Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Wellington – Pemerintah Kota Hamilton, Selandia Baru, memutuskan untuk memindahkan patung seorang komandan angkatan laut Inggris John Hamilton karena protes dari komunitas Maori.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ini terjadi di tengah gelombang protes global terhadap sejumlah patung, yang dianggap mendukung perbudakan dan kolonialisme seperti dilansir CNN.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gelombang protes ini dipicu tewasnya seorang pria kulit hitam, George Floyd, dalam proses penangkapan oleh seorang polisi kulit putih bernama Derek Chauvin di Minneapolis, Amerika Serikat, pada 25 Mei 2020.
“Kami tidak bisa mengabaikan apa yang sedang terjadi di seluruh dunia dan sebaiknya tidak mengabaikan. Pada saat kita mencoba membangun toleransi dan pemahaman lintas budaya dan komunitas, saya pikir patung itu tidak membantu menjembatani jurang yang terjadi,” kata Paula Southgate, wali kota Hamilton, seperti dilansir Reuters pada Jumat, 12 Juni 2020.
Protes di Australia dan Selandia Baru ini berfokus pada tindak kekerasan yang dilakukan para penguasa Eropa terhadap warga asli seperti Aborigin dan Maori.
Ribuan orang turun ke jalan selama sepekan terakhir memprotes sikap rasisme dan kolonialisme di Australia dan Selandia Baru.
“Patung Komandan John Hamilton di Kota Hamilton diturunkan sehari setelah seorang pemimpin Maori mengancam akan menghancurkan patung itu,” begitu dilansir Reuters.
Komandan Hamilton memimpin resimen dalam Pertempuran Gate Pa antara pemerintah kolonial melawan suku Maori pada 1860. Hamilton terbunuh dalam perang ini.
Sebelum saat ini, komunitas Maori telah berulang kali meminta patung itu diturunkan. Patung itu sempat dirusak pada 2018.