Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok Hamas pada Sabtu, 1 Februari 2025, menyerahkan tiga sandera warga negara Israel sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata untuk mengakhiri 15 bulan perang Gaza berkecamuk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketiga sandera yang dibebaskan itu, pertama Ofer Kalderon yang punya dua kewarganegaraan yakni Israel dan Prancis. Kedua, Yarden Bibas dan ketiga Keith Siegel yang juga punya dua kewarganegaraan yaitu Israel dan Amerika Serikat. Kalderon dan Bibas diserahkan Hamas lewat Palang Merah di Khan Younis. Sedangkan Siegel, diserahkan secara terpisah beberapa jam kemudian di Gaza City.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hamas mengatakan istri Bibas ikut diculik, namun sudah tewas akibat sebuah serangan Israel pada November 2023 bersama dua anak mereka yakni Kfir, bayi 9 bulan dan Ariel, balita 4 tahun. Kedua anak itu tercatat sebagai sandera termuda.
Sebagai imbalan atas pembebasan Bibas, Siegel dan Kalderon, Israel akan membebaskan 182 warga Palestina yang ditahan Tel Aviv di sejumlah penjara di Negeri Bintang Daud. Kalderon disandera Hamas bersama dua anaknya yang bernama Erez dan Sahar. Namun Erez dan Sahar sudah dibebaskan pada November 2023.
Sebelum diserahkan ke Palang Merah, Kalderon dan Bibas, sama-sama diperlihatkan ke publik oleh Hamas ke sebuah panggung di Khan Younis. Latar belakang panggung itu didekorasi dengan gambar mantan komandan Hamas, Mohammad Deif, yang gugur pada pekan ini.
Dalam proses serah-terima ini, beberapa anggota Hamas muncul ke publik dalam seragam. Kehadiran mereka memperlihatkan membawa arti bahwa Hamas masih bercokol di Gaza walau wilayah itu sekarang sudah remuk.
Selain pembebasan sandera, pada Sabtu, 1 Februari 2025, untuk pertama kalinya juga warga Palestina bisa menyeberang dari Gaza ke Mesir karena perbatasan Rafah dibuka. Sebagai tahap awal, 50 anggota Hamas yang luka-luka dan 50 warga sipil yang juga luka-luka bersama keluarga yang mendampingi mereka, diperbolehkan melintasi perbatasan Rafah atas dasar kemanusiaan. Dalam kesempatan itu, sekitar 100 warga Gaza yang kebanyakan mahasiswa, juga diperbolehkan melintas.
Total 15 sandera dari sisa 33 sandera sudah dibebaskan Hamas dalam kesepakatan gencatan senjata kali ini, yang ditukar dengan pembebasan 400 warga Palestina yang ditahan Israel di berbagai penjara di Negeri Bintang Daud itu. Gencatan senjata ini akan berlangsung selama enam pekan, yang dimediasi oleh Mesir dan Qatar serta didukung Amerika Serikat. Sampai berita ini diturunkan, gencatan senjata ini masih sesuai harapan meski ada sejumlah insiden yang muncul dari kedua belah pihak yang bisa menciderai kesepakatan
Negosiasi akan kembali berlanjut pada Selasa, 4 Februari 2025, untuk membebaskan lebih dari 60 sandera warga Israel dan penarikan pasukan Israel dari Gaza tahap kedua. Dalam serangan 7 Oktober 2023, Hamas menculik lebih dari 250 sandera.
Sumber: Reuters
Pilihan editor: Tabrakan Pesawat dan Helikopter Black Hawk: Sedikitnya 19 Tewas, Termasuk Atlet AS dan Rusia
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini