Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Laporan budaya

Keris menjadi barang antik, jadi incaran pengagumnya. ford foundation memberi bantuan dana kpd museum radyapustaka untuk melestarikan pandai keris, desa jitar, para pandai besi tidak merasakan hasilnya.

6 Agustus 1977 | 00.00 WIB

Laporan budaya
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Acara, ulang tahun perkumpulan pencinta kebudayaan. Tempat, di suatu gedung mentereng di Jakarta. Hadir para anggota, umumnya dari kalangan paling atas dan seorang tamu kehormatan. Ketua perkumpulan menyampaikan pidato. Saudara-saudara sekalian, good evening! DALAM acara malam ini kita memperoleh kehormatan, dengan kehadiran guest of honour, Bapak. Tidak perlu saya jelaskan lagi jasa beliau dalam memelihara warisan kebudayaan nenek moyang. Sesuai dengan rencana, secara speciaal sore ini kita ambil acara appreciatie keris. Sebagai anggota associatie pencinta budaya, saya yakin U sekalian faham de philosofie van deze Tosan Aji. Yha, keris, seperti U tahu adalah simbul keluhuran status bangsa kita. Functie keris sebagai senjata hendaknya tidak dikaburkan dengan functie keris dalam tata hidup leluhur kita. Menurut saya curigo atau keris, bisa dianggap identiek dengan taraf budaya bangsa. Keris berperan sebagai salah satu di antara elementen dari wisma, wanita, kukila (burung), dan turangga (kuda), sebagai simbol dan idaman nenek moyang kita dalam membina rumah tangga yang harmonisch. Keris adalah juga sebagai simbol status dari pemiliknya. Tiap kali ada perkawinan anak pejabat, Jawa khususnya, para tamu dan keluarga temanten mengenakan pakaian adat. Sudah tentu keris tak ketinggalan. Walaupun harus menyewa dari Panti Busana. Wij musti mulai menoleh pada identitas sendiri. Tuan dan Nyonya yang sadar mulai sekali-sekali mengenakan sinjang batik, belajar memilih dan mengenakan keris, semuanya untuk mencerminkan status sosialnya. Saudara-saudara sekalian, Tetapi kini keris sudah menjadi buronan pedagang barang antiek. Mereka membelinya dengan harga yang fantastisch. Apalagi kalau si empunya bisa menempelkan label empu terkenal, Supo atau dapur Nogososro. Sementara pasaran ramai, produksi nihil. Siapa musti mengisi deze kekosongan? Ada sinjalement para pengagum keris, bahwa seni pandai keris kita telah memudar. Karena kemajuan technologie, kerja empu yang menandai keris dengan sidik jari atau akeban bibir menjadi tidak relevant lagi. Namun rasa cemas yang berbatasan dengan nostalgia itu akan berobah menjadi harapan. Inilah hasil penemuan conectie kita melalui associatie. Di sebuah desa sepi, Jitar namanya, Kecamatan Mayudan, sebelah barat Yogyakarta, dua orang kakak beradik bertahan meneruskan proffessie van orang tuanya, pandai keris. Seorang dari buitenland, Mynheer D, telah menemukan mereka. Mynheer D memberikan bahan nikkel, besi dan baja dan upah mengerjakan sebilah keris. Untuk menjajagi apakah kemampuan sang pandai masih memadai, Mynheer D pun sering datang ke Museum Radyapustaka di Sala. Pertama-tama, besi, baja dan nikkel yang ditempa di Jitar selalu pecah. Baru pada akhir tahun 1974 setelah hampir setahun mencoba-coba di besalen (bengkel keris) Ki Yosopangarso deze mynheer D memperlihatkan hatsil usahanya kepada Kangjeng Raden Tumenggung Harjonagoro, ketua Museum Radyapustaka. Keris berpamor itu ternyata dinilai bagus sekali! Dear friends, (kini sang ketua menoleh ke anggota yang bulebule). Terangsang oleh karya itu, museum Radyapustaka berusaha mencari dana guna menghidupkan dan melestarikan seni pandai keris ini. Sementara menanti persetujuan Ford Foundation, datanglah sebuah permntonan dari seorang mahasiswa University of Hawaii di Honolulu. Kiranya Radyapustaka bersedia membantu mensponsori tulisan ilmiahnya di bidang perkerisan. Ini Mr. G. dari Hawaii sudah dikenal betul oleh kalangan Boworoso Tosan Aji, perkumpulan penggemar keris di Sala. Enam bulan Mr. G. belajar dan berlatih dalam menempa keris berpamor di Jitar. Dalam bulan Maret atau April 1977 keluarlah dari besalen yang primitief milik Ki Yosopangarso tadi, sebilah keris berpamor, berdapur tilam sari. Dalam pada itu Ford Foundation memberi persetujuan bantuan dana. Untuk membuat sebuah besalen yang representatief dan mendidik cantrik baru untuk practicum di situ. Pada bulan Juni 1977 sebilah keris dapur Jalak Sangu Tumpeng berhasil diselesaikan di Desa Jitar. Setelah diberi warongko oleh Raden Ngabei Probowir.ongko, mendak bikinan Demang Supo, pendok oleh Ngabei Nyotopendoko, jejeran dan ukiran dikerjakan di Desa Jejerpangukir di lereng Gunung Merapi, keseluruhannya dilaras oleh Tumenggung Hardjopanglaras, maka keris ini siap dipersembahkan kepada guest hounor kita malam ini Bapak sebagai penghargaan associate atas jasa-jasa beliau. Tepuk tangan setempak, panjang, teratur dan sangat sopan. Maka pelayan pun serempak menyerbu dengan mengedarkan minuman dan coktail kembali. Hadirin mulai bergerak menyebar, menggeser diri dari kelompok satu ke kelompok yang lain. Beberapa masih memuji dan mengagumi keris dengan penuh basa-basi. Di Desa Jitar, para pandai keris sore itu sudah lama meringkuk di bale bambu masing-masing. Dengus nafas tidurnya penuh irama kecapekan. Seorang di antara mereka sedang bermimpi. Besalen mereka ketumpahan sop jamur beremberember. Perapiannya yang membara membakar hangus gumpalan daging berkilo-kilo, menyebar bau yang menusuk. Segala macam saus bercampur dalam adonan warangan yang ia siapkan hati-hati. Kendinya di pojok yang biasa ia minum di kala kehausan, pecah, menumpahkan cairan berbusa membanjiri lantai. Baunya merangsang tetapi pasti ia tak bisa meminumnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus