Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

UNRWA Bersiap Menutup Operasional di Yerusalem Timur Usai Larangan Israel

Israel memerintahkan UNRWA untuk mengosongkan kompleksnya di Yerusalem Timur dan menghentikan operasinya berdasarkan undang-undang

28 Januari 2025 | 11.37 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Para perempuan memasuki Pusat Kesehatan Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) di Kota Tua Yerusalem, 27 Januari 2025, REUTERS/Sinan Abu Mayze

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan ribu pengungsi Palestina di Yerusalem Timur yang diduduki Israel akan kehilangan pendidikan, perawatan kesehatan, dan layanan lain yang disediakan oleh badan PBB UNRWA ketika larangan Israel terhadap organisasi tersebut mulai berlaku pada Kamis 30 Januari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemerintah Israel memerintahkan UNRWA untuk mengosongkan kompleksnya di Yerusalem Timur dan menghentikan operasinya berdasarkan undang-undang yang disahkan tahun lalu yang melarang badan tersebut dan melarang pemerintah Israel melakukan kontak dengannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di kantor UNRWA di lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur, para pekerja sedang mengemas kotak-kotak dan memuat bangunan-bangunan portabel ke dalam truk pada Senin 27 Januari 2025.

“Ini adalah keputusan yang tidak dapat diterima,” kata Jonathan Fowler, juru bicara UNRWA, yang secara resmi bergelar Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat kepada Reuters.

"Orang-orang yang kami layani...kami tidak dapat memberi tahu mereka apa yang akan terjadi pada layanan kami pada akhir minggu ini."

Israel belum mengumumkan ketentuan untuk menggantikan kegiatan UNRWA, dan kantor perdana menteri Israel tidak segera menanggapi permintaan komentar.

UNRWA selama beberapa dekade telah mengelola sekolah dan klinik di Yerusalem Timur, bagian timur kota yang diduduki Israel sejak perang tahun 1967, untuk puluhan ribu pengungsi Palestina yang tidak memiliki kewarganegaraan.

"Kami memiliki segalanya di sini untuk kami. Ketika saya mendengar bahwa tempat itu akan ditutup, saya sangat sedih karena di sini adalah tempat bagi orang-orang yang membutuhkan dan bagi orang-orang yang tidak mempunyai uang untuk membayar pengobatan," kata pengungsi Sara Saeed di Pusat medis UNRWA di Kota Tua Yerusalem.

Direktur pusat medis Hamza Al Jibrini mengatakan fasilitas tersebut melayani 30.000 pengungsi Palestina. Diantaranya adalah penderita diabetes dan tekanan darah tinggi, ibu hamil dan anak-anak yang mendapat vaksinasi, kata kepala keperawatan Manal AlKhayat.

“Kemana mereka akan pergi? “ dia bertanya.

Larangan Israel hanya mencakup secara langsung wilayah Israel, yang dianggap Israel sebagai Yerusalem Timur. UNRWA juga beroperasi di Tepi Barat dan Gaza yang diduduki, namun tidak jelas bagaimana undang-undang tersebut akan mempengaruhi pekerjaan UNRWA di sana.

UNRWA didirikan sekitar 75 tahun yang lalu, melayani sekitar 750.000 pengungsi Palestina dari perang 1948 pada saat berdirinya negara Israel, dan mengusir mereka dari Tanah Air mereka atau dikenal sebagai Nakba.

Kantor pusatnya yang luas berada di posisi utama tidak jauh dari Kota Tua Yerusalem, yang merupakan rumah bagi situs-situs suci bagi umat Kristen, Yahudi, dan Muslim. UNRWA telah lama menjadi duri di mata pemerintah Israel yang menganggap lembaga tersebut akan membantu para pengungsi Palestina untuk kembali ke Tanah Air mereka.

Israel mengatakan kelangsungan keberadaan UNRWA beberapa dekade setelah perang 1948 telah mengkonsolidasikan status pengungsi dari generasi ke generasi warga Palestina, yang kini berjumlah jutaan orang.

Israel sering menuduh badan tersebut bias anti-Israel dan juga mengklaim stafnya termasuk anggota Hamas, kelompok pejuang Palestina yang melancarkan serangan mematikan lintas batas ke Israel pada 7 Oktober 2023. Israel menyerukan agar tanggung jawab UNRWA diambil alih oleh badan-badan PBB lainnya seperti badan pengungsi utamanya.

PBB menolak tuduhan bias dan mengatakan bahwa keahlian UNRWA tidak tergantikan, khususnya di Gaza.

Investigasi PBB menemukan bahwa sembilan staf UNRWA mungkin terlibat dalam serangan Hamas. Badan tersebut memecat mereka tetapi mengatakan Israel tidak memberikan bukti keterlibatan stafnya yang lebih luas. UNRWA mempekerjakan sekitar 30.000 orang di wilayah tersebut dan sekitar 13.000 orang di Jalur Gaza.

Lebih dari 200 staf UNRWA telah terbunuh di Gaza, kata badan tersebut, sejak genosida Israel di Gaza dimulai. Sekitar 1.139 warga Israel dan orang asing tewas dalam serangan 7 Oktober 2023 dan 250 lainnya disandera di Gaza, kata Israel.

Lebih dari 47.000 warga Palestina telah terbunuh di Gaza, mayoritas perempuan dan anak-anak, sejak militer Israel melancarkan serangan balasan, menurut kementerian kesehatan Gaza.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus