Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Tuntut Merdeka, Pemberontak Arakan Army Bunuh 13 Polisi Myanmar

Pemberontak Arakan Army di Rakhine, Myanmar yang ingin merdeka telah menyerang 4 pos polisi dan mengakibatkan 13 polisi tewas.

7 Januari 2019 | 11.49 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pemberontak Arakan Army di Myanmar. [ NARINJAYA]

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pemberontak Angkatan Bersenjata Arakan atau Arakan Army di negara bagian Rakhine, Myanmar menyerang 4 pos polisi dan mengakibatkan 13 polisi tewas dan sembilan orang terluka. Pemberontakan ini terjadi tepat saat hari kemerdekaan Myanmar, Jumat, 4 Januari 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Juru bicara Arakan Army, Khine Thu Kha membenarkan tentang serangan tersebut. Tujuh mayat yang dianggap musuh telah diambil oleh Arakan Army. Pemberontak juga telah membebaskan 12 anggota pasukan keamanan yang ditahan dalam pertempuran.

Baca: Tiga Kota Myanmar Bergolak, Pemberontak Kachin Tembaki Militer

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pertempuran ini merupakan balasan atas serangan pasukan militer Myanmar terhadap Arakan Army dalam beberapa minggu terakhir yang juga menargetkan warga sipil. Akan tetapi militer Myanmar membantah telah menargetkan warga sipil. 

Juru bicara Angkatan Militer Myanmar, Zaw Min Tun menyatakan polisi yang diserang Arakan Army berusaha melindungi kelompok etnis Buddha yang dianggap sebagai warga Myanmar, tidak seperti Muslim Rohingya.

"Pos-pos polisi ini ada di sana untuk melindungi ras asli daerah itu, seharusnya Arakan Army tidak menyerang mereka," kata Zaw Min Tun seperti dilansir dari Reuters.

Baca: Pemberontak Serang Kasino di Myanmar, 19 Orang Tewas

Angkatan Militer Myanmar pada bulan lalu mengumumkan penghentian empat bulan pertempuran di utara dan timur laut negara untuk memulai pembicaraan damai dengan kelompok bersenjata yang menuntut kekuasaan, tetapi pengumuman itu mengecualikan Rakhine.

Pihak kepolisian Myanmar mengatakan telah membuka kasus pemberontakan ini di bawah Undang-Undang Anti Terorisme dan Senjata.

Pemberontakan terjadi tidak lama setelah bendera nasional dikibarkan di seluruh wilayah negara untuk memperingati kemerdekaan Myanmar. Juru Bicara Arakan Army, Khaine Thu Kha membantah adanya hubungan antara serangan dan peringatan tersebut.

Baca: Pemberontak Etnik Shan Bertempur Lawan Pasukan Myanmar, 30 Tewas

"Kami belum merdeka. Hari ini bukan hari kemerdekaan kita," kata Juru Bicara Arakan Army.

Pemberontak Arakan Army menyatakan telah berjuang selama hampir satu dekade untuk merebut "the land of Arakan", nama lain untuk Rakhine. Mereka adalah salah satu dari beberapa kelompok bersenjata yang berperang atas nama etnis minoritas di wilayah perbatasan Myanmar.

NAURA NADY | REUTERS

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus