Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Bapak angkat atau saudara tua

Pembinaan industri kecil dengan menerapkan sistem bapak angkat merupakan pendekatan yang ideal. tetapi harus dihindari hubungan bapak-anak ini menjadi hubungan "saudara tua".

2 Mei 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AKHIR-AKHIR ini dihembuskan angin baru dalam dunia pembinaan pengusaha kecil dengan konsep perusahaan besar sebagai "Bapak Angkat". Dalam pola ini industri-industri kecil dikaitkan kepada perusahaan besar yang berperan sebagai pembina, sehingga perkembangannya dapat dikaitkan dengan perkembangan perusahaan besar itu. Landasan pendekatan ini adalah, pautan antara perusahaan besar dengan perusahaan kecil ini akan menimbulkan suatu simbiose, dan lebih dari itu penularan kemampuan menejemen atau pun teknologi dari perusahaan besar ke perusahaan kecil. Maka perusahaan kecil-kecil ini akan dapat ikut terseret ke dalam kehidupan ekonomi yang lebih laju perkembangannya. Kemungkinan mengembangkan kaitan antara perusahaan kecil dengan perusahaan besar ini dianggap oleh banyak orang merupakan kunci keberhasilan pengembangan pengusaha lemah di samping mekanisme yang baik untuk meratakan kepesertaan dan hasil-hasil pembangunan ekonomi. Asumsi yang digunakan konsep Bapak Angkat ini biasanya disertai argumen bahwa dengan pengkaitan ini, pemasaran misalnya dapat diperluas karena diboncengkan kepada perusahaan besar tadi. Perkenalan dengan teknologi dan metode kerja yang lebih baik akan meningkatkan produktivitas perusahaan kecil ini. Beberapa pendapat memperkuat pola pengembangan "Bapak Angkat" ini dengan menunjukkan dengan cara demikian kita akan dapat mengembangkan pengusaha-pengusaha yang independen, yang tidak mengekor pada perusahaan lain dan yang mampu menjadi wiraswasta yang dapat mengembangkan sikap bisnis dan bersaing yang gigih. Argumen terakhir ini erat berkaitan dengan pikiran bahwa dengan cara pengembangan demikian ini akan dapat dikurangi jarak sosial-ekonomi antara yang kuat dengan yang lemah. Melihat berbagai manfaat yang dapat dikembangkan dari pola pembinaan yang demikian tadi maka memang pendekatan Bapak Angkat ini tidak syak lagi merupakan pendekatan yang ideal. Namun demikian perlu dikaji lebih lanjut berbagai segi yang memungkinkan hubungan bapak angkat ini menjadi laju dan tidak berubah menjadi hubungan "Saudara Tua", mengambil analogi zaman Jepang, di mana yang mengambil manfaat hanyalah si saudara tua saja, dan semua sumber daya saudara muda terhisap untuk kepentingan saudara tua. Sebenarnya hubungan perusahaan besar dan perusahaan kecil ini dapat terlihat muncul dengan berbagai wajah. Pada masa lalu banyak juga terjadi hubungan demikian ini, hanya saja dengan perimbangan kekuatan yang njomplang atau dengan perantara, tengkulak-tengkulak yang menyadap sebagian hasil untuk kepentingan sendiri. Hubungan perusahaan mau tidak mau harus merupakah hubungan ekonomis. Dalam proses akan terjadi bargainig. tawar menawar, yang hasilnya akan tergantung dari kekuatah posisi masing-masing pihak. UMUMNYA hubungan yang terjadi akan lebih menguntungkan yang kuat dari pada merupakan pembinaan bagi yang lemah. Teoretis ada kepentingan yang kuat untuk menjaga agar yang kecil ini tetap di tempatnya. Si Saudara Tua ingin tetap berperan sebagai Saudara Tua. Apalagi kalau Saudara Tua ini belum memiliki sikap dewasa. Implisit dalam konsep Bapak Angkat ini diharapkan akan terjadi suatu transfer dari teknologi maupun menejemen. Hal ini akan menuntut suatu sikap yang khusus dari Bapak Angkat ini untuk mau mentransfer sebagian dari miliknya: sikap menejemen yang membina. Apa yang bisa membuat mereka mau mentransfer kemampuannya itu? Persyaratan transfer yang lain adalah komunikasi. Kenyataan sekarang menunjukkan ada jurang komunikasi antara yang kuat dan yang lemah. Ada jurang kebudayaan yang menyebabkan interaksi antara kedua fihak ini menjadi sukar dilakukan. Sedangkan dalam setiap transfer, masalah ini merupakan sarana yang penting untuk dapat melaksanakan. Tapi yang penting adalah ini: bagaimana kita dapat menumbahkan menejemen Bapak Angkat yang berciri membina ini dan tidak menjurus menjadi menejemen Saudara Tua? Kalau dilihat bahwa ketimpangan kekua,tan adalah inheren dalam pola semacam ini maka perlu ditemukan mekanisme untuk membuat perimbangan hubungan ini menjadi lebih sesuai untuk mengembangkan sifat membina yang dapat mendewasakan Bapak Angkat. Kalau tidak maka Bapak Angkat yang diharapkan dapat membina itu akan menjadi Saudara Tua yang justru menggunakan yang lemah untuk kepentingannya. Dan malahan menjaga agar yang lemah ini tetap demikian sehingga Saudara Tua tetap kelihatan lebih menonjol dan penting.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus