Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Newsletter

CekFakta #261 Hoaks Kesehatan Masih Beredar, Lebih dari Sekadar Minimnya Literasi

hoaks seputar kesehatan seolah tak ada habisnya.

24 Mei 2024 | 16.44 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Suhu panas politik di Indonesia sedikit mereda usai penyelenggaraan Pilpres pada 14 Februari silam. Hoaks dan ujaran kebencian selama kampanye dan menjelang penetapan kandidat presiden terpilih juga berkurang. Bisa dibilang, hoaks bernuansa politik kini cenderung menurun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun, apakah Anda merasakan bahwa hoaks seputar kesehatan seolah tak ada habisnya. Ada saja aneka informasi menyesatkan, mulai pengobatan alternatif yang menjanjikan kesembuhan instan, teori konspirasi seputar vaksin, hingga iklan obat abal-abal tak terdaftar BPOM. Mengapa hal itu masih saja beredar, ya?

Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.

Bagian ini ditulis oleh Artika Rachmi Farmita dari Tim Cek Fakta Tempo

Hoaks Kesehatan Masih Beredar, Lebih dari Sekadar Minimnya Literasi

Pandemi Covid-19 (coronavirus disease 2019) memang telah berlalu, tapi tak bisa kita pungkiri bahwa hoaks kesehatan masih merajalela di tengah masyarakat. Berdasarkan survei yang digelar Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) antara 18 Desember 2023-19 Januari 2024, konten hoaks terkait kesehatan masih jadi salah satu hoaks yang patut diwaspadai.

Meski persentasenya kalah besar dibandingkan hoaks politik maupun infotainment, misalnya, dampak yang ditimbulkan tak main-main. Ini bisa terlihat dari fenomena serupa di negara-negara lain.

Jurnalis senior India, Jisha Khrisnan memaparkan betapa hoaks kesehatan masih banyak beredar dan menghambat gerakan nasional vaksinasi HPV (human papillomavirus) bagi anak perempuan. Sayangnya, walau penelitian menunjukkan bahwa vaksin HPV sangat efektif dalam mencegah kanker serviks, para remaja putri enggan divaksin lantaran termakan narasi menakut-nakuti yang tersebar di media sosial.

Begitu pula di Afrika. Orang-orang takut dan tidak percaya terhadap vaksin HPV. Sebagian besar salah memahami soal dampak vaksin terhadap kesuburan dan pengendalian populasi. Jangan kaget, narasi bohong yang serupa, juga beredar di Indonesia. Tim Cek Fakta Tempo pernah membongkarnya pada tahun 2023.

Sejak upaya vaksinasi Covid-19 selama pandemi, rasa ketidakpercayaan dan ketakutan di masyarakat dunia perlahan merebak. Akibatnya tak hanya masyarakat menghindari vaksin HPV, penyakit lain yang membutuhkan vaksinasi mengalami hambatan serupa.

Di Amerika Serikat, kasus campak muncul kembali meski penyakit itu dinyatakan telah teratasi sejak tahun 2000. Namun, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menyatakan bahwa pada 14 Maret, total 58 kasus campak dilaporkan oleh 17 yurisdiksi. Bahkan tahun 2023 tercatat sebagai capaian vaksinasi rutin terendah dalam 10 tahun terakhir.

Ini pula yang dialami Indonesia. Persisnya, saat hoaks dengan narasi Kemenkes sengaja menutupi kasus kejadian luar biasa kasus lumpuh layu di Aceh akibat vaksinasi polio beredar di WhatsApp dan media sosial. Padahal pada 2014, Indonesia sudah ditetapkan bebas polio oleh WHO.

Yang terbaru, si penyebar hoaks mengaitkan vaksin Covid-19 sebagai penyebab meningkatnya kasus demam berdarah. Teori konspirasi global juga masih laris didengungkan berulang kali oleh tokoh publik di ranah politik.

Dr. Peter Hotez, seorang ilmuwan dan dokter anak yang terkenal, menolak untuk menyebut retorika anti-vaksinasi sebagai “informasi yang salah” atau “infodemik.” Dalam buku terbarunya “The Deadly Rise of Anti-Science: a Scientist's Warning,” ia menyebut fenomena hoaks kesehatan ini sebagai gerakan anti-ilmu pengetahuan alias anti sains. “Karena gerakan ini terorganisir, didanai dengan baik, dan bermotif politik.”

Alhasil, kerja-kerja pemeriksaan fakta dan menyebarluaskan hasil pemeriksaan fakta tidak bisa menjadi tanggung jawab sebagian dari kita saja. Bahkan, ini bukan lagi soal ketidaktahuan masyarakat tentang mana informasi yang salah dan benar. Tapi solusi bagaimana menghadapi sikap dan perilaku masyarakat yang pada dasarnya sudah anti-sains.

Karena jika tidak ada perubahan, misinformasi kesehatan akan terus menyebar dan mengikis kepercayaan di antara dokter, pasien, pemerintah, institusi, dan masyarakat.

Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab

Cek Fakta Pilihan

Benarkah Ada Pemasangan Microchip Melalui Vaksinasi di Indonesia?

Sebuah konten berisi klaim tentang penyuntikan microchip ke tubuh manusia melalui vaksin beredar di media sosial Facebook [arsip]. Pengunggah konten menyebut bahwa bahwa Covid-19 dan virus penyebabnya, SARS-CoV-2 adalah hoaks sehingga tidak perlu vaksinasi.  Berikut ini narasi lengkap yang diunggah penyebar konten: “Sudah sampai TV Indonesia. Perhatikan baik-baik jangan mau sampai anda dipasang ya. Apalagi anda ditakut-takuti Covid dan virus. Semua itu hoax. Jangan mau sampai di vaksin ya! Semua didesain untuk total kontrol penuh terhadap populasi agar anda tidak punya apa-apa di masa mendatang. Alias rumah, mobil, motor, sertifikat rumah semua akan mereka ambil”.

| Hasil Pemeriksaan fakta

Tim Cek Fakta Tempo menelusuri foto yang diunggah akun di atas dengan bantuan Google Lens dan mesin pencarian YouTube. Hasilnya, foto yang diunggah adalah hasil tangkapan layar tayangan di kanal YouTube CBS Evening News ini. Gambar tersebut ada di detik ke-48. Pada tahun 2017, foto yang sama sudah pernah beredar di media sosial dengan klaim chip 666.

Waktunya Trivia!

Benarkah Video Viral yang Diklaim Pasangan Berhubungan Seksual Hingga Gancet?

Tempo memperoleh permintaan dari pemeriksa fakta di Bangladesh untuk memeriksa video yang diklaim sepasang saudara kandung dari Indonesia yang berhubungan seks hingga terkunci (gancet). Dalam video yang  beredar di Facebook [arsip] tampak darah mengucur dari balik kain yang menutupi tubuh keduanya.  

Ada Apa Pekan Ini?

Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki beragam isu. Buka tautannya ke kanal Cek Fakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:

Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.

Ikuti kami di media sosial:

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus