Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kualitas udara yang baik menjadi aspek penting dalam menjaga kesehatan manusia dan lingkungan. Di tengah pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor dan aktivitas industri, polusi udara menjadi salah satu tantangan utama yang harus diatasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Uji emisi kendaraan menjadi langkah penting dalam menjaga kualitas udara dan mengurangi dampak polusi di perkotaan. Di era yang semakin sadar akan lingkungan ini, memahami parameter uji emisi, seperti batasan Karbon Monoksida (CO) dan Hidrokarbon (HC), sangatlah penting untuk mengurangi dampak buruk terhadap kualitas udara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Batasan Uji Emisi
Saat menjalani uji emisi, beberapa parameter tercatat termasuk CO, HC, O2, Lambda, dan AFR (Rasio Udara-Bahan Bakar). Namun, yang menjadi perhatian utama adalah CO dan HC.
Hal ini sebab CO dan HC merupakan gas sisa hasil pembakaran yang bersifat beracun bagi manusia dan dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan. Selain itu, CO dan HC juga mencerminkan performa mesin secara langsung.
Apabila kadar CO tinggi, ini mengindikasikan bahwa pembakaran belum sempurna karena kurangnya udara dalam percampuran dengan bahan bakar.
Di sisi lain, gas HC menunjukkan adanya sisa bahan bakar yang tidak terbakar sepenuhnya. Hal yang paling penting adalah memastikan bahwa jalur masuk bahan bakar dan filter udara tetap bersih, karena hal ini akan memengaruhi angka HC yang dihasilkan.
Selain itu, perlu memastikan bahwa koil dan busi dalam kondisi optimal saat menjalani uji emisi, sehingga proses pembakaran berjalan dengan baik dan tidak menimbulkan masalah.
Kenapa Karbon Monoksida Berbahaya?
Karbon Monoksida atau CO adalah gas tak berwarna dan tidak berbau yang muncul akibat pembakaran bahan bakar fosil. Sumber CO meliputi kendaraan bermotor, industri, dan peralatan rumah tangga.
Gas ini dapat menyebabkan gangguan pada kemampuan darah mengangkut oksigen, mengakibatkan kelelahan, pusing, hingga masalah pernapasan. Menurut data Occupational Safety and Health Administration (OSHA), paparan jangka panjang terhadap CO bisa berakibat fatal.
Oleh karena itu, dalam uji emisi kendaraan, batasan CO diberlakukan untuk memastikan jumlah gas yang dikeluarkan tetap dalam ambang batas aman. Batasan CO yang diizinkan dalam uji emisi kendaraan adalah sekitar 4,5% volume dari gas buang.
Hal ini penting untuk menjaga kadar CO tetap rendah dan tidak membahayakan lingkungan dan kesehatan manusia. Dengan mengendalikan emisi CO, kita dapat mencegah dampak buruk polusi udara dan memastikan udara yang lebih segar dan sehat.
Kenapa Hidrokarbon Berbahaya?
Selain CO, Hidrokarbon (HC) juga menjadi perhatian dalam uji emisi kendaraan. Hidrokarbon adalah senyawa organik yang muncul akibat pembakaran tidak sempurna bahan bakar. Meskipun banyak hidrokarbon berasal dari alam, emisi dari kendaraan bermotor juga dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap polusi udara.
NCBI menyebutkan bahwa hidrokarbon memiliki permukaan dengan ketegangan rendah yang dapat mencapai paru-paru manusia, menyebabkan inflamasi dan dampak negatif pada sistem pernapasan. Hidrokarbon memiliki permukaan yang memiliki ketegangan rendah dan dapat mencapai alveoli paru-paru, menyebabkan iritasi, inflamasi, dan efek buruk lainnya pada sistem pernapasan manusia.
Pentingnya mengendalikan emisi HC terlihat dalam upaya menjaga kualitas udara yang baik. Dengan mengikuti batasan yang telah ditetapkan dalam uji emisi, kendaraan dapat membantu mencegah peningkatan kadar HC dalam udara. Tidak hanya berdampak pada kualitas udara, tetapi juga melindungi kesehatan manusia dari potensi risiko akibat paparan hidrokarbon.
M RAFI AZHARI | PUSPITA AMANDA SARI | EIBEN HEIZIER
Pilihan Editor: Ketahui Apa Saja Parameter Uji Emisi Kendaraan, Ini Rinciannya