Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sosial

Orthodoxi, Sekedar Pengalaman

Sekte Threvada (hinayana) bertahan hampir 25 abad disebabkan ketaatan kepada ajaran yang asli dan netral dalam politik. Pemeluknya 70 juta terutama di Asia. (ag)

2 Mei 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEKUATAN mempertahankan aturan kebiksuan yang asli, menyebabkan agama Budha sekte Theravada mampu bertahan hampir 25 abad." Ini menurut Prof. Yoneo Ishii (52 tahun), ahli Sejarah Asia Tenggara dari Universitas Kyoto -- dan pernah menjalani masa kependetaan tiga bulan di Muangthai. Berceramah di hadapan para cendekiawan di Pusat Kebudayaan Jepang, Jakarta, 23 Mei lalu, Prof. Ishii tampak sebagai pembela orthodoxi. Ceramahnya berjudul: 'Budhisme di Asia Tenggara: orthodoxi di bawah tantangan perobahan dunia'. Dengan orthodoxi sudah tentu ia bicara tentang Theravada (alias Hinayana), sekte yang diketahui sebagai tertua yang seperti disebutnya merupakan mayoritas di kawasan ini dan berpemeluk 70 juta -- di Srilanka, Birma, Muangthai, Kamboja, Laos, dan Khmer Kraom di Vietnam. Bahkan dikabarkan mayoritas di kalangan Budhis Indonesia. Hal penting pertama ialah, di negeri Budhis sejak dahulu peranan raja sangat besar dalam menyokong sangha (persaudaraan biksu) dengan segala dana. Raja juga mengalami masa praktek kependetaan yan tiga hulan. Itu menyebabkan, bila monarkhi lenyap, sangha memang bisa goyah. Seperti di Srilanka dan Birma setelah monarki ditumbangkan Inggeris, maupun di Indochina sekarang. "Kalau benar bahwa rezim Khmer Merah memerintahkan seluruh biksu menanggalkan jubah kuningnya," kata penceramah, "berarti sangha di sana akan menghilang." Kebutuhan Sosial Tetapi perobahan sosial, asal tidak berujud pelarangan, sebenarnya bisa diikuti. Kenyataannya vihara dan lingkungan tidak terpisah. Wajib belajar yang dilaksanakan di Muangthai pada 1921 misalnya menyebabkan vihara sibuk -- karena jadi tempat anak-anak. Universitas Budhis Maha Chulalongkorn membuka Fakultas Kemanusiaan dan Kesejahteraan Sosial, yang lulusannya dikirim ke 27 propinsi. Pada 1967 misalnya 1.348 biksu dikirim ke berbagai desa Muangthai Utara yang terkenal miskin. Jadi konservatif dalam agama tidak berarti tidak terlibat masalah kebutuhan sosial, kesimpulan profesor. Juga walaupun iklim politik atau ideologi bertukar. Di masa Sihanouk, orang di Kamboja sudah bicara tentang "Budhisme dan Sosialisme". Memang ada biksu yang menyatakan "kita Budhis harus mengusir ide-ide komunis" -- tapi sebenarnya lebih banyak yang diam. Juga di Muangthai. Yang sangat anti komunis, "saya tidak yakin benar-benar mewakili kelompok Budhis di sana," katanya kepada TEMPO. Bukan karena para biksu Theravada pro-komunis. Para pendeta yang dulu bunuh diri di Saigon, memprotes rezim Cao Ky, menurut Prof. Ishii berasal dari Mahayana -- bukan Theravada. Padahal yang biasanya dihubung-hubungkan dengan "atheisme" adalah Theravada, yang tetap memegangi ucapan Budha: "Apa yang tidak disabdakan, biarlah tinggal tak disabdakan" -- dan karena itu "mereka juga tak pernah menolak ide ketuhanan. " Timbulnya banyak sekte, seperti dalam Mahayana atau yang pecah daripadanya, tak mungkin pada Theravada. Alasan: "Sekali mudah menerima hal baru dalam ajaran seterusnya akan mudah pecah. " Dan Therevada tak demikian. Dus ketahanan yang dimaksud memang melulu menyangkut bidang swasta. Budhisme, setidaknya bagi kaum orthodox, sama sekali netral dalam politik. Sangha toh tetap bisa bertahan tanpa seorang raja pelindung -- sementara seorang komunis tidak dengan sendirinya non-Budhis. Meski begitu mengenai apa yang sebenarnya sedang terjadi di Kamboja misalnya, Prof. Ishii mengatakan tidak tahu persis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus