Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte Sarankan agar Para Senator Dibom

Mantan presiden Rodrigo Duterte menggalang oposisi ketika keluarganya berusaha menantang mayoritas kongres Presiden Marcos.

15 Februari 2025 | 04.00 WIB

Presiden Filipina Rodrigo Duterte tiba bersama putri sekaligus ibu negara Sara Duterte-Carpio untuk menghadiri upacara penobatan Kaisar Jepang Naruhito di Tokyo, Jepang 22 Oktober 2019. [Carl Court / Pool via REUTERS]
Perbesar
Presiden Filipina Rodrigo Duterte tiba bersama putri sekaligus ibu negara Sara Duterte-Carpio untuk menghadiri upacara penobatan Kaisar Jepang Naruhito di Tokyo, Jepang 22 Oktober 2019. [Carl Court / Pool via REUTERS]

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan pemimpin Filipina Rodrigo Duterte menyarankan untuk membunuh para senator dalam sebuah ledakan bom untuk memberikan ruang di Senat bagi para kandidat oposisi yang ia sukai seiring dengan memanasnya perang kata-kata yang ia lontarkan kepada Presiden petahana Ferdinand Marcos Jr di tengah-tengah kampanye pemilu sela, Al Jazeera melaporkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Mantan presiden ini membuat komentar tersebut pada Kamis malam dalam sebuah pidato di sebuah kampanye di Manila yang mendukung sembilan kandidat senator oposisi yang akan maju dalam pemilihan umum nasional bulan Mei.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"Ada banyak dari mereka [para senator]. Jadi apa yang harus kita lakukan? Mari kita bunuh saja para senator sekarang agar kita memiliki lebih banyak kursi kosong," ujar Duterte dalam campuran bahasa Filipina dan Inggris, yang disambut sorak-sorai meriah dari para hadirin.

"Jika kita bisa membunuh sekitar 15 senator, maka kita semua bisa masuk ke Senat. Itu akan sangat disayangkan. Beberapa di antara mereka benar-benar menyebalkan. Tapi tidak semua," kata Duterte, yang mencalonkan diri sebagai wali kota Davao, jabatan yang dipegangnya selama dua dekade sebelum menjadi presiden.

"Berbicara tentang peluang, satu-satunya cara untuk melakukannya adalah dengan menggunakan bom," ujar Duterte. Pernyataan Duterte ini membangkitkan kenangan akan pengeboman mematikan pada 1971 dalam sebuah rapat umum kampanye, yang menyebabkan sembilan orang tewas dan puluhan lainnya terluka, termasuk enam senator petahana dan calon senator, serta wali kota Manila.

Pernyataan Duterte ini menyusul pemakzulan putrinya, Wakil Presiden Sara Duterte, yang nasib politiknya, termasuk kemungkinan pemecatan dan diskualifikasi permanen dari jabatan publik, akan diputuskan oleh Senat Filipina yang beranggotakan 24 orang.

Tanggal persidangan untuk Duterte yang lebih muda belum ditentukan, tetapi kemungkinan besar akan dilakukan setelah jajak pendapat pada bulan Mei. Dengan dua pertiga dari jumlah senator yang diperlukan untuk menghukum, komposisi akhir Senat dapat menjadi sangat penting bagi kelangsungan hidup politiknya. Mayoritas senator adalah sekutu Marcos.

Sejarah ancaman

Sebagai calon presiden pada 2016, dan sebagai presiden hingga 2022, Duterte dikenal sering mengeluarkan ancaman yang sarat dengan kata-kata kotor yang ditujukan kepada para pejabat publik, termasuk politisi terpilih, hakim, dan juga polisi, ketika ia melancarkan perang mematikannya terhadap narkoba.

Di bawah kepemimpinannya, sekitar 25 wali kota dan wakil wali kota terbunuh, baik oleh polisi maupun penembak jitu yang tidak dikenal. Beberapa dari mereka yang terbunuh dilaporkan termasuk dalam daftar narkoba Duterte.

Menurut polisi Filipina, perang narkoba Duterte telah menewaskan sedikitnya 7.000 orang, namun para pegiat hak asasi manusia mengatakan bahwa jumlah korban tewas mencapai 30.000 orang. Pembunuhan tersebut kini menjadi subjek penyelidikan oleh Mahkamah Pidana Internasional.

Pada kampanye hari Kamis, Duterte juga memperbarui tuduhannya bahwa Presiden Marcos telah menggunakan obat-obatan terlarang, dan menambahkan bahwa dia mungkin "pengguna heroin yang konstan".

Marcos Jr dan putri Duterte, Sara, mencalonkan diri sebagai sekutu politik pada 2022, membuka jalan bagi kemenangan telak yang bersejarah.

Namun, hanya setahun setelah menjabat, aliansi mereka runtuh karena tuduhan penyalahgunaan dana publik.

Pada November, Sara Duterte menyampaikan pidato yang sarat dengan sumpah serapah yang mengatakan bahwa dia telah memerintahkan seseorang untuk membunuh Marcos jika dia sendiri dibunuh.

Dia juga menuduh Marcos sebagai pemimpin yang lemah dan tidak kompeten, dan menambahkan bahwa dia pernah membayangkan untuk memenggal kepala presiden.

Pada Rabu, Biro Investigasi Nasional Filipina merekomendasikan agar tuntutan pidana diajukan terhadap wakil presiden atas dugaan ancamannya untuk membunuh Marcos Jr.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus