Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pihak berwenang Filipina menyerahkan surat panggilan pengadilan ke kantor Wakil Presiden Sara Duterte pada Selasa 26 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mereka mengundang dia untuk menjawab pertanyaan penyelidik setelah secara terbuka mengancam akan membunuh Presiden Ferdinand Marcos Jr., Ibu Negara Liza Marcos, dan ketua Dewan Perwakilan Rakyat Martin Romualdez. Hal ini menurut Sara Duterte terjadi jika dia sendiri yang terbunuh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Panggilan pengadilan tersebut memerintahkan Duterte untuk hadir di hadapan Biro Investigasi Nasional pada Jumat 29 November 2024 untuk “menjelaskan penyelidikan atas dugaan ancaman serius.”
Duterte mengatakan pada Senin bahwa dia bersedia menghadapi penyelidikan tetapi menuntut pemerintahan Marcos juga menanggapi pertanyaan-pertanyaannya, termasuk dugaan penyimpangan dalam pemerintahan.
Berdasarkan hukum Filipina, pernyataan publik seperti itu dapat merupakan kejahatan berupa ancaman yang akan merugikan seseorang atau keluarganya dan dapat dihukum dengan hukuman penjara dan denda.
Presiden Ferdinand Marcos Jr. pada Senin menggambarkan ancamannya sebagai rencana kriminal dan berjanji untuk melawannya dan menegakkan supremasi hukum di negara tersebut dalam pertikaian antara dua pemimpin tertinggi negara tersebut.
Polisi nasional dan militer menyatakan kekhawatirannya dan segera meningkatkan keamanan Marcos Jr. Penasihat Keamanan Nasional Eduardo Ano mengatakan ancaman tersebut merupakan masalah keamanan nasional.
Sara Duterte, seorang pengacara berusia 46 tahun, mengatakan pernyataannya bukanlah ancaman sebenarnya, melainkan ekspresi keprihatinan atas keselamatan dirinya karena bahaya yang tidak disebutkan secara spesifik terhadap nyawanya.
Pernyataan pemerintahan Marcos terhadapnya adalah “lelucon” dan bagian dari upaya untuk menganiaya kritikus seperti dia, kata putri mantan presiden Rodrigo Duterte.
Marcos mencalonkan diri bersama Duterte sebagai pasangan wakil presidennya pada pemilu 2022 dan keduanya meraih kemenangan telak dalam seruan kampanye persatuan nasional. Di Filipina, kedua posisi tersebut dipilih secara terpisah.
Namun, kedua pemimpin dan kubu mereka segera berselisih karena perbedaan-perbedaan utama, termasuk pendekatan mereka terhadap klaim teritorial agresif Cina di Laut Cina Selatan yang disengketakan.
Sara Duterte mengundurkan diri dari Kabinet Marcos pada Juni sebagai menteri pendidikan dan kepala badan anti-pemberontakan. Ia juga menjadi salah satu kritikus paling vokal terhadap presiden, istrinya, dan sepupunya Martin Romualdez, yang mengepalai Dewan Perwakilan Rakyat.
DPR telah menyelidiki dugaan penyalahgunaan dana rahasia pemerintah oleh Duterte sebagai wakil presiden dan ketika dia mengepalai Departemen Pendidikan.
AL ARABIYA