Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Minsk – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo, mengatakan Washington mengikuti perkembangan situasi di Belarus bersama Uni Eropa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat ini, Uni Eropa bersiap memberikan sanksi baru kepada Belarus untuk merespon tindak kekerasan aparat saat menangani pengunjuk rasa. Dua orang demonstran meninggal akibat tindak kekerasan ini. Sedangkan sekitar 6,700 orang demonstran telah ditahan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kementerian Dalam Negeri Belarus mengaku telah membebaskan sekitar 2 ribu orang yang sempat ditahan.
Pemimpin negara tetangga seperti Estonia, Latvia, dan Lithuania, meminta Presiden Belarus, Alexander Lukashenko, menggelar pemilu baru yang bebas dan adil.
“Namun, Lukashenko mengatakan dia tidak butuh masukan negara asing ataupun mediator,” begitu dilansir Reuters pada Ahad, 16 Agustus 2020.
Tokoh oposisi sekaligus kandidat calon Presiden Svetlana Tikhanouskaya meminta masyarakat untuk terus bergerak menekan pemerintah. Dia melarikan diri ke Lithuania karena merasa terancam.
Belakangan, Lukashenko malah mengirim pasukan brigade serangan udara ke perbatasan dengan Polandia.
Dia mengaku merasa khawatir adanya latihan militer NATO di perbatasan dengan Polandia dan Lithuania, yang disebutnya sebagai penumpukan kekuatan bersenjata. Lukashenko telah menelpon Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan meminta bantuan stabilitas keamanan.
Sedangkan di Ibu Kota Minsk, Belarus, warga berkumpul di sebuah lokasi demonstrasi untuk menaruh karangan bunga terkait tewasnya seorang demonstran. Mereka melambaikan bendera dan berteriak ‘pergi saja’ dan ‘Lukashenko seorang pembunuh’.