Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Bab

Praktek-praktek ekspedisi via stasiun sering merugikan Garuda. Disamping Garuda tidak menerima pembayaran exces, juga sering kelebihan bagasi. Akhirnya bagasi tidak terangkat atau hilang. (kom)

6 Januari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAYA ada sedikit saran untuk Garuda Indonesian Airways, yang mempergunakan pesawat jet tapi setiap hari dirugikan oleh ekspedisi antar pulau lewat stasiun keberangkatan. Benar-benar terjadi setiap hari: keluhan orang-orang cargo Garuda terhadap Bagian Pasasi di Kemayoran - umumnya dalam penerbangan Indonesia Bagian Timur. Orang cargo selalu mengomer, orang bagian pasasi setiap hari menerima bagasi yang kelebihan timbangan kg-nya, sehingga pesawat overload terus, barang-barang cargo tidak terangkut terus. Praktek-praktek ekspedisi via stasiun memang merugikan Perum Pos dan Garuda sendiri. Di samping Garuda tidak terima pembayaran exces, juga membahayakan penumpang kalau terjadi kecelakaan akibat muatan lebih. 1 sampul surat kita khusus, Perum Pos terima bayaran Rp 300. Paling cepat baru dapat sampai esok harinya. Dengan harga yang sama, surat tersebut kalau dikirim lewat perusahaan ekspedisi via stasiun, sore itu juga sudah dapat diterima. Tentu saja yang dikirim oleh ekspedisi tidak hanya surat. Barang dagangan yang dipak dengan karton atau dikoperkan, lalu via bagasi penumpang, dan ada juga yang dititipkan via crew pesawat. Sudah terang pembayaran exces bagasi yang seolah barang penumpang tersebut tidak masuk kas Garuda. Setiap hari tidak kurang dari 1.000 kg dari setiap pesawat yang berangkat, dibonceng oleh ekspedisi-ekspedisi tersebut. Menghilangkan praktek-praktek ini memang sulit sekali tanpa disiplin dan kesadaran yang tinggi. Maka saya ada usul dan saran mungkin bermanfaat: 1) Jadwal jam terbang shuttle service Jakarta-Surabaya, jangan sama atau berdekatan dengan jam terbang pesawat yang akan take off ke jurusan Indonesia Bagian Timur itu. Ini untuk menghindarkan bagasi dari counter ini pindah ke pesawat yang ke jurusan timur setelah lebel bagasi diganti -- setelah lolos dari counter -- sebab umumnya orang yang mempergunakan shuttle membawa bagasi enteng atau sama sekali tidak membawa. 2) Waktu pesawat board ing dari hanggar periksa dulu apakah dalam pesawat kedapatan bagasi. 3) Waktu penumpang check in di counter lebel bagasi, dicatat nomor seat penumpang, catat di manifes penumpang berapa banyak dan berapa berat timbangan bagasinya. Jadi Kepala Stasiun tinggal tunggu saja waktu bagasi hendak dimuat ke dalam pesawat, timbang dan periksa ulang dan sesuaikan dengan manifes. Kalau misalnya kelebihan timbangan atau jumlah bagasinya pasti dengan mudah dapat diketahuinya. (Biar mereka di luar bertugas sebaiknya juga pasti kecolongan kalau tidak diperiksa ulang). Pergunakanlah cash registered yang langsung diregister ke lebel yang sudah terbayar pembayaran excesnya. Kalau ini masih juga kebocoran, ada usul lagi: usahakanlah boarding pass dengan 3 bagian, tapi bernomor seri sama: 1 untuk digunakan lebel bagasi yang ke-2 untuk diambil waktu penumpang naik, yang ke-3 dipegang penumpang yang bersangkutan untuk mengambil bagasi di tempat tujuan. Jadi kalau bukan penumpang pesawat tersebut bagasinya pasti tidak terbawa. Kalau tiket terkumpul 100, berarti board ing pass juga ada 100. Dengan cara ini soal overload dapat diatasi. (Nama dan Alamat pada Redaksi)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus