Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock, mengutarakan kekhawatiran atas perang Israel-Hamas yang sudah berlangsung selama empat bulan. Baerbock dalam kunjungannya ke Yerusalem pada 14 Februari 2024, menegaskan kembali posisi Jerman yang memiliki tanggung jawab mendukung keamanan rakyat Israel. Jerman berharap serangan 7 Oktober oleh Hamas tidak pernah terjadi lagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Hari ini, saya kembali mengadakan pembicaraan intensif tentang hal ini dengan mitra-mitra Israel kami, bertukar pendapat secara terbuka, dan jujur tentang cara kami mencari jalan keluar dari dilema luar biasa ini bersama-sama," kata Baerbock seperti dipublikasi lewat keterangan Pers oleh Kedutaan Besar Jerman di Jakarta pada Selasa, 20 Februari 2024.
Serangan di Jalur Gaza telah membawa kematian dan penderitaan sehingga Jerman mengharapkan anggota Hamas prihatin kepada para perempuan, laki-laki, dan anak-anak di Palestina yang telah menderita di Gaza selama berbulan-bulan akibat pertempuran, dengan segera meletakkan senjata mereka.
Lebih dari separuh warga Gaza saat ini mengungsi ke Rafah, yakni wilayah sempit yang menampung 1,3 juta manusia. Banyak dari mereka mengikuti perintah evakuasi Israel dan melarikan diri dari wilayah pertempuran di sisi utara Gaza, dengan menggendong
anak-anak dan hanya dengan pakaian yang melekat di badan. Apabila tentara Israel meluncurkan serangan ke Rafah dalam kondisi seperti ini, bencana kemanusiaan akan terjadi.
Jerman mengingatkan, warga Gaza membutuhkan tempat dan koridor yang aman agar tidak terjebak dalam baku tembak. Hal ini telah dibahas Baerbock dalam kunjungan kerja ke Yerusalem secara intensif.
"Dalam rangkaian pembicaraan saya, saya bersikeras agar semakin banyak titik perbatasan egera dibuka sehingga semakin banyak bantuan kemanusiaan dan persediaan medis dapat menjangkau warga Gaza. Dan para personel bantuan PBB yang berani harus bisa berpegang pada jaminan keamanan agar bantuan ini benar-benar bisa sampai ke tangan warga yang dituju," kata Baerbock.
Baerbock menekankan pihaknya memandang ada kebutuhan mendesak untuk jeda perang yang baru agar ada kesempatan untuk membebaskan sandera dan menyalurkan semakin banyak bantuan kemanusiaan. Telah diusulkan proposal Qatar-Mesir tentang cara jeda perang dapat ditautkan dengan pembebasan sandera.
Menurutnya, ada empat unsur penting terkait perang Gaza, yakni jaminan keamanan, pemerintahan yang fungsional, rekonstruksi Gaza, dan pembangunan negara Palestina yang hidup berdampingan secara damai dan aman dengan Israel dalam kerangka solusi dua negara. Arti jaminan keamanan bagi Israel adalah tidak boleh ada ancaman terhadap rakyat Israel dan arti jaminan keamanan bagi Palestina adalah tidak boleh dilakukan pengusiran rakyat dari Gaza. Tidak boleh ada pengurangan wilayah Gaza, termasuk zona-zona penyangga di pinggiran Jalur Gaza.
Sedangkan pemerintah fungsional membutuhkan suatu pondasi. Otoritas Nasional Palestina adalah perwakilan sah dari rakyat Palestina yang merupakan alternatif yang siap untuk perdamaian. Otoritas yang bersifat otonom ini memerlukan reformasi menyeluruh. Namun demikian, sangat jelas bahwa pondasi untuk pemerintah fungsional harus dikembangkan.
Ada pun yang dibutuhkan untuk rekonstruksi Gaza adalah sejenis Marshall Plan untuk pembangunan ekonomi. Yang dibutuhkan untuk ini bukan hanya struktur, melainkan juga segenap dukungan internasional. Hal ini hanya dapat terwujud jika terwujud kerangka solusi dua negara yang berpatokan pada proses perdamaian.
Pilihan editor: 2 Pelaku Penembakan di Kansas City Didakwa Pembunuhan Tingkat 2
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini