Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Nama Mahmoud Ahmadinejad kembali mencuat dalam pemilihan presiden Iran. Hari ini, Minggu, 2 Juni 2024, Ahmadinejad resmi mendaftar sebagai calon presiden menggantikan Ebrahim Raisi, yang jatuh pada kecelakaan helikopter. Pemilu presiden Iran akan digelar pada 28 Juni 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mahmoud Ahmadinejad adalah bekas Presiden Iran yang kontroversial. Ia dikenal kritis terhadap negara-negara Barat dan menjadi musuh utama Israel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Siapa sebenarnya Mahmoud Ahmadinejad, yang pernah dua kali menduduki kursi presiden Iran?
Masa Kecil Mahmoud Ahmadinejad
Dilansir dari Britannica, Mahmoud Ahmadinejad lahir pada 28 Oktober 1956 di Garmsr, Iran. Dia merupakan politisi Iran yang menjabat sebagai presiden era 2005 sampai 2013.
Dia dibesarkan di Teheran. Mahmoud Ahmadinejad masuk Universitas Ilmu dan Teknologi Iran (IUST) untuk belajar teknik sipil. Selama Revolusi Iran pada 1978 sampai 1979. Dia adalah salah satu pemimpin mahasiswa yang mengorganisir demonstrasi.
Setelah revolusi, dia bergabung dengan Pasukan Pengawal Revolusioner, kelompok milisi agama yang dibentuk oleh Ayatollah Ruhollah Khamenei. Dia menjabat dalam berbagai posisi hingga 1993, ketika dia diangkat sebagai gubernur provinsi Ardabl yang baru dibentuk.
Awal Karir, Terpilih Jadi Walikota Teheran
Pada Mei 2003, dia terpilih sebagai walikota Teheran. Sebagai walikota, dia meningkatkan manajemen lalu lintas kota dan menjaga harga tetap stabil. Dalam pemilihan presiden 2005, dia dengan mudah mengalahkan saingannya yang lebih moderat, mantan presiden Hashemi Rafsanjani.
Sebagai presiden, dia membalikkan arah yang ditetapkan oleh pendahulunya, Mohammad Khatami. Dalam urusan luar negeri, dia dengan gigih membela program nuklir Iran dari kritik internasional, sambil mendapat kecaman internasional dengan komentar yang ditujukan melawan Israel.
Pemerintahannya yang kedua dipenuhi kontroversi setelah penindasan demonstrasi menentang ketidakberesan pemilihan dan di tengah beberapa konfrontasi dengan Ali Khamenei.
Keras Terhadap Israel
Ahmadinejad kerap mengeluarkan pernyataan keras kepada Israel. Ia pernah menyerukan aksi boikot terhadap produk Israel ketika negara Zionis itu melakukan agresi terhadap masyarakat Palestina. Aksi boikot kemudian menjadi upaya solidaritas terhadap Palestina.
Salah satu momen ajakan boikot yang cukup keras pernah diserukan Ahmadinejad pada 2010. Saat itu Presiden Ahmadinejad menyerukan boikot total semua produk Israel dan perusahaan-perusahan yang berbisnis dengan negara itu
Pendaftaran mantan pemimpin populis itu memberi tekanan pada Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei. Saat menjabat, Ahmadinejad secara terbuka menantang ulama berusia 85 tahun itu, dan upayanya untuk mencalonkan diri pada tahun 2021 dilarang oleh pihak berwenang.
Namun Ahmadinejad tetap populer di kalangan masyarakat miskin karena upaya populisnya dan program pembangunan rumah. Sejak meninggalkan jabatannya, dia gencar bermain media sosial. Ia kerap mengunggah status di X dan menulis surat yang dipublikasikan secara luas kepada para pemimpin dunia.
Kritik Korupsi di Iran
Ia juga mengkritik korupsi yang dilakukan pemerintah, meskipun pemerintahannya sendiri menghadapi tuduhan korupsi dan dua mantan wakil presidennya dipenjara.
Khamenei memperingatkan Ahmadinejad pada tahun 2017 bahwa pencalonannya kembali akan menjadi “situasi terpolarisasi” yang akan “berbahaya bagi negaranya.” Khamenei tidak mengatakan apa pun selama pencalonan Ahmadinejad pada tahun 2021, ketika pencalonannya ditolak oleh Dewan Wali yang beranggotakan 12 orang, sebuah panel yang terdiri dari ulama dan ahli hukum yang pada akhirnya diawasi oleh Khamenei.
Berdasarkan hukum Iran, Ahmadinejad berhak untuk mencalonkan diri lagi setelah empat tahun tidak menjabat, namun ia tetap menjadi tokoh yang terpolarisasi bahkan di antara sesama kelompok garis keras.
REUTERS | TIMES OF ISRAEL | TEMPO