Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Mahasiswa dan Pelajar Lepas Liar Burung Julang Emas di TNBTS

Pelepasliaran burung julang emas memuncaki acara dialog bertema 'Saatnya Generasi Muda Paham Konservasi Keanekaragaman Hayati' di TNBTS.

20 November 2024 | 17.58 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Malang - Pelepasliaran empat individu burung julang emas (Rhyticeros undulatus) memuncaki acara dialog bertema 'Saatnya Generasi Muda Paham Konservasi Keanekaragaman Hayati' yang digelar di dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) pada Selasa, 19 November 2024. Keempat burung itu mengepakkan sayapnya ke luar dari dua kandang habituasi besar dan terbang bebas di antara lindungan kanopi hutan diikuti pandangan mata puluhan pelajar dan mahasiswa peserta dialog.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lokasi diskusi sekaligus pelepasliaran burung julang emas tersebut tepatnya di atas punggung bukit dekat air terjun Coban Jodo di Dusun Bendolawang, Desa Ngadirejo, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Adapun para peserta diskusi terdiri dari mahasiswa Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian-Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang, Himpunan Mahasiswa Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Himpunan Mahasiswa Biologi Institut Teknologi Sepuluh November, Mahasiswa Pecinta Alam Institut Pertanian Malang, Birdpacker Indonesia, dan Green Youth Movement.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepala Balai Besar TNBTS Rudijanta Tjahja Nugraha mengatakan, keempat burung julang emas yang dilepasliarkan merupakan hasil penyerahan dari masyarakat di Bantul dan Sleman kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada Januari dan Maret 2021, serta September-November 2022. Saat itu burung masih anakan. Mereka kemudian dimasukkan ke Unit Perlindungan Satwa Bunder, Kabupaten Gunungkidul, untuk menjalani proses rehabilitasi.

“Pelepasliaran empat ekor burung julang emas ini bertujuan untuk memperkaya jenis burung dalam kawasan TNBTS,” kata Rudijanta yang juga menjadi narasumber dalam dialog bersama Pengendali Ekosistem Hutan Balai Besar TNBTS Koestriadi Nugra Prasetya, serta pengamat burung dari Birdpacker Indonesia Mudi.

Dituturkan Rudijanta, TNBTS dihuni 200-an jenis burung dan dianggap masih menyediakan cukup ruang untuk keempat julang emas untuk hidup di dalamnya. Julang emas yang saat ini digolongkan IUCN ke dalam kelompok jenis burung rentan disebutkannya membutuhkan area jelajah lebih luas dibanding burung lain pada umumnya. "Area jelajah julang emas sebanding dengan jenis burung pemangsa (raptor) seperti elang," katanya.

Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Rudijanta Tjahja Nugraha (kanan) saat menjadi pembicara kunci dalam dialog konservasi yang diikuti sekitar 50 remaja dan mahasiswa di kawasan hutan Coban Jodo, Dusun Bendolawang, Desa Ngadirejo, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, Jawa Timur, 19 November 2024. TEMPO/Abdi Purmono

Populasi julang emas dalam kawasan TNBTS belum diketahui. Burung ini pun relatif sangat susah dijumpai. Hanya sepasang julang emas pernah dipotret oleh Koestriadi pada Agustus 2019 dan perjumpaan terakhir dengan julang emas terjadi sekitar 2020. 

Catatan lainnya tentang kemunculan julang emas dalam kawasan TNBTS berasal dari petugas di wilayah kerja Resor Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Jabung, RPTN Coban Trisula (Poncokusumo, Kabupaten Malang), RPTN Taman Satriyan (Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang), serta RPTN Ranu Darungan dan RPTN Candipuro di Kabupaten Lumajang. 

Tempo juga sempat melihat kemunculan julang emas sedang terbang saat mengikuti kegiatan pemantauan elang jawa (Nisaetus bartelsi) oleh TNBTS pada 31 Juli-4 Agustus 2013 di kawasan hutan Kecamatan Jabung. Inilah kegiatan pemantauan elang jawa yang pertama kali dilakukan sejak Balai Besar TNBTS resmi berdiri pada 14 Oktober 1982.

Koestriadi menerangkan, tipe habitat dari seluruh lokasi perjumpaan julang emas dalam kawasan TNBTS cukup serupa, yaitu hutan hujan pegunungan tengah dengan jenis vegetasi berupa hutan campuran. Perjumpaan tidak terjadi secara reguler karena, "Kemungkinan julang emas mengikuti ketersediaan pakan sehingga julang akan pindah jika pohon pakannya sedang tidak berbuah.”

Ditambahkannya, pohon pakan utama yang terpantau sering digunakan julang emas adalah dari genus ficus atau ara (keluarga beringin). Di pohon itu, julang emas beberapa kali dijumpai secara berkelompok.

Mudi mengatakan, julang emas berperan penting dalam rantai makanan. Peran utamanya adalah penyebar biji tumbuhan. Namun, populasi julang emas di alam disebutnya cenderung menurun. Berkurangnya populasi julang emas disinyalir akibat perburuan liar.

Swiss Winasis, pengamat burung sekaligus pendiri Birdpacker Indonesia, meyakini keempat julang emas mampu bertahan di alam TNBTS karena ketersediaan pakannya mencukupi. Julang emas pemakan buah-buahan hingga serangga. Sedangkan elang jawa maupun jenis burung raptor lainnya yang menghuni TNBTS bukan pesaing julang emas.

"Elang juga tidak memangsa julang emas," kata Swiss. Menurutnya, kemungkinan yang bisa memangsa burung julang emas adalah macan tutul yang berburu malam hari. Ular juga bisa memangsa julang emas. "Tapi, kalau elang, khususnya elang jawa, saya tidak pernah mendengar makan julang,” kata Swiss, yang juga pembuat aplikasi Burungnesia. 

Sekalipun sulit dijumpai dan diduga populasinya menurun, Swiss megatakan, jumlah julang emas di Jawa Timur relatif masih banyak. "Asalkan ada hutan alami dengan tutupan hutan yang masih luas, sangat besar kemungkinan julang emas ada di dalamnya."

Kondisi konstras, menurut dia, justru dialami kerabat julang emas, yaitu rangkong badak (Buceros rhinoceros). Populasi terbanyak rangkong badak terdapat di Kalimantan. Rangkong badak lebih langka ditemukan di Pulau Jawa. Bila julang emas punya preferensi habitat yang luas dan variatif, rangkong badak lebih sempit karena sangat pemilih. Jenis makanan rangkong badak pun lebih sedikit dari julang emas. 

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus