Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Andiani, mengatakan sejumlah potensi bahaya berpeluang terjadi dengan kenaikan aktivitas Gunung Awu di Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Potensi bahaya utama yang terjadi berupa erupsi magmatik dengan lontaran material pijar, atau lontaran dan aliran piroklastik, maupun aliran efusi reaktif yang didominasi uap dan gas gunung api, maupun material erupsi,” kata dia, dalam konferensi pers daring, Minggu, 12 Desember 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Andiani mengatakan potensi selanjutnya terjadi pembongkaran kubah lava jika terjadi peningkatan tekanan magmatik dalam tubuh gunung api dengan bahaya selanjutnya adalah ancaman gas beracun yang berasal dari emisi gas gunung api berupa CO, CO2, H2S, N2, serta CH4. “Gas-gas tersebut dapat membahayakan jiwa jika konsentrasinya yang terhirup melebihi ambang batas,” kata dia.
Andiani mengatakan Gunung Awu juga menyimpan potensi bahaya banjir lahar. “Potensi bahaya sekunder jika terjadi aliran lahar yang berasal dari material piroklastik yang jatuh di bagian lereng dan terbawa air hujan mengikuti alur-alur sungai yang berhulu di Gunung Awu,” kata dia.
Perkiraan potensi bahaya tersebut disimpulkan dari analisis data visual dan instrumental dalam pengamatan Gunung Awu. “Dengan mempertimbangkan potensi ancaman bahaya tersebut terhitung 12 Desember 2021 pukul 10.00 WITA, tingkat aktivitas Gunung Awu dinaikkan dari Level 1 atau Normal ke Level 2 atau Waspada,” kata dia.
Kepada warga diminta untuk tidak beraktivitas dalam radius 1 kilometer dari puncak Gunung Awu. “Masyarakat di sekitar Gunung Awu diharap tetap tenang dan tidak terpancing isu mengenai aktivitas Gunung Awu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,” kata dia.
Andiani mengatakan Gunung Awu memiliki periode erupsi antara 1-100 tahun. “Erupsi Gunung Awu memiliki potensi erupsi eksplositas yang tinggi,” kata dia.
Gunung Awu tercatat sebagai gunung api yang mematikan ke 4 di Indonesia. “Serta secara historis termasuk gunung api yang paling banyak mengakibatkan korban jiwa di antara gunung api lainnya di Sulawesi Utara, dan paling mematikan ke-4 di Indonesia, dengan korban setidaknya 5.301 jiwa. Karakteristik erupsi Gunung Awu dapat bersifat magmatik, eksplosif, efusi, dan freatik,” kata Andiani.
Erupsi terakhir Gunung Awu terjadi pada tahun 2004. Saat itu erupsi gunung tersebut menghasilkan kolom erupsi setinggi 2 kilometer dari atas puncak. Erupsi menyisakan kubah lava di dalam kawahnya.
“Erupsi terakhir pada Juni 2004 menghasilkan kolom erupsi setinggi 2 kilometer di atas puncak, dan menyisakan kubah lava di dalam kawahnya yang memiliki diameter sekitar 370 meter dan tinggi sekitar 30 meter,” kata Andiani.
Sementara pemantauan aktivitas kegempaan Gunung Awu hingga September 2021 cenderung fluktuatif. Mulai Oktober 2021 terjadi peningkatan aktivitas kegempaan yang sebelumnya hanya lima kejadian dalam sehari, meningkat menjadi 7-26 kejadian.
Gempa vulkanik dalam teramati meningkat sejak Oktober 2021. “Asap kawah tidak teramati di atas puncak. Belum terlihat perubahan signifikan pada aktivitas permukaan,” kata Andiani.
Badan Geologi telah mengirimkan surat untuk memperingatkan terjadinya kenaikan aktivitas Gunung Awu pada BNPB, Gubernur Sulawesi Utara, serta Bupati Kepulauan Sangihe.
“Yang kami harapkan setelah ada pemberitahuan ini tentunya pemda, dalam hal ini BPBD, melakukan peningkatan kegiatan meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap bencana. Misalnya dengan membuat rencana kontingensi, atau rencana apabila terjadi ini memang semakin membesar,” kata dia.
Baca:
Paling Mematikan Keempat, Gunung Awu Naik Status Jadi Waspada
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.