Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SETIAP musim kampanye tiba, setiap kali pula para kandidat pemimpin tergopoh-gopoh mendekati para pemilih. Calon bupati, gubernur, presiden, atau anggota parlemen, yang sebelumnya lebih banyak ongkang-ongkang, tiba-tiba rajin menebar senyum, giat keluar-masuk pasar, menyalami tukang ojek, nongkrong di warung, atau menyanyi di panggung dangdut. Kesan ”membela” rakyat ditonjol-tonjolkan, tujuannya satu: merebut suara agar menang dalam pemilihan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo