Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Brasilia - Dokter yang bertugas untuk suku terbesar di Hutan Amazon, pedalaman Brazil, terkonfirmasi positif terinfeksi virus corona COVID-19. Keadaan itu menimbulkan kekhawatiran bahwa virus bisa menyebar ke masyarakat adat yang rentan dan berada di pedalaman.
Dokter tersebut, yang tak disebutkan namanya, kembali bertugas usai liburan pada 18 Maret 2020. Dia melayani Suku Tikunas yang terdiri atas 30 ribu orang lebih dan tinggal di Amazon atas, dekat perbatasan dengan Kolombia dan Peru.
Kementerian Kesehatan Brazil mengatakan, sang dokter lantas mengalami demam pada hari itu dan diisolasi. Sepekan kemudian, ia dipastikan positif mengidap penyakit virus corona 2019.
"Delapan anggota suku, yang ia rawat pada hari pertama bertugas di layanan kesehatan Sesai langsung dikarantina di rumah mereka dan berada dalam pengawasan," bunyi keterangan Kementerian Kesehatan Brazil, Jumat 27 Maret 2020.
Infeksi dokter tersebut merupakan kasus terkonfirmasi pertama corona yang muncul di desa adat. Kasus tersebut meningkatkan kekhawatiran bahwa wabah itu akan berjangkit serta bisa membunuh 850 ribu penduduk asli Brazil. Mereka telah memiliki riwayat terkena penyakit mematikan yang dibawa oleh orang Eropa, dari cacar dan malaria hingga flu.
Ahli kesehatan mengatakan cara hidup mereka di dusun komunal dengan bangunan jerami yang besar meningkatkan risiko penularan jika ada satu orang yang terinfeksi COVID-19. Isolasi sosial sulit dilakukan oleh suku-suku.
Kementerian Kesehatan Brazil menyebutkan dokter tersebut tidak memiliki gejala ketika kembali bertugas. Dia pun menggunakan masker dan sarung tangan. Namun ia langsung mengisolasi diri begitu mengalami demam.
Kolumnis situs berita G1, Matheus Leitao, melaporkan bahwa dokter tersebut merupakan warga Brazil. Infeksi corona mungkin didapat sang dokter saat berlibur di Brazil selatan atau ketika naik perahu menuju Amazon ke tempat tugasnya di Santo Antonio do Ica.
Hingga kini, Sesai mencatat ada empat orang di kalangan masyarakat adat yang terpapar COVID-19, dan satu orang di Amazon. Para dokter merasa khawatir virus tersebut dapat menyebar cepat di kalangan suku yang sistem imunitasnya terkadang sudah menurun akibat kekurangan gizi, ataupun sakit hepatitis B, TBC dan diabetes.
Sekitar sepertiga dari kematian penduduk asli di Brazil disebabkan oleh penyakit pernapasan yang sudah ada. Epidemi H1N1 pada 2016 menelan nyawa ratusan penduduk asli, terutama dari suku Guaran di selatan Brazil yang lebih dingin.
REUTERS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini