Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Militer Iran menyatakan siap membalas serangan militer Israel ke Palestina. Hal ini buntut serangan bertubi-tubi Israel ke jalur Gaza yang mengakibatkan ribuan warga Palestina menjadi korban. Iran pun dikenal memiliki militer yang kuat. Salah satunya adalah keberadaan pasukan Al Quds.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pasukan Al Quds yang juga dikenal dengan nama Pasukan Quds adalah salah satu unit elit paling terkenal dari Tentara Revolusi Islam Iran (IRGC). Pasukan Al Quds Iran memiliki pengaruh besar dalam politik dan konflik di wilayah Timur Tengah. Selain itu, Pasukan Al Quds juga terkenal karena misi rahasia, intelijen, dan operasi khusus mereka di luar negeri. Lalu seperti apa profil dari pasukan Quds? Berikut profil lengkapnya.
Profil Pasukan Quds
Pasukan Al Quds atau yang juga dikenal sebagai Pasukan Yerusalem adalah salah satu dari delapan cabang dalam Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran. Pasukan Quds didirikan setelah Revolusi Iran tahun 1979 dan bertugas membela Republik Islam Iran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pasukan Al Quds melakukan operasi di luar Iran untuk mempromosikan revolusi Islam. Awalnya, pasukan ini dibentuk untuk menjaga pengaruh revolusi Islam Iran di seluruh dunia dan memberikan dukungan kepada kelompok-kelompok yang berjuang melawan musuh-musuh Iran.
Markas Pasukan Al Quds terletak di Teheran dan mereka telah mengembangkan hubungan dengan kelompok bersenjata di Afghanistan, Irak, Lebanon, Suriah, dan wilayah Palestina. Komandan Pasukan Al-Quds beroperasi dalam struktur paralel dan bertanggung jawab sepenuhnya kepada pemimpin tertinggi Iran.
Melansir Britannica, pasukan Al Quds memiliki tanggung jawab utama dalam melaksanakan operasi di luar negeri. Fokus utama mereka adalah mengorganisir, mendukung, dan kadang-kadang memimpin pasukan lokal di luar negeri dengan tujuan yang mendukung kepentingan IRGC dan kelompok ulama Iran.
Operasi Pasukan Quds
Operasi Pasukan Quds
Pasukan Al Quds pertama kali aktif sebagai unit independen pada tahun 1982, ketika terlibat dalam Perang Saudara Lebanon setelah invasi Israel ke Lebanon. Pasukan ini memberikan dukungan kepada Hizbullah, sebuah milisi yang didominasi oleh Syiah dan didirikan pada tahun yang sama untuk melawan invasi Israel.
Mereka tetap menjadi sekutu dekat dan sponsor Hizbullah bahkan setelah berakhirnya perang saudara pada tahun 1990. Pada tahun 1990-an, fokus mereka beralih ke Afghanistan, terutama di perbatasan timur Iran, ketika mereka memberikan dukungan kepada Aliansi Utara dalam perlawanan terhadap munculnya Taliban.
Peran Pasukan Al-Quds semakin terlihat pada abad ke-21, terutama setelah invasi AS ke Irak pada tahun 2003 dan ketidakstabilan regional setelah Arab Spring. Di Irak, mereka memainkan peran penting dalam mengorganisir dan mendukung milisi Syiah melawan pasukan AS dengan berkoordinasi secara khusus dengan Organisasi Badr.
Selanjutnya, ketika pemberontakan tahun 2011 di Suriah berubah menjadi perang saudara, Pasukan Al-Quds datang untuk mendukung presiden Suriah, Bashar al-Assad, yang merupakan sekutu penting dalam "Poros Perlawanan" Iran, yaitu aliansi yang membentang geografis dari Iran hingga Lebanon. Di Yaman, mereka memberikan dukungan kepada Houthi, yang memperkuat pemberontakan mereka melawan pemerintah pusat setelah pemberontakan Yaman tahun 2011-2012.
Pasukan Al Quds juga memainkan peran utama setelah kelompok militan Negara Islam di Irak dan Syam (ISIS) memperoleh pijakan di Suriah dan Irak. Pasukan Al Quds juga membantu memobilisasi dan memimpin puluhan ribu milisi Syiah melawan kelompok teror tersebut.
Namun, pengaruh mereka dalam urusan dalam negeri Irak menjadi sasaran protes populer setelah komandan Pasukan Al-Quds, Qassem Soleimani, melakukan intervensi pada Oktober 2019 untuk mencegah penggulingan Perdana Menteri Irak, Adel Abdul Mahdi.
Pemimpin Pasukan Al Quds...
Pemimpin Pasukan Al Quds Sekarang
Jenderal Qassem Soleimani adalah pemimpin yang sangat terkenal dari Pasukan Al Quds Iran. Soleimani memimpin pasukan tersebut selama lebih dari dua dekade dan memegang peran sentral dalam mengoordinasikan operasi-operasi di wilayah Timur Tengah. Namun, pada tanggal 3 Januari 2020, Jenderal Soleimani tewas dalam serangan udara yang dilakukan oleh Amerika Serikat di Bandara Internasional Baghdad, Irak.
Setelah kematian Jenderal Soleimani, Jenderal Esmail Ghaani diangkat sebagai penggantinya dalam memimpin Pasukan Al Quds. Ghaani adalah seorang veteran militer dengan pengalaman dalam operasi luar negeri yang luas.
Setelah promosi Ghaani menjadi komandan Pasukan Quds pada tanggal 3 Januari, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, memberikan pujian atas peran pentingnya. Ia menyebut Ghaani sebagai salah satu komandan terkemuka dalam Korps Pengawal Revolusi Islam.
Jenderal Esmail Ghaani lahir di Mashhad, ibu kota Provinsi Khorasan, kota terbesar kedua di Iran. Ia merupakan seorang veteran Perang Iran-Irak. Selama perang itu. Ghaani memimpin Brigade Nasr-5 dan Imam Reza-21, yang kemudian berkembang menjadi sebuah divisi.
Ghaani telah menjadi anggota Pasukan Al Quds sejak awal pembentukannya. Selama dua dekade terakhir, ia menduduki posisi sebagai pejabat intelijen serta wakil komandan utama di bawah kepemimpinan Jenderal Soleimani.
Pada tahun 2012, Departemen Keuangan Amerika Serikat mencantumkan Ghaani sebagai "warga negara yang ditunjuk secara khusus," dengan dugaan peranannya dalam mengawasi sumber dana dan pengiriman senjata kepada elemen Hizbullah serta Pasukan Al Quds Lebanon di Timur Tengah dan Afrika, terutama di Gambia.
RIZKI DEWI AYU | BRITANNICA | RFERL.ORG | NBCNEWS
Pilihan Editor: Eks Menteri Malaysia Lelang Jam Rolex Rp 450 Juta untuk Palestina