dan inklusif. Dia juga berbagi rencana kolaborasi yang potensial antara pemerintah Indonesia dan Fiji terkait Rencana Pembangunan Nasional dan Kerangka Kebijakan Pendidikan Nasional Fiji untuk 2024-2033.
Tak hanya itu, acara diakhiri dengan penyerahan bantuan teknis dari pemerintah Indonesia untuk memodernisasi sekolah-sekolah publik Fiji dan meningkatkan program pengembangan pemuda di komunitas lokal.
Duta Besar Dupito Simamora secara simbolis menyerahkan peralatan komputer dan peralatan sekolah baru senilai FJD 175.642 kepada salah satu kepala sekolah, Timoci Vosailagi, serta alumni Queen Victoria School. Dupito juga menyerahkan peralatan olahraga baru kepada komunitas di Navua di Fiji dengan bekerja sama dengan Sekretaris Jenderal FIFA.