SAYA ada sedikit saran untuk Garuda Indonesian Airways, yang
mempergunakan pesawat jet tapi setiap hari dirugikan oleh
ekspedisi antar pulau lewat stasiun keberangkatan.
Benar-benar terjadi setiap hari: keluhan orang-orang cargo
Garuda terhadap Bagian Pasasi di Kemayoran - umumnya dalam
penerbangan Indonesia Bagian Timur. Orang cargo selalu mengomer,
orang bagian pasasi setiap hari menerima bagasi yang kelebihan
timbangan kg-nya, sehingga pesawat overload terus, barang-barang
cargo tidak terangkut terus.
Praktek-praktek ekspedisi via stasiun memang merugikan Perum Pos
dan Garuda sendiri. Di samping Garuda tidak terima pembayaran
exces, juga membahayakan penumpang kalau terjadi kecelakaan
akibat muatan lebih. 1 sampul surat kita khusus, Perum Pos
terima bayaran Rp 300. Paling cepat baru dapat sampai esok
harinya. Dengan harga yang sama, surat tersebut kalau dikirim
lewat perusahaan ekspedisi via stasiun, sore itu juga sudah
dapat diterima.
Tentu saja yang dikirim oleh ekspedisi tidak hanya surat. Barang
dagangan yang dipak dengan karton atau dikoperkan, lalu via
bagasi penumpang, dan ada juga yang dititipkan via crew pesawat.
Sudah terang pembayaran exces bagasi yang seolah barang
penumpang tersebut tidak masuk kas Garuda. Setiap hari tidak
kurang dari 1.000 kg dari setiap pesawat yang berangkat,
dibonceng oleh ekspedisi-ekspedisi tersebut.
Menghilangkan praktek-praktek ini memang sulit sekali tanpa
disiplin dan kesadaran yang tinggi. Maka saya ada usul dan saran
mungkin bermanfaat:
1) Jadwal jam terbang shuttle service Jakarta-Surabaya, jangan
sama atau berdekatan dengan jam terbang pesawat yang akan take
off ke jurusan Indonesia Bagian Timur itu. Ini untuk
menghindarkan bagasi dari counter ini pindah ke pesawat yang ke
jurusan timur setelah lebel bagasi diganti -- setelah lolos dari
counter -- sebab umumnya orang yang mempergunakan shuttle
membawa bagasi enteng atau sama sekali tidak membawa.
2) Waktu pesawat board ing dari hanggar periksa dulu apakah
dalam pesawat kedapatan bagasi.
3) Waktu penumpang check in di counter lebel bagasi, dicatat
nomor seat penumpang, catat di manifes penumpang berapa banyak
dan berapa berat timbangan bagasinya. Jadi Kepala Stasiun
tinggal tunggu saja waktu bagasi hendak dimuat ke dalam pesawat,
timbang dan periksa ulang dan sesuaikan dengan manifes. Kalau
misalnya kelebihan timbangan atau jumlah bagasinya pasti dengan
mudah dapat diketahuinya. (Biar mereka di luar bertugas
sebaiknya juga pasti kecolongan kalau tidak diperiksa ulang).
Pergunakanlah cash registered yang langsung diregister ke lebel
yang sudah terbayar pembayaran excesnya.
Kalau ini masih juga kebocoran, ada usul lagi: usahakanlah
boarding pass dengan 3 bagian, tapi bernomor seri sama: 1 untuk
digunakan lebel bagasi yang ke-2 untuk diambil waktu penumpang
naik, yang ke-3 dipegang penumpang yang bersangkutan untuk
mengambil bagasi di tempat tujuan. Jadi kalau bukan penumpang
pesawat tersebut bagasinya pasti tidak terbawa. Kalau tiket
terkumpul 100, berarti board ing pass juga ada 100. Dengan cara
ini soal overload dapat diatasi.
(Nama dan Alamat pada Redaksi)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini