Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Lonjakan Kasus Diare di Kecamatan Sutera, Diduga Air Tercemar Pasca Banjir

Sebanyak 202 orang di Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan terjangkit penyakit diare. Lima balita meninggal karena dehidrasi parah saat diare.

8 Mei 2024 | 19.31 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pasien diare digendong keluarganya di luar karena keterbatasan ruangan di Puskesmas Surantih, Kecamatan Sutera, Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Rabu, 8 Mei 2024. Puskesmas Surantih mencatat, hingga Rabu pagi kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) diare di kecamatan itu bertambah menjadi 255 kasus dan mulai menyerang lansia, namun jumlah pasien sembuh sudah mencapai 159 orang. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 202 warga di Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, terjangkit diare. Kasus diare meningkat pasca banjir bandang yang melanda Kabupaten Pesisir Selatan pada Maret lalu. Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan, Intan Novia Fatma, mengatakan penyakit itu menyebabkan lima orang meninggal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kelimanya merupakan bayi berusia di bawah lima tahun (balita)," katanya kepada Tempo, Rabu, 8 Mei 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kasus meninggal dunia terkait diare, kata dia, umumnya karena keterlambatan keluarga membawa korban ke fasilitas kesehatan. "Rata-rata keluarga membawa korban setelah mengalami dehidrasi dan demam tinggi.”

Dari pengamatan Dinas Kesehatan Pesisir Selatan sejauh ini, sudah ada 123 penderita diare di Pesisir Selatan yang dinyatakan sembuh. Lembaga itu masih mencatat adanya 31 pasien rawat inap kasus diare di Puskesmas Surantih, 16 orang di Rumah Sakit Umum Daerah M. Zein, 12 orang di Rumah Sakit Umum Bhakti Kesehatan Masyarakat Painan, dan sisanya menjalani rawat jalan.

Kasus diare terbanyak muncul dari beberapa wilayah di Kabupaten Pesisir Selatan, seperti Taratak, Lansano, Rawang, dan Pasar Surantih. Sebanyak 85 persen penderitanya adalah bayi yang baru lahir hingga anak 5 tahun,

Lonjakan kasus diare terbesar, tutur Intan, terjadi pada 4 Mei 2024 lalu, yaitu mencapai 28 kasus. "Kami mendapati banyak balita yang sudah mengalami dehidrasi parah, tetapi tidak dibawa ke fasilitas kesehatan," kata dia.

Dehidrasi parah itu ditandai diare dan muntah. Balita juga biasanya terkena demam tinggi. Intan menduga lonjakan diare ini akibat konsumsi air yang tidak direbus.

"Kami menduga kualitas air di Kecamatan Sutera telah tercemar. Disebabkan oleh banjir pada Maret 2024 lalu,” kata Intan. Daerah tersebut mengalami dampak banjir paling parah.

Intan mengimbau masyarakat agar mengikuti anjuran dari Dinas Kesehatan Pesisir Selatan, terutama soal memasak air minum hingga matang. ”Kami harap masyarakat menjalani imbauan agar kasus diare segera berakhir.”

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus