Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Yordania Desak Amerika Serikat Tak Akui Yerusalem Ibu Kota Israel

Yordania minta Amerika Serikat tidak mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Yordania khawatir dunia Arab dan muslim marah.

4 Desember 2017 | 13.18 WIB

Image of Tempo
material-symbols:fullscreenPerbesar
Masyarakat Palestina mengibarkan bendera saat merayakan pelepasan semua alat pengaman di pintu masuk masjid oleh Israel di Yerusalem, 27 Juli 2017. Setelah adanya demonstrasi massa dan protes oleh otoritas agama Islam, akhirnya dibuka kembali. REUTERS/Muammar Awad

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Safadi, memperingatkan Amerika Serikat soal konsekwensi berbahaya jika negeri itu mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Safadi mengatakan, dia telah berbicara dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Rex Tillerson, pengakuan Amerika Serikat atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel akan memicu kemarahan besar di dunia Arab dan muslim.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Presiden AS Donald Trump berbincang dengan Rabbi Shmuel Rabinowitz saat mengunjungi Tembok Ratapan di Yerusalem, Israel, 22 Mei 2017. AP Photo

Ada isu berkembang bahwa Presiden Donald Trump akan segera mengumumkan pengakuan Amerika Serikat sebagaimana janji yang pernah disampaikan saat kampanye pemilihan.

Namun isu tersebut dibantah penasihat senior Gedung Putih, Jared Kushner, dengan menyebutkan bahwa Presiden Trump masih berat mempertimbangkan pemindahan kantor kedutaan besar Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem.

Dalam sebuah cuitan di akun Twitter, Safadi mengatakan, "Mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel sangat berbahaya. Keputusan Amerika Serikat akan memicu ketegangan dan kerusuhan di dunia Arab dan muslim."

Desakan Yordania tersebut belum mendapatkan tanggapan dari Amerika Serikat.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang sedang keliling dunia untuk mendapatkan dukungan internasional berusaha membujuk Trump untuk tidak membuat pengumuman pengakuan.Lebih dari 5.000 wanita dari Israel dan wilayah Palestina melakukan long march ke Yerusalem. dw.com

"Beliau telah menelepon para pemimpin dunia, termasuk Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan agar tak mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel," bunyi keterangan kantor kepresidenan Palestina.

"Beliau ingin menjelaskan bahwa keputusan Amerika Serikat memindahkan kantor kedutaan besarnya ke Yerusalam atau mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel sangat berbahaya," kata penasihat Abbas, Majdi al-Khalidi, kepada kantor berita AFP.

Para pemimpin Palestina pernah memperingatkan sebelumnya bahwa memindahkan kantor kedutaan besar ke Yerusalem bakal mengancam solusi dua negara. Yordania mendukung sikap Palestina.

 

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus