Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Sejumlah Wilayah Yogyakarta Siaga Kekeringan, Ini Imbauan BMKG

Kekeringan meteorologis disebabkan berkurangnya curah hujan dari keadaan normalnya dalam jangka waktu yang panjang

21 Juli 2020 | 11.31 WIB

Warga membersihkan rumput liar pada lahan pertanian yang kering di Ngerangan, Bayat, Klaten, Jawa Tengah, Kamis, 10 Oktober 2019. Menurut petani setempat, sudah enam bulan terakhir lahan pertanian di wilayah tersebut mengalami kesulitan air karena kemarau panjang sehingga menyebabkan dua kali gagal panen padi dan kedelai. ANTARA/Aloysius Jarot Nugroho
Perbesar
Warga membersihkan rumput liar pada lahan pertanian yang kering di Ngerangan, Bayat, Klaten, Jawa Tengah, Kamis, 10 Oktober 2019. Menurut petani setempat, sudah enam bulan terakhir lahan pertanian di wilayah tersebut mengalami kesulitan air karena kemarau panjang sehingga menyebabkan dua kali gagal panen padi dan kedelai. ANTARA/Aloysius Jarot Nugroho

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Yogyakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta menyebutkan sejumlah wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta berstatus siaga terhadap potensi bencana kekeringan meteorologis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

"Status siaga karena telah mengalami 31 sampai 60 hari tanpa hujan (HTH) dan prospek peluang curah hujan rendah kurang dari 20 milimeter per dasarian," kata Kepala Kelompok Data dan Informasi Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Etik Setyaningrum di Yogyakarta, Selasa, 21 Juli 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Ia menjelaskan kekeringan meteorologis disebabkan berkurangnya curah hujan dari keadaan normalnya dalam jangka waktu yang panjang bisa bulanan, dua bulanan, atau lebih.

Etik menyebutkan sejumlah wilayah di DIY yang saat ini berstatus siaga kekeringan adalah Kecamatan Bambanglipuro, Banguntapan, Bantul, Dlingo, Imogiri, Jetis, Kasihan, Pajangan, Piyungan, Pleret, Pundong, Sanden, Sewon, Srandakan (Kabupaten Bantul).

Selain itu, Tegalrejo, Umbulharjo (Kota Yogyakarta), Rongkop (Gunungkidul), Galur, Kokap, Lendah, Panjatan, Pengasih (Kulon Progo), serta Berbah, Depok, Gamping, Kalasan, Seyegan (Sleman).

Selain itu, kata dia, sejumlah daerah lainnya di DIY ditetapkan berstatus waspada atau telah mengalami 21-30 HTH dengan prospek peluang curah hujan rendah kurang dari 20 milimeter per dasarian.

Daerah tersebut, yakni Kecamatan Pandak (Kabupaten Bantul), Girisubo, Panggang, Purwosari, Tanjungsari, Tepus (Gunungkidul) dan Kecamatan Girimulyo Kalibawang, Sentolo (Kulon Progo), dan Cangkringan, Godean, Minggir, Mlati, Moyudan, Ngaglik (Sleman).

BMKG Yogyakarta mengimbau masyarakat serta pemerintah daerah yang wilayahnya masuk kategori waspada dan siaga kekeringan meteorologis untuk mengantisipasi dampak kekeringan ini terhadap sektor pertanian dan lingkungan.

"Dampaknya mulai dari berkurangnya pasokan air pada lahan pertanian, meningkatnya potensi kebakaran hutan dan lahan serta berkurangnya sumber air untuk kebutuhan rumah tangga," kata dia.

Berdasarkan hasil monitoring terhadap perkembangan musim kemarau, menurut dia, menunjukkan seluruh wilayah DIY sudah memasuki musim kemarau dan puncak musim kemarau diprakirakan pada Agustus 2020.

"Secara normalnya awal musim hujan DIY dimulai pada pertengahan Oktober hingga awal November," kata Etik Setyaningrum.

ANTARA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus