"SELAMBAT-lambatnya pada 1980 semua Panglima Kodam di luar Jawa
sudah dipegang perwira generasi muda yang dipandang sudah matang
dan memenuhi syarat untuk jabatan tersebut." Pernyataan ini
diucapkan KSAD Jenderal Widodo seusai upacara serah terima
jabatan Pangdam XIV/Hasanudin di Ujungpandang 2 pekan lalu.
Pangdam XIV/Hasanudin yang baru adalah Brigjen Soegiarto (43
tahun), tamatan Akademi Militer Nasional (AMN) angkatan I.
Selain Soegiarto, diangkat juga 4 Pangdam baru: Brigjen Tri
Sutrisno (44 tahun) sebagai Pangdam IV/Sriwijaya, Brigjen M.
Sanif sebagai Pangdam XII/Tanjungpura, Brigjen Sudiman Saleh
sebagai Pangdam X/Lambung Mangkurat dan Brigjen Sularso sebagai
Pangdam III/17 Agustus.
Munculnya perwira generasi muda ABRI dalam posisi pimpinan ABRI,
terutama perwira hasil pendidikan ABRI ini sangat menarik
perhatian. Untuk lebih menjelaskan, KSAD Jenderal Widodo dalam
suatu wawancara dengan TEMPO menjawab beberapa pertanyaan. Di
antaranya:
Bagaimana kebijaksanaan TNI-AD dalam masalah regenerasi ini?
Kurun waktu 5 tahun mendatang adalah tahap akhir dari pengabdian
generasi 1945 dalam dinas aktif. Kita pernah mengalami
kekosongan pembentukan perwira antara 1950-1957 hingga jika ini
tidak ditangani secara khusus akan terjadi kepincangan
pembinaan. Misalnya jika kita terapkan proses pemensiunan pada
usia pensiun minimum, dalam dua tiga tahun ini kita di TNI-AD
akan kehabisan Perwira Tinggi.
Lalu bagaimana tentang pelaksanaannya? Proses regenerasi itu
sudah tentu meliputi seluruh golongan kepangkatan. Untuk tingkat
Tamtama dan Bintara proses ini telah berjalan lebih normal
dibanding golongan Perwira. Sebabnya karena tidak adanya
kekosongan selama ini serta masa dinas yang pendek. Sebagai
akibat, maka pada akhir 1984, 52% perwira TNI-AD akan terdiri
dari perwira baru sedang untuk Bintara dan Perwira di bawah 25%.
Bentuk dasar proses regenerasi ini adalah dengan mempertahankan
dalam dinas aktif sampai usia pensiun maksimum perwira dalam
golongan kepangkatan tertentu yang belum dapat diisi perwira
yang lebih muda agar terdapat kesinambungan. Di samping itu juga
meningkatkan dan mempercepat proses pematangan perwira generasi
muda untuk memikul jabatan yang bertanggung jawab.
Regenerasi ini erat hubungannya dengan sistim pendidikan. Apakah
ada perobahan dalam sistim pendidikan TNI-AD?
Perubahan yang mendasar untuk penyempurnaan dan pengembangan
selalu dilakukan. Dalam struktur organisasi Komando
Pengembangan, Pendidikan dan Latihan (Kobangdiklat) awal tahun
ini telah dibentuk antara lain Pusat Pengembangan Tempur/Bantuan
Tempur (Pusbangpur/Banpur), Pusat Pengembangan Bantuan
Administrasi (Pusbang Banmin), Pusat Pengembangan Teritorial
(Pusbangter) dan Pusat Pengembangan Intelijen (Pusbangintel).
Secara jujur harus diakui keterbatasan anggaran dalam
tahun-tahun lalu menyebabkan kurang sempurnanya kwantitas dan
kwalitas prasarana pendidikan kita.
Menhankam Jenderal Jusuf menjelaskan sekarang sedang dimantapkan
60 batalyon infanteri yang latihannya dipertanggungjawabkan pada
TNI-AD. Apa yang telah dilakukan dalam hal ini?
Kita tidak membentuk pasukan baru, tapi mengisi kemampuan
pasukan yang sudah ada. Di waktu lalu pasukan ini di bawah
standar, baik personil maupun perlengkapannya. Sebabnya karena
keterbatasan anggaran. Untuk batalyon, kekuatan baku adalah 699.
Latihan Pelatih Inti telah selesai. Yang sekarang dilatih adalah
Bintara Peleton serta Bintara Pelatih Inti serta para pejabat
batalyon lainnya dari seluruh Indonesia di Pusat Latihan Tempur
Kodam VI/Siliwangi dan Kodam VIII/Brawijaya.
Tampaknya kwalifikasi profesional ditingkatkan.
Benar. Sasaran pembangunan Hankamnas kita menentukan bahwa ABRI
sebagai kekuatan Hankam terdiri dari Angkatan Perang yang kecil
dan cadangan serta Polri yang cukup. Kwalifikasi profesional
yang tinggi mutlak perlu untuk kekuatan yang secara kwantitas
kecil. Peningkatan profesionalisme ini perlu ditingkatkan karena
keterbatasan anggaran di masa lalu. Latihan menembak misalnya,
amat jarang dilakukan karena keterbatasan amunisi. Peningkatan
kesejahteraan prajurit, pendidikan dan latihan serta penyediaan
alat perlengkapan baru termasuk dalam usaha peningkatan
profesionalisme ini. Bersamaan dengan itu, perhatian yang sama
besarnya diberikan pada terpeliharanya idealisme perjuangan yang
kokoh, disiplin dan tata-tertib yang tinggi serta tetap
terpeliharanya kemanunggalan ABRI-Rakyat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini