Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Situasi kudeta Myanmar kian mencekam. Kantor berita Reuters melaporkan, salah satu politisi Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Khin Maung Latt tewas di tahanan. Padahal, ketika ditangkap oleh Kepolisian Myanmar sabtu kemarin, kondisinya masih sehat-sehat saja.
Anggota Parlemen Myanmar dari NLD, Sithu Maung, menyatakan penyebab matinya Khin Maung Latt belum diketahui hingga sekarang. Namun, kata ia, manajer kampanye itu ditemukan tewas dalam keadaan bersimbah darah di bagian kepalanya.
"Ia ditangkap pada Sabtu malam di distrik Pabedan, Yangon," ujar Sithu Maung, dikutip dari kantor berita Reuters, Ahad, 7 Maret 2021.
Kepolisian Myanmar enggan berkomentar soal kematian Kin Maung Latt. Adapun kematian dia menambah jumlah warga Myanmar yang mati sepanjang kudeta berlangsung. Menurut laporan PBB, sudah ada 50 lebih warga yang kehilangan nyawa.
Di saat bersama, unjuk rasa menentang kudeta Myanmar masih berlangsung di berbagai kota. Kurang lebih enam kota di Myanmar yang warganya menggelar unjuk rasa. Yangon masih menjadi salah satu titik terpanas.Pakaian tradisional digantung di tali saat pengunjuk rasa yang memegang perisai berbaris di latar belakang selama protes terhadap kudeta militer di Yangon, Myanmar, Sabtu, 6 Maret 2021. Para pengunjuk rasa menjemur pakaian wanita untuk memperlambat polisi dan tentara karena berjalan di bawah mereka secara tradisional dianggap membawa sial bagi pria. REUTERS
Dalam unjuk rasa di Yangon, Kepolisian Myanmar telah menembakkan gas air mata dan bom asap ke arah warga. Hal itu untuk memukul mundur mereka yang berkumpul di situs bersejarah Kuil Bagan. Bahkan, beberapa saksi mata menyebut Kepolisian juga kembali mempersenjatai senapannya dengan peluru aktif dan menangkap warga yang melawan.
"Mereka membunuh warga seperti membunuh ayam dan burung. Apa yang bakal terjadi selanjutnya jika kita tidak melawan? Kita harus terus melawan," ujar salah satu warga Myanmar, dikutip dari Reuters.
Per berita ini ditulis, sudah ada lebih dari 1700 warga Myanmar yang ditangkap selama kudeta. Pada Sabtu kemarin, Asosiasi Advokat untuk Tahanan Politik mengatakan penangkapan juga terjadi. Adapun warga yang ditangkap, kata mereka, dipukuli terlebih dahulu sebelum kemudian diseret ke mobil tahanan.
Pembunuhan dan penangkapan yang terjadi di Myanmar telah memicu kemarahan dari berbagai negara. Beberapa sudah menjatuhkan sanksi ekonomi dan personal kepada pejabat Militer Myanmar. Amerika pun belum lama ini memperkuat sanksinya dengan memblokir aktivitas dagang Kementerian Pertahanan Myanmar.
Pemerintah Cina, yang selama ini pasif terhadap situasi di Myanmar, berjanji akan lebih proaktif dalam merespon kudeta. Menteri Luar Negeri Cina, Wang Yi, pun menyatakan pihaknya akan menghubungi dan berkomunikasi dengan segala pihak yang terlibat dalam pemerintahan Myanmar sekarang.
Lobyist Israel-Kanada, Ari Ben-Menashe, menyatakan para jenderal Militer Myanmar sudah memberi sinyal akan meninggalkan politik setelah kudeta usai. Selain itu, kata lobyist yang disewa junta tersebut, Myanmar juga akan meningkatkan hubungan dengan Amerika Serikat serta menjauhkan diri dari Cina. Klaim junta, kata Ben-Menashe, Aung San Suu Kyi sudah terlalu dekat dengan Cina.
Baca juga: Junta Myanmar Disebut Mau Perbaiki Hubungan dengan negara Barat dan Jauhi Cina
ISTMAN MP | REUTERS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini