Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Iwan Kurniawan*
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KATA “vaksinasi” dan “imunisasi” menjadi populer sejak pemerintah mulai menjalankan program vaksinasi Covid-19 secara massal. Bahasa Indonesia menyerap kedua istilah itu dari bahasa Inggris “vaccination” dan “immunization”. Makna keduanya berbeda secara paradigmatik tapi sebagian orang sering mempertukarkannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Istilah “vaccination” diperkenalkan pertama kali oleh Edward Jenner, penemu vaksin cacar, pada 1798. Kata itu berasal dari bahasa Latin “vacca”, yang berarti “sapi”, karena Jenner membuat vaksinnya dari Variolae vaccinae, virus variola penyebab cacar pada sapi, yang dilemahkan.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyebut “vaksinasi” sebagai penanaman bibit penyakit yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh manusia atau binatang agar orang atau binatang itu menjadi kebal terhadap penyakit tersebut. Contohnya adalah “Vaksinasi cacar secara massal telah dilakukan di daerah yang terkena wabah”.
Adapun “immunization” berasal dari kata “immunis”. Menurut A Latin Dictionary (1958) karya Charlton T. Lewis dan Charles Short, kata dalam bahasa Latin itu bermakna, antara lain, dikecualikan atau dibebaskan dari jabatan, beban, atau tugas publik, seperti dalam ungkapan “bebas dari pajak” atau “bebas dari wajib militer”. Contohnya termuat dalam pidato Tullius Cicero, orator dan filsuf dari abad ke-43 sebelum Masehi: Verum, gnate mi, is est immunis, quoi nihil est qui muus fungatur suuni (Tetapi, sayangku, itu dikecualikan, karena setiap orang punya karunia akan keberhasilan masing-masing).
Jadi vaksinasi adalah kegiatan pemberian vaksin, yang biasanya berupa penyuntikan. Kekebalan terhadap penyakit tertentu adalah tujuan vaksinasi. Adapun imunisasi adalah proses menciptakan kekebalan pada tubuh. Jadi vaksinasi hanya salah satu upaya imunisasi. Perlu berbagai upaya lain, termasuk berolahraga dan makan makanan bergizi, agar tubuh menjadi kebal. Dalam hal ini, kita dapat mengatakan bahwa “dokter melakukan vaksinasi terhadap bayi” tapi “dokter melakukan imunisasi terhadap penduduk desa” kurang tepat.
Sejak Jenner memperkenalkan vaksinasi untuk menciptakan kekebalan tubuh, kata itu kemudian sering dipertukarkan. Namun makna imunisasi tetap lebih luas daripada vaksinasi sehingga penggunaannya perlu memperhatikan konteks suatu kalimat.
Perbedaan makna ini terlihat dari opini para penentang vaksin. Undang-Undang Vaksinasi Inggris tahun 1840 adalah contoh dari masuknya pandangan penentang vaksin ke dalam hukum. Undang-undang itu mengatur larangan vaksinasi bagi orang yang menolak vaksin karena keyakinannya, tapi tidak melarang imunisasi. Bagaimanapun, tak ada orang yang tidak ingin kebal terhadap penyakit, tapi tak semua orang mau divaksin.
Beberapa media telah mempertukarkan kedua kata itu. Misalnya, CNBC Indonesia memberitakan bahwa “Vaksin corona buatan Sinovac sudah tiba Indonesia dan pemerintah mulai menyiapkan waktu pelaksanaan imunisasi”. Tempo.co menulis “Pemerintah menargetkan 70 persen penduduk atau sekitar 182 juta jiwa dapat diimunisasi agar herd immunity atau kekebalan komunitas dapat tercapai”. Kedua kalimat itu sebenarnya berbicara soal vaksinasi, bukan imunisasi, sehingga lebih tepat mereka menggunakan kata “vaksinasi” pada berita CNBC Indonesia dan “divaksin” pada berita Tempo.co.
Perubahan kata benda “imunisasi” menjadi kata kerja “diimunisasi” juga sering bermasalah. KBBI memang mencantumkan kata “mengimunisasi” dan “memvaksinasi”. Tapi contoh “mengimunisasi” yang disodorkan KBBI, yakni “sejumlah warga menolak mengimunisasi balita mereka karena cemas anak mereka malah sakit”, keliru. Kata yang tepat pada kalimat itu adalah “memvaksin” karena yang ditolak adalah vaksin.
Bila ingin menjadikannya kata kerja, kita tampaknya perlu kembali ke kata dasarnya: “imun” dan “vaksin”. Dari sini baru bisa kita turunkan kata kerja seperti “mengimunkan” dan “memvaksin”.
Dalam bahasa Inggris, tidak ada kata kerja “immunization” dan “vaccination”, melainkan “immunize” dan “vaccinate”. Oxford English Dictionary memberi contoh “the vaccine is used to immunize children against measles” dan “all the children were vaccinated against tuberculosis”.
Bahasa Indonesia banyak menyerap istilah dari bahasa asing. Namun istilah itu tak selalu tepat bila diubah semata berdasarkan tata bahasa Indonesia. Kita sepatutnya melacak asal katanya dan mempelajari penggunaannya dalam bahasa asal kata tersebut.
*) JURNALIS TEMPO
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo