Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang staf Badan Pengungsi Palestina PBB (UNRWA) sekaligus jurnalis foto yang terluka parah dan kehilangan kedua kakinya akibat pengeboman Israel di Gaza utara, telah tiba di Qatar untuk mendapatkan perawatan. Hal ini diungkapkan kepala UNRWA, Philippe Lazzarini pada Senin 29 April 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Abdallah “secara ajaib selamat” dari luka-lukanya, tetapi kemudian dibawa ke Rumah Sakit al-Shifa di mana dia “menyaksikan kengerian dari pengepungan selama dua minggu oleh Pasukan Israel”, kata Lazzarini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia kemudian dipindahkan “dengan susah payah” ke Rafah, Lazzarini menambahkan dalam sebuah postingan di media sosial.
Ketua UNRWA itu berterima kasih kepada Menteri Negara Kerjasama Internasional Qatar Lolwah Alkhater dan Kementerian Luar Negeri Qatar karena membantu Abdallah “menerima perawatan penyelamatan nyawa yang dia butuhkan”.
PBB mengatakan bahwa 180 pegawai UNRWA telah tewas di Gaza sejak Oktober dan banyak lagi yang terluka parah akibat sernagan brutal Israel.
Lazzarini memperingatkan bahwa ada upaya Israel untuk menghancurkan UNRWA meski bencana kemanusiaan sedang berlangsung di Jalur Gaza yang dibombardir dan dikepung. Jika upaya Israel ini berhasil, akan memiliki konsekuensi yang menghancurkan.
Berbicara di Dewan Keamanan PBB pada Rabu, 17 April 2024, Philippe Lazzarini mengatakan bahwa pekerjaan UNRWA sekarang lebih penting dari sebelumnya dan memohon perlindungan.
Lazzarini mengatakan bahwa sementara permintaan UNRWA untuk mengirimkan bantuan ke Gaza utara berulang kali ditolak, kantor-kantornya dan para pegawainya di Gaza menjadi sasaran serangan, dengan total 180 personel UNRWA terbunuh sejak dimulainya perang.
Penjelasan ini diadakan saat UNRWA menghadapi tekanan atas tuduhan Israel bahwa 12 anggota stafnya berpartisipasi dalam serangan yang dipimpin oleh kelompok Palestina Hamas di dalam wilayah Israel pada 7 Oktober, yang menewaskan lebih dari 1.100 orang. Akibat tuduhan itu, sejumlah negara Barat telah memotong dana untuk badan tersebut.
"Hingga hari ini, Israel belum memberikan bukti untuk mendukung klaim tersebut baik kepada kepala UNRWA maupun sekretaris jenderal PBB," kata Gabriel Elizondo dari Al Jazeera, yang melaporkan dari markas besar PBB di New York.
AL JAZEERA