Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Editorial

Tugas Berat Direktur Utama Pertamina

Penunjukan Nicke Widyawati sebagai Direktur Utama PT Pertamina (Persero) harus menjadi momentum untuk perbaikan langkah perusahaan pelat merah tersebut.

30 Agustus 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Tugas Berat Direktur Utama Pertamina

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penunjukan Nicke Widyawati sebagai Direktur Utama PT Pertamina (Persero) harus menjadi momentum untuk perbaikan langkah perusahaan pelat merah tersebut. Sebagai orang nomor satu di Pertamina, dia mesti berfokus pada tugas utama perusahaan, yaitu mencukupi kebutuhan minyak dan gas nasional.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nicke menduduki kursi yang amat panas. Dia menjadi orang kesembilan yang menakhodai Pertamina dalam 15 tahun terakhir. Selama pemerintahan Presiden Joko Widodo, direktur utama perusahaan itu sudah berganti tiga kali.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di tengah beban berat di sektor hulu dan hilir perusahaan dengan aset Rp 700 triliun itu, perlu ada penetapan skala prioritas. Terlebih kondisi keuangan Pertamina sedang memburuk-laba mereka turun dari US$ 3,14 miliar pada 2016 menjadi US$ 2,54 miliar pada 2017-sementara neraca transaksi perdagangan defisit US$ 2,03 miliar. Dengan kondisi seperti ini, Pertamina sebaiknya mengutamakan pembenahan sektor hilir agar impor bahan bakar berkurang, mengingat US$ 1,18 miliar dari total defisit disumbang sektor minyak dan gas.

Demi kemandirian energi nasional, pembangunan kilang baru dan peningkatan kemampuan kilang lama merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar. Selain mengejar kuantitas, Pertamina harus membangun kualitas. Apalagi produksi bahan bakar berkualitas tinggi merupakan suatu keharusan setelah Indonesia mengadopsi standar emisi Euro 4 per Oktober mendatang.

Pembenahan sektor hilir bukan berarti mengesampingkan sektor hulu, yang memproduksi 380 ribu barel per hari. Hanya, di tengah kondisi keuangan sekarang, pembenahan sektor hulu sebaiknya masuk pilihan kedua karena memerlukan investasi lebih besar. Apalagi kebanyakan sumur yang dikuasai Pertamina tergolong sumur tua yang memerlukan teknologi tinggi untuk memulihkan produksinya. Tidak perlu tergiur mengakuisisi sumur baru yang mahal.

Direktur utama juga harus merapikan barisan Pertamina yang sempat terpecah oleh dualisme kepemimpinan pada 2017. Nicke, mantan Direktur PT PLN dan PT Rekayasa Industri, bisa memanfaatkan posisinya sebagai “orang luar” yang bebas dari berbagai klik yang mengakar di jajaran pejabat teras Pertamina.

Tugas Nicke menjadi berlipat ganda, mengingat Pertamina tidak pernah bisa lepas dari kepentingan politik. Dia harus menjalankan setumpuk pekerjaannya dan, pada saat yang sama, menghadapi tarik-menarik kepentingan politik serta bidikan pemburu rente dari hulu sampai hilir. Tugas yang mahaberat bagi seorang direktur utama.

Sudah bukan rahasia bahwa Pertamina selalu menjadi sapi perahan para pemburu rente dan politikus. Jika tidak dikelola secara transparan, keuangan Pertamina bisa jebol. Maka direktur utama harus menjalankan tugasnya dengan kepala dingin tanpa melirik ke politikus dan pemburu rente. Di sinilah ujian terberat Direktur Utama Pertamina saat ini.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus