Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Bukan Pasukan Baru, Tapi.......

Wawancara Tempo dengan Jenderal Widodo, KSAD, direncanakan oleh perwira generasi muda. Regenerasi meliputi seluruh golongan kepangkatan. (nas)

2 Mei 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"SELAMBAT-lambatnya pada 1980 semua Panglima Kodam di luar Jawa sudah dipegang perwira generasi muda yang dipandang sudah matang dan memenuhi syarat untuk jabatan tersebut." Pernyataan ini diucapkan KSAD Jenderal Widodo seusai upacara serah terima jabatan Pangdam XIV/Hasanudin di Ujungpandang 2 pekan lalu. Pangdam XIV/Hasanudin yang baru adalah Brigjen Soegiarto (43 tahun), tamatan Akademi Militer Nasional (AMN) angkatan I. Selain Soegiarto, diangkat juga 4 Pangdam baru: Brigjen Tri Sutrisno (44 tahun) sebagai Pangdam IV/Sriwijaya, Brigjen M. Sanif sebagai Pangdam XII/Tanjungpura, Brigjen Sudiman Saleh sebagai Pangdam X/Lambung Mangkurat dan Brigjen Sularso sebagai Pangdam III/17 Agustus. Munculnya perwira generasi muda ABRI dalam posisi pimpinan ABRI, terutama perwira hasil pendidikan ABRI ini sangat menarik perhatian. Untuk lebih menjelaskan, KSAD Jenderal Widodo dalam suatu wawancara dengan TEMPO menjawab beberapa pertanyaan. Di antaranya: Bagaimana kebijaksanaan TNI-AD dalam masalah regenerasi ini? Kurun waktu 5 tahun mendatang adalah tahap akhir dari pengabdian generasi 1945 dalam dinas aktif. Kita pernah mengalami kekosongan pembentukan perwira antara 1950-1957 hingga jika ini tidak ditangani secara khusus akan terjadi kepincangan pembinaan. Misalnya jika kita terapkan proses pemensiunan pada usia pensiun minimum, dalam dua tiga tahun ini kita di TNI-AD akan kehabisan Perwira Tinggi. Lalu bagaimana tentang pelaksanaannya? Proses regenerasi itu sudah tentu meliputi seluruh golongan kepangkatan. Untuk tingkat Tamtama dan Bintara proses ini telah berjalan lebih normal dibanding golongan Perwira. Sebabnya karena tidak adanya kekosongan selama ini serta masa dinas yang pendek. Sebagai akibat, maka pada akhir 1984, 52% perwira TNI-AD akan terdiri dari perwira baru sedang untuk Bintara dan Perwira di bawah 25%. Bentuk dasar proses regenerasi ini adalah dengan mempertahankan dalam dinas aktif sampai usia pensiun maksimum perwira dalam golongan kepangkatan tertentu yang belum dapat diisi perwira yang lebih muda agar terdapat kesinambungan. Di samping itu juga meningkatkan dan mempercepat proses pematangan perwira generasi muda untuk memikul jabatan yang bertanggung jawab. Regenerasi ini erat hubungannya dengan sistim pendidikan. Apakah ada perobahan dalam sistim pendidikan TNI-AD? Perubahan yang mendasar untuk penyempurnaan dan pengembangan selalu dilakukan. Dalam struktur organisasi Komando Pengembangan, Pendidikan dan Latihan (Kobangdiklat) awal tahun ini telah dibentuk antara lain Pusat Pengembangan Tempur/Bantuan Tempur (Pusbangpur/Banpur), Pusat Pengembangan Bantuan Administrasi (Pusbang Banmin), Pusat Pengembangan Teritorial (Pusbangter) dan Pusat Pengembangan Intelijen (Pusbangintel). Secara jujur harus diakui keterbatasan anggaran dalam tahun-tahun lalu menyebabkan kurang sempurnanya kwantitas dan kwalitas prasarana pendidikan kita. Menhankam Jenderal Jusuf menjelaskan sekarang sedang dimantapkan 60 batalyon infanteri yang latihannya dipertanggungjawabkan pada TNI-AD. Apa yang telah dilakukan dalam hal ini? Kita tidak membentuk pasukan baru, tapi mengisi kemampuan pasukan yang sudah ada. Di waktu lalu pasukan ini di bawah standar, baik personil maupun perlengkapannya. Sebabnya karena keterbatasan anggaran. Untuk batalyon, kekuatan baku adalah 699. Latihan Pelatih Inti telah selesai. Yang sekarang dilatih adalah Bintara Peleton serta Bintara Pelatih Inti serta para pejabat batalyon lainnya dari seluruh Indonesia di Pusat Latihan Tempur Kodam VI/Siliwangi dan Kodam VIII/Brawijaya. Tampaknya kwalifikasi profesional ditingkatkan. Benar. Sasaran pembangunan Hankamnas kita menentukan bahwa ABRI sebagai kekuatan Hankam terdiri dari Angkatan Perang yang kecil dan cadangan serta Polri yang cukup. Kwalifikasi profesional yang tinggi mutlak perlu untuk kekuatan yang secara kwantitas kecil. Peningkatan profesionalisme ini perlu ditingkatkan karena keterbatasan anggaran di masa lalu. Latihan menembak misalnya, amat jarang dilakukan karena keterbatasan amunisi. Peningkatan kesejahteraan prajurit, pendidikan dan latihan serta penyediaan alat perlengkapan baru termasuk dalam usaha peningkatan profesionalisme ini. Bersamaan dengan itu, perhatian yang sama besarnya diberikan pada terpeliharanya idealisme perjuangan yang kokoh, disiplin dan tata-tertib yang tinggi serta tetap terpeliharanya kemanunggalan ABRI-Rakyat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus