Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Sampah Plastik Naik 20 Kali Lipat, Dosen Teknik Lingkungan ITS Ingatkan Bahaya Sampah Mikroplastik

Sampah plastik di Indonesia meningkat 20 kali lipat sejak 1960. Dosen Teknik Lingkungan ITS mengingatkan bahaya sampah mikroplastik bagi makhluk hidup.

12 Juni 2023 | 14.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pemulung mencari sampah plastik atau yang punya nilai jual di eks TPA Cicabe, Bandung, Jawa Barat, 5 Mei 2023. TPA yang sudah ditutup ini terpaksa kembali dibuka untuk menerima gelontoran sampah harian Kota Bandung yang mencapai 1.500 ton per hari, sementara TPA Sarimukti tak mampu lagi menampung semua sampah kota karena sudah overload. Sepekan setelah dibuka TPA Cicabe dipenuhi sekitar 600 ton sampah tanpa pemilahan. Solusi pengelolaan sampah seharusnya dimulai dari rumah tangga dan TPS dengan menerapkan sampah terpilah. TEMPO/Prima Mulia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Dosen Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS), Yulinah Trihadiningrum, mengatakan produksi sampah plastik di Indonesia meningkat 20 kali lipat sejak 1960-an hingga 2014. Menurut dia, hal tersebut disebabkan kebutuhan masyarakat akan sampah plastik yang terus meningkat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Menjelang 2050, diestimasi akan menjadi tiga kali lipat lebih banyak dari saat ini, yakni 6-8 pesen meningkat menjadi 20 persen," kata Yulinah dalam diskusi Waspada Ancaman Mikroplastik yang diselenggarakan Tunas Hijau, Sabtu, 10 Juni 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Indonesia, kata dia, menempati posisi kedua dalam 10 besar negara kontributor sampah plastik di dunia pada 2015. Saat data tersebut diambil pada 2010, setiap penduduk yang berjumlah 187 juta menyumbang 0,5 kilogram sampah setiap hari.

"Dari total sampah setiap orang, komponen sampah plastik mencapai 11 persen. Dari total sampah plastik yang ada, sampah plastik tidak terkelola sejumlah 83 persen. Sementara itu, sampah plastik masuk ke laut 0,5 sampai 1,3 ton per tahun," ujarnya.

Padahal, kata dia, sampah mikroplastik memiliki efek racun bagi makhluk hidup. Hal itu disebabkan zat kimia yang terkandung di dalamnya. Bahkan sampah mikroplastik dapat menyebabkan kanker. "Kalau plastik sudah terurai, zat kimia akan lepas ke tanah. Polimer terurai sampai jadi nanoplastik. Sifatnya beracun," ucapnya.

Selain beracun, Yulinah menambahkan, sampah mikroplastik akan mencemari dan mengganggu keindahan lingkungan, membuat saluran air tersumbat, mengganggu rantai makanan, dan mengganggu ekosistem organisme akuatik.

"Sejak 20 tahun lalu, negara-negara di dunia digemparkan mikroplastik. Bahkan, sampah plastik sudah menjadi masalah sejak plastik digunakan oleh manusia," kata dia.

Sampah plastik, lanjut dia, dihasilkan oleh barang-barang di sekitar manusia, termasuk gawai yang setiap hari tidak lepas dari genggaman. Namun, kata dia, kebanyakan sampah plastik tersebut masih dibuang secara langsung ke lingkungan.

"Ketika mendapat pengaruh cuaca, sinar matahari atau arus air, sampah plastik perlahan terurai sampai kecil menjadi mikroplastik dan nanoplastik. Semakin kecil sampah plastik, semakin besar potensi bahayanya," kata Yulinah.

Yulinah menyatakan sampah plastik bisa menjadi mikroplastik ketika mengalami penguraian akibat terkena cahaya matahari khususnya ultraviolet, proses mekanik, pelapukan oleh kondisi iklim, arus air, dan biodegradasi oleh mikroba.

"Sementara itu, setiap orang menghasilkan sampah plastik cukup besar. Surabaya, misalnya, menyumbang 9 persen sampah plastik, padahal saya coba memeriksa persentase sampah plastik cuma 5 persen," ujarnya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus