Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kapal Northern Pathfinder pada Selasa, 21 Januari 2025, siap melakukan pelayaran perdana dari Singapura ke Norwegia. Kapal Northern Pathfinder mencuri perhatian dunia karena ini adalah kapal pembawa carbon capture lintas negara pertama di dunia atau yang dikenal dengan Northern Lights.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kapal ini berlabuh di terminal Tanjong Pagar, Singapura, pada 16 dan 17 Januari 2025. Kapal Northern Pathfinder memiliki panjang 130 meter dan punya dua tangki yang bisa memuat sekitar 8 ribu ton carbon dioksida cair (CO2).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kapal Northern Pathfinder belum lama ini ke Singapura untuk melakukan pengisian bahan bakar. Kapal ini dibuat di Cina, lalu akan berlayar ke Norwegia, di mana di negara itu sudah ada fasilitas penyimpanan sementara CO2.
Dari Norwegia, carbon dioksida cair lalu akan dialirkan ke tempat penyipanan bawah laut di Laut Utara. Inisiatif ini digagas oleh Shell, TotalEnergies, dan Equinor. Proyek ini bertujuan untuk membangun pasar penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) komersial di Eropa.
Pada 17 Januari 2025, perwakilan dari pelaku industri dan wartawan mendapat izin untuk melihat-lihat lebih dekat kemampuan Kapal Northern Pathfinder. Kapal ini adalah satu dari empat kapal milik Shell yang dirancang untuk mengangkut carbon capture. Satu kapal lainnya yang dinamai Northern Pioneer sudah berlayar dari Cina ke Norwegia pada November 2024.
Bicara soal carbon capture, Indonesia sedang mengkaji kemungkinan menyewakan ke negara-negara kawasan, tempat penyimpanan karbon yang lokasinya di dalam perut bumi (onshore) dan di lepas pantai (offshore). Indonesia CCS Center dalam laporannya mengungkap potensi penyimpanan emisi karbon di Indonesia mencapai 600 gigaton (GT).
Direktur Eksekutif Indonesia CCS Center (ICCSC) Belladonna Troxylon Maulianda, mengakui penyewaan area untuk carbon capture yang sedang dikaji Indonesia ini, berkaca pada Norwegia, negara yang telah berhasil mengoperasikan carbon capture storage (CCS) pertama dunia.
"Ini kami berkiblat ke Norwegia. Norwegia itu juga sedang membangun CCS hub tapi di bagian utara dunia. Sedangkan Indonesia di bagian selatan dunia," kata Belladonna, Minggu 19 Januari 2025, di Bogor.
Pada 1996 Norwegia membuat proyek perdana CCS yang dinamai Sleipner. Proyek ini memiliki kapasitas 0,9 metrik ton CO2 per tahun dengan nilai investasi sebesar USD92 miliar (Rp1.503 triliun). Lanjut pada 2008, Norwegia mengembangkan proyek CCS yang dinamai The Snohvit dengan investasi USD191 miliar (Rp3.120 triliun) berkapasitas 0,7 metrik ton CO2 per tahun.
Sumber: scandasia.com
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini