Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Kamis waktu setempat mengumumkan terbunuhnya pemimpin ISIS Abu Ibrahim Al Hashimi Al Quraishi dalam operasi militer di Suriah,sehari sebelumnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seperti dilansir The Washington Post, Jumat 4 Februari 2022, Al Quraishi dimunculkan oleh ISIS sebagai pemimpin baru mereka pada Oktober 2019. Hal ini terjadi setelah pasukan elit AS membunuh pemimpin legendaris ISIS, Abu Bakar Al Baghdadi, beberapa waktu sebelumnya di Suriah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lantas, siapakah Al Quraishi? Quraishi pernah digambarkan oleh pemerintah AS sebagai informan yang membocorkan rincian kepada pasukan AS tentang sebuah kelompok yang secara resmi disebut al-Qaeda di Irak dan, yang kemudian melahirkan Negara Islam.
Nama Al Quraishi awalnya tak masuk dalam radar pasukan koalisi saat itu. Diyakini nama itu hanya samaran guna mengamankan para pucuk pimpinan ISIS.
Ditangkap pada akhir 2007 atau awal 2008, dia menghabiskan waktu berbulan-bulan di kamp tahanan Amerika di Irak. Quraishi dikenal sebagai tahanan M060108-01 dalam laporan interogasi rahasia yang diterbitkan tahun lalu.
Dokumen-dokumen Departemen Pertahanan AS melukiskan gambaran seorang informan “kooperatif” yang produktif menawarkan informasi kepada pasukan AS untuk membantu mereka memerangi organisasi teroris yang kemudian dipimpinnya.
Kemudian dalam keterangan resmi melalui Telegram pada 31 Oktober 2019, ISIS menyebutkan Al Qurashi merupakan pemimpin baru kelompok tersebut. Meski demikian tak ada keterangan detail mengenai sepak terjangnya.
Berdasarkan keterangan resmi ISIS, Al Quraishi disebut sebagai sosok atau figur terkemuka dalam jihad ISIS. ISIS juga mengklaim dia merupakan veteran dalam beberapa medan jihad selama perang melawan pasukan AS.
Sebutan al-Quraishi di akhir namanya menunjukkan bahwa ia digambarkan sebagai keturunan suku Quraish Nabi Muhammad, garis keturunan yang dianggap oleh ISIS sebagai prasyarat untuk menjadi seorang khalifah, atau penguasa Muslim.
Namun, sepak terjang Al Quraishi terhenti pada Rabu lalu ketika ia memilih meledakkan diri sebelum ditangkap pasukan AS. Dalam ledakan tersebut, sebanyak empat perempuan dan enam anak-anak turut tewas. Di antara korban tewas itu terdapat istri dan dua anak Al Quraishi.
SUMBER: THE WASHINGTON POST
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.