Setiap membaca media massa, kita hampir selalu disuguhi berbagai berita kriminalitas yang mewarnai kehidupan kota besar di Tanah Air. Itu tak berarti di desa tak ditemukan kasus kriminalitas, cuma kuantitasnya jauh lebih kecil ketimbang di kota besar. Hasil penyelidikan mengungkapkan, motif kriminalitas di kota- kota besar pada umumnya adalah kemiskinan. Maksudnya, hal itu terjadi karena impitan ekonomi. Sedikit sekali tindakan kriminalitas yang bermotifkan balas dendam, misalnya. Tak bisa dimungkiri, pada hakikatnya kemiskinan besar peranannya sebagai pemicu kriminalitas. Aristoteles pernah mengatakan, "Kemiskinan menimbulkan kejahatan dan pemberontakan." Juga Plato mengatakan, "Emas manusia adalah sumber dari banyak kejahatan. Dan semakin lebar kesenjangan sosial, semakin merosot penghargaan orang terhadap kesusilaan." Jika dikaji lebih jauh, sebenarnya pendapat kedua ahli pikir itu tak bisa disangkal. Maka, dapat dikatakan, di daerah yang terdapat kesenjangan sosial, di situ secara diam-diam juga terdapat bajingan, tukang copet, tukang jagal, dan pemerkosa agama, yang senantiasa mengancam kehidupan. Fakta mengungkapkan, di kota-kota metropolitan itulah, yang merupakan pusat kesenjangan sosial, frekuensi kriminalitas ter- sebut semakin tinggi. Melihat betapa eratnya kaitan antara kemiskinan dan kriminalitas, maka dalam upaya mencegah, mengurangi, dan menanggulanginya, haruslah masalah kemiskinan yang lebih dulu ditanggulangi. Caranya, antara lain, mempersempit jurang kesenjangan sosial di perkotaan sampai pada batas normal. Pemerataan sosial harus direalisasi dengan segera, dengan menerapkan prinsip pola hidup sederhana, mengembangkan jiwa ke- wiraswastaan, memperluas penyediaan lapangan kerja, khususnya bagi angkatan kerja potensial yang menganggur. Perlu pula di- tingkatkan kesetiakawanan sosial tanpa memandang suku, agama, dan sebagainya.ERWIN, S.H.Jalan W.R. Supratman 49 Kecamatan Lubukpakam I-II Deliserdang, Sumatera Utara
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini