Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

kolom

Pendidikan Bukan Sekadar Urusan Aplikasi

Berniat mengatasi birokrasi yang ruwet, tim bayangan Nadiem Makarim tak membenahi esensi persoalan di Kementerian Pendidikan.

16 Oktober 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENDIDIKAN merupakan problem besar yang tak bisa diselesaikan semata lewat aplikasi digital. Langkah Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim memperbaiki masalah birokrasi tentu tak salah, meski sesungguhnya itu bukan satu-satunya persoalan. Birokrasi sudah lama digambarkan seperti kura-kura: lamban, kaku, dan sulit beradaptasi dengan perkembangan zaman. Inovasi dianggap ancaman karena akan memaksa para birokrat keluar dari zona nyaman.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jika tak diselesaikan, problem birokrasi di Kementerian Pendidikan akan merusak masa depan jutaan orang, bahkan sejak mereka masih belajar mengeja. Birokrat yang kehilangan visi hanya sibuk gonta-ganti kurikulum tanpa kehendak untuk menciptakan pendidikan yang membuat murid kreatif, merdeka, dan berpikir bebas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mengatasi pelbagai persoalan, Nadiem memilih jalan pintas: merekrut pihak ketiga untuk menangani program-program andalannya. Tim bayangan Nadiem memang berhasil melahirkan berbagai aplikasi pendidikan—cara yang diklaim cepat dalam menerabas kendala birokrasi. Bahkan tim bayangan inilah yang menyusun Rancangan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang kontroversial itu.

Yang dilupakan Nadiem adalah penyelesaian problem pendidikan—termasuk penyusunan rancangan undang-undang—membutuhkan partisipasi publik dan pelbagai pemangku. Sebuah peraturan setingkat undang-undang perlu didiskusikan bukan hanya oleh mereka yang sehaluan pikiran, juga bersama mereka yang berbeda. Dalam kerja bersama itu pelbagai ide dipertukarkan, digugat, dan dikonsolidasikan. Masalah pendidikan yang begitu kompleks tak mungkin dipikirkan oleh satu tim kecil belaka.

Kebijakan Nadiem melibatkan tim bayangan mungkin mengatasi keruwetan birokrasi—setidaknya dari perspektif Menteri Pendidikan sendiri. Tak seperti di Gojek, perusahaan teknologi yang ia dirikan, Nadiem menghadapi medan lain yang mengharuskan gagasannya diuji dengan banyak orang. Ia harus mendengarkan pendapat yang berbeda betapapun pendapat itu tak sejalan dengan pikirannya, bahkan mungkin terdengar dangkal dan bodoh.


Artikel:


Keputusan Nadiem menggunakan tim bayangan merupakan sikap potong kompas. Lewat tim bayangan—belakangan Nadiem meralat dengan menyebut tim itu sekadar vendor—ia terkesan gregetan, pengen cepat selesai dan meninggalkan stakeholder yang semestinya ia jaga dan perhatikan aspirasinya. Bukan sekadar para birokrat yang lamban,
kalangan pendidik, para rektor, dosen, dan cerdik cendikia itulah yang ditinggalkan Nadiem.

Apa yang dilakukan Nadiem belum menyentuh esensi pendidikan, misalnya persoalan kesenjangan kualitas pendidikan antara kota-desa dan Jawa-luar Jawa. Juga tak menjawab persoalan kualitas pengajar, sekolah, dan perguruan tinggi. Data Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) menunjukkan, selama 2000-2021, jumlah penduduk Indonesia berusia 25-34 tahun yang masuk perguruan tinggi memang meningkat, tapi lebih kecil dibanding negara lain. Persentase penduduk usia 25-64 tahun yang meraih gelar sarjana termasuk yang paling rendah di antara negara anggota OECD. Pada 2021, persentasenya baru 5 persen, yang menempatkan Indonesia di peringkat ke-42 dari 44 negara OECD.

Persoalan pendidikan, dengan kata lain, menyangkut kehidupan manusia, sejak dari kanak-kanak hingga dewasa; peluang mendapat pekerjaan; dan pada akhirnya mendorong perekonomian.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus