Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Suku Kurdi Unjuk Rasa Buntut Penembakan di Paris yang Menargetkan Mereka

Sebelum penembakan terjadi, suku Kurdi yang tinggal di Paris kaget setelah mendapat kabar dari Kepolisian kalau ada ancaman kepada mereka.

24 Desember 2022 | 21.00 WIB

Para pengunjuk rasa bentrok dengan polisi Prancis selama demonstrasi di dekat Rue d'Enghien setelah tembakan dilepaskan yang menewaskan dan melukai beberapa orang di distrik pusat Paris, Prancis, 23 Desember 2022. Penembakan terjadi sekitar tengah hari, menciptakan kepanikan di jalan yang dipenuhi toko-toko kecil dan kafe di distrik ke-10 yang sibuk di ibu kota Prancis. REUTERS/Clotaire Achi
Perbesar
Para pengunjuk rasa bentrok dengan polisi Prancis selama demonstrasi di dekat Rue d'Enghien setelah tembakan dilepaskan yang menewaskan dan melukai beberapa orang di distrik pusat Paris, Prancis, 23 Desember 2022. Penembakan terjadi sekitar tengah hari, menciptakan kepanikan di jalan yang dipenuhi toko-toko kecil dan kafe di distrik ke-10 yang sibuk di ibu kota Prancis. REUTERS/Clotaire Achi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Bentrokan antara pengunjuk rasa dan aparat Kepolisian pecah di Ibu Kota Paris pada Jumat, 23 Desember 2022, buntut dari aksi penembakan yang menyebabkan tiga orang tewas dan tiga lainnya luka-luka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Sebelumnya pada 23 Desember 2022 waktu setempat, warga Paris dibuat geger dengan aksi penembakan. Pelaku penembakan adalah seorang laki-laki bersenjata, yang melepaskan tembakan di arondisemen ke-10, yakni sebuah Pusat Kebudayaan suku Kurdi.

Di dekat area penembakan, juga terdapat sebuah restoran dan salon rambut. Lokasi kejadian hanya berjarak beberapa jalan dari tempat tiga orang Kurdi dibunuh satu dekade lalu.

Jaksa penuntut di Paris mengatakan pelaku penembakan baru saja dibebaskan dari penjara setelah menyerang migran yang tinggal di tenda. Penyidik sedang mendalami kemungkinan motif rasis atas penembakan tersebut.

Kepolisian anti-huru-hara menembakkan gas air mata ke arah demonstran yang gelisah setelah aksi protes menjadi kacau-balau. Tong tempat sampah dibakari.

"Kami marah karena kami telah berulang kali membunyikan alarm, terakhir kali hanya 20 hari yang lalu. Kami marah karena kami tidak didengar. Kami marah karena kami terus-menerus ditangkapi, kami terus-menerus ditekan oleh otoritas Prancis." kata Juru bicara Dewan Demokratik Kurdi Prancis, Agit Polat.

Komunitas suku Kurdi di Paris mengaku mereka cukup terkejut ketika belum lama ini diperingatkan oleh Kepolisian Paris tentang adanya ancaman terhadap terhadap mereka. Mereka pun menuntut keadilan setelah peristiwa penembakan pada 23 Desember tersebut. 

Tak lama setelah serangan penembakan itu, Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin mengatakan tersangka jelas menargetkan 'orang asing'. Dia bertindak sendiri serta tidak berafiliasi dengan gerakan ekstrem kanan atau gerakan radikal lainnya.

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengakui suku Kurdi di Prancis telah menjadi target serangan keji di jantung kota Paris.

"Simpati untuk para korban, untuk orang-orang yang berjuang untuk hidup, untuk keluarga dan orang yang mereka cintai. Pengakuan kepada penegak hukum kami atas keberanian dan ketenangan mereka," tulis Macron di Twitter.

Salah satu korban luka dalam penembakan itu, dalam kondisi kritis. Aksi penembakan persisnya terjadi di Pusat Kebudayaan Kurdi di rue d'Enghien, yang terletak antara Saint-Denis dan Montmartre dekat stasiun kereta Gare de l'Est di distrik ke-10 ibu kota Prancis.

Wali Kota Paris Alexandra Cordebardshe mengatakan motif sebenarnya penembakan itu masih belum jelas. Saat dia berbicara, kerumunan di dekatnya meneriakkan, "Erdogan, teroris" — merujuk pada Presiden Turki Recep Tayyip Erdoan.

Kepolisian Paris telah meminta warga untuk menghindari daerah rue d'Enghien dan membuka jalan agar layanan darurat bisa sampai ke tempat kejadian.

"Itu benar-benar sebuah kepanikan," kata seorang penjaga toko dari gedung terdekat kepada AFP.

Pusat Kebudayaan Ahmet Kaya, dinamai dari penyanyi Turki-Kurdi terkenal yang tinggal di Kota Paris. Tempat itu didirikan pada 1901 untuk mempromosikan integrasi progresif penduduk suku Kurdi yang tinggal di wilayah Paris dalam aspek yang lebih luas.

Euro News | Nugroho Catur Pamungkas

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.    

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus