Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Belanja militer global naik ke rekor tahun lalu karena perang Ukraina mendorong peningkatan tahunan terbesar dalam pengeluaran di Eropa sejak akhir Perang Dingin tiga dekade lalu, kata lembaga pemikir konflik dan persenjataan terkemuka, Senin, 24 April 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengeluaran militer dunia naik 3,7% secara riil pada tahun 2022 menjadi US$2,24 triliun, Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI) mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Invasi Rusia ke Ukraina, yang dimulai Februari tahun lalu menyusul bertahun-tahun ketegangan yang meningkat, telah mendorong negara-negara Eropa untuk segera memperkuat pertahanan mereka.
Moskow mengatakan "operasi militer khusus" diperlukan untuk melindunginya dari apa yang dilihatnya sebagai Barat yang bermusuhan dan agresif. Ukraina dan sekutu Baratnya mengatakan Rusia mengobarkan perang tak beralasan yang bertujuan merebut wilayah.
Pengeluaran militer Eropa melonjak 13% tahun lalu, terutama karena peningkatan oleh Rusia dan Ukraina, tetapi dengan banyak negara di seluruh benua juga meningkatkan anggaran militer dan merencanakan lebih banyak lagi di tengah meningkatnya ketegangan.
"Ini termasuk rencana multi-tahun untuk meningkatkan pengeluaran dari beberapa pemerintah," kata Peneliti Senior SIPRI Diego Lopes da Silva. "Akibatnya, kami memperkirakan pengeluaran militer di Eropa Tengah dan Barat akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang."
Pengeluaran militer Ukraina naik 640% pada 2022, peningkatan tahunan terbesar yang tercatat dalam data SIPRI sejak 1949, dengan jumlah tersebut tidak termasuk sejumlah besar bantuan keuangan militer yang diberikan oleh Barat.
SIPRI memperkirakan bahwa bantuan militer ke Ukraina dari Amerika Serikat menyumbang 2,3% dari total pengeluaran militer AS pada 2022. Meskipun Amerika Serikat adalah pembelanja terbesar di dunia sejauh ini, pengeluaran keseluruhannya hanya naik sedikit secara riil.
Sementara itu, pengeluaran militer Rusia tumbuh sekitar 9,2%, meskipun SIPRI mengakui angka-angka tersebut "sangat tidak pasti mengingat meningkatnya ketidakjelasan otoritas keuangan" sejak perang di Ukraina dimulai.
“Perbedaan antara rencana anggaran Rusia dan pengeluaran militer yang sebenarnya pada 2022 menunjukkan bahwa invasi Ukraina telah merugikan Rusia jauh lebih banyak daripada yang diantisipasi,” kata Lucie Beraud-Sudreau, Direktur Program Pengeluaran Militer dan Produksi Senjata SIPRI.
REUTERS