Keunggulan apa yang akan diadu antara Susilo Bambang Yudhoyono dan Megawati Soekarnoputri dalam pemilihan presiden ronde kedua nanti? Selain pesona pribadi calon presiden, mungkin susunan calon anggota kabinet mereka akan dimajukan dalam kampanye untuk dipersaingkan, mana yang lebih baik dan lebih menarik bagi para pemilih. Masyarakat menuntut agar kabinet bayangan masing-masing terbuka untuk dinilai dan diperbandingkan.
Sampai sekarang tampaknya belum ada rencana yang mantap tentang kabinet bayangan ini. Yang ada baru desas-desus tentang nama calon, bahkan baru pada taraf calon nama-nama yang mungkin atau diharap dicantumkan dalam daftar pilihan bagi jabatan tertentu. Sedangkan dari Megawati ataupun SBY sendiri masih terasa ada keraguan, kalaulah bukan keengganan, untuk sungguh-sungguh mulai menyusun bakal tim pemerintahan mereka sejak sekarang. Masing-masing saling mengintip, apakah ada yang akan lebih dulu mengambil inisiatif. Jika yang satu tidak, yang lain juga tak merasa terdesak untuk mengumumkan susunan calon menterinya.
Saling tunggu di antara pasangan calon presiden sehingga hasilnya adalah batal mengumumkan kabinet bayangan telah terjadi dalam kampanye pemilihan presiden putaran pertama yang baru lalu. Hampir semua pasangan berjanji menyiarkan calon menterinya, setidaknya untuk beberapa pos yang dianggap penting. Pasangan Amien Rais-Siswono Yudho Husodo termasuk yang paling memastikan bahwa itu akan dilakukan. Agar para pemilih tidak seperti membeli kucing dalam karung, begitulah semboyan yang dipakai meyakinkan. Namun, sampai akhir masa kampanye, tak ada yang memulai berbuat sesuai dengan kata yang diucapkan. Yang lain pun mengikuti. Karungnya kosong, tak ada kucing warna apa pun di dalamnya.
Menyusun kabinet bayangan setidaknya punya dua manfaat. Dua pulau bisa terlampaui sekali merengkuh dayung. Dengan memilih anggota kabinet yang tepat sejak awal?bukan sekadar menyebut nama?akan tersusun komposisi pemerintahan yang diharap akan cukup tangguh kelak. Tim tersebut bisa menyiapkan apa yang segera harus dilakukan begitu terpilih, dan kerja sama di antara mereka sudah bisa dimulai lebih dini. Manfaat kedua ialah efek pengumuman kepada masyarakat pemilih. Dukungan bagi calon presiden bisa diharap bertambah kalau calon menteri yang diajak punya kualitas yang mengesankan. Siapa yang akan menjadi pelaksana adalah lebih penting bagi rakyat pemilih daripada program rumit yang ditawarkan kedua calon presiden.
Menteri yang dipercayai rakyat, baik karena kemampuan maupun integritasnya, adalah alat bukti konkret bahwa segala komitmen yang dituangkan dalam janji kampanye akan benar dijalankan. Menegakkan hukum, memberantas korupsi dan kolusi, membersihkan aparatur negara, mengurangi kemiskinan, membuka lapangan kerja, mengekang inflasi, semua yang baik-baik dan sama-sama dijanjikan oleh kedua calon presiden yang bersaing itu masih menyisakan pertanyaan: siapa yang akan diajukan untuk memimpin pelaksanaannya? Kepercayaan yang diberikan rakyat akan sangat bergantung pada alat bukti yang dipunyai, yang hingga kini belum disodorkan oleh SBY dan Megawati.
Mungkin agak terlalu cepat kalau kita menuduh kedua calon presiden itu hanya beromong kosong atau memegang karung kosong belaka. Boleh jadi keduanya sudah mulai memikirkan tim idaman yang akan dibentuknya, sambil mencadangkan lowongan jabatan untuk berdagang sapi dengan partai yang akan berkoalisi. Namun tidak terterima akal kalau dikatakan bahwa tim inti kabinet belum disusun karena waktunya masih terlalu pagi, sebab hal itu semestinya sudah dilakukan semenjak pemilihan presiden putaran pertama. Yang lebih bisa dipastikan, SBY dikenal sebagai pengambil keputusan yang lambat karena kelewat cermat, dan Megawati sering terhambat mengambil keputusan karena pertimbangannya lambat. Hasilnya kurang-lebih sama dari sudut kepentingan rakyat pemilih.
Dari kubu pendukung Megawati sendiri ada gerakan yang ingin mengubah strategi kampanye melawan SBY. Caranya ialah dengan mengalihkan medan persaingan, dengan menciptakan perbedaan yang bisa menjadi keunggulan komparatif terhadap SBY. Ketika yang diadu hanyalah kualitas pesona pribadi Mega melawan SBY seperti pada pemilihan yang lalu, terbukti sukar bagi Mega mengalahkan SBY. Jika ini diteruskan, mustahil Mega menang. Jadi, persaingan harus digeser ke perbedaan lain, yaitu beda dalam mutu tim kabinet yang dibentuk. Karena itu, pendukung Mega justru mengusulkan agar segera dibentuk kabinet bayangan, yang lebih unggul dan menarik dibandingkan dengan tim SBY. Usul ini akan kandas karena rupanya Mega masih tertambat pada kebiasaan untuk tidak mengambil keputusan, apalagi yang tergolong drastis.
Akhirnya sementara ini tidak ada yang akan mengumumkan kabinet bayangannya. Yang ada cuma spekulasi yang beredar melalui desas-desus. Kalau begitu, sementara ini rakyat pemilih juga bisa menilai dengan cara lain: cukup dengan membandingkan, siapa yang lebih awal berani mengumumkan kabinet bayangannya, tanpa harus menimbang bobotnya dulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini