MENGENAKAN baju jas model Deng Xiaoping berwarna abu-abu, Minggu pagi pekan lalu, Menlu Wu Xueqian tampak cerah. Ia menerima wartawan TEMPO Seiichi Okanawa di cottage-nya, di Puerto Azul Beach Hotel, di luar kota Manila. Meski pintar berbahasa Inggris dan Prancis, untuk wawancara itu ia didampingi seorang penerjemah wanita. Ikut hadir juga Yang Zhenya. dirjen Bagian Asia Deplu RRC, serta Wang Yongsum, koresponden Xinha di Manila. Cottage, yang tarifnya US$ 190 scmalam itu, dikelilingi pohon flamboyan dengan bunganya yang merah. Udara pagi itu ramai oleh teriakan burung-burung. Sembari berbicara, Menlu Wu sesekali mengisap rokok 555, atau menghirup teh hijau dari cangkirnya. Wu Xueqian, 64, yang menjabat menlu RRC sejak tahun lalu, juga anggota Komite Sentral Partai Komunis Cina (PKC). Ia masuk PKC sejak 1938, sewaktu partai itu masih bergerak di bawah tanah. Pada 1956 ia menjabat wakil ketua delegasi pemuda RRC ke Uni Soviet. Lalu pada 1960 menjadi dirjen Hubungan Luar Negeri PKC. Ia ikut tenggelam oleh Revolusi Kebudayaan, tapi bangkit lagi pada 1971 dan diangkat kembali sebagai pimpinan Bagian Hubungan Luar Negeri PKC. Pada 1982 ia menjadi wakil menlu. Berikut ini sebagian wawancara tersebut. Konperensi Asia Afrika telah 30 tahun berlalu. Bagaimana kesan Anda terhadap masyarakat bangsa-bangsa Asia Afrika kini? Setelah Konperensi Bandung, banyak negara di Asia Afrika yang merdeka. Ini merupakan perubahan-perubahan besar zaman. Untuk menjaga dan mengkonsolidasikan kemerdekaan politik, perlu dikembangkan ekonomi nasional. Selama 30 tahun terakhir ini, banyak negara Asia dan sebagian negara Afrika berhasil membangun ekonominya. Tapi harus diakui, masih banyak negara Asia dan Afrika yang ekonominya sulit. sebagian bahkan sangat serius. Maka, jika kita melihat kembali 30 tahun ini, pembangunan ekonomi merupakan masalah utama. Di samping itu, secara politik masih juga terdapat konflik bersenjata serta hot spots di Asia dan Afrika yang sudah lama tak terselesaikan. Mengapa? Sebab, konflik-konflik itu diakibatkan faktor luar dan dalam. Faktor luar berasal dari campur tangan dan intervensi negara besar. Keinginan pemerintah RRC adalah negosiasi damai untuk menyelesaikan konflik-konflik itu, berdasarkan lima prinsip perdamaian, dan juga berdasarkan Semangat Bandung. Bagaimana perasaan Anda sebagai pejabat tinggi RRC pertama yang mengunjungi Indonesia sejak hubungan diplomatik membeku pada 1967? Saya datang sebagai ketua delegasi RRC pada peringatan kc-30 Konperensi Bandung, atas undangan Menlu Mochtar Kusumaatmadja. Tentu saya mengucapkan terima kasih atas friendly gesture pemerintah Indonesia ini. Tentu saya mengharapkan, melalui peringatan ini akan ada kontak dengan para pejabat pemerintah Indonesia, dan saya berharap akan ada perbaikan hubungan Indonesia-Cina. Kami memang benar-benar ingin memperbaiki hubungan ini karena, menurut pendapat kami, perbaikan ini hanya akan bermanfaat bagi rakyat kedua negara serta stabilitas perdamaian di Asia Tenggara, dan tidak sebaliknya. Menurut Anda, kini sudah tepatkah waktunya bagi kedua negara menormalisasikan hubungan, atau harus dipersiapkan lebih matang? Dari sisi Cina, kami selalu memakai pendekatan politis, dan saya tidak melihat kesulitan untuk soal itu. Tapi masalah ini bergantung pada dua pihak. Karenanya, jika pemerintah Indonesia masih punya kesulitan, kami bisa menunggu. Apakah tukar-menukar misi perdagangan dan olah raga, misalnya, perlu ditingkatkan, sebelum pencairan hubungan? Itu bukan masalah. Kebetulan kedua negara sudah pernah berpartisipasi bersama pada pertandingan internasional. Sedangkan perdagangan tidak langsung sudah berjalan lama. Tentang yang lainnya, misalnya pertukaran kunjungan, kami - jika pemerintah Indonesia menyetujui - ingin menggalakkan pertukaran seperti itu. Perdagangan langsung Indonesia-RRC tampaknya akan segera dilakukan. Produksi Indonesia mana yang ingin diimpor RRC? Saya dari Departemen Luar Negeri. Sulit bagi saya untuk menyebut produk mana saja. Mungkin kayu lapis dan karet. Namun, saya percaya, sekali perdagangan langsung itu dimulai, perdagangan timbal balik mungkin sekali akan meningkat. Kini minyak bumi Indonesia bersaing keras di pasar Jepang dengan minyak Tachin dari RRC yang lebih murah. Apakah pemerintah RRC akan mempertimbangkan kembali harga dan volume ekspor minyaknya, agar kedua negara bisa sama-sama menikmati pasar Jepang? Ini sulit dija-ab. Tapi saya akan mencoba, dengan pengalaman ekonomi saya yang terbatas. Pertama-tama harus diakui, ada kelesuan di pasar minyak dunia karena negara-negara pengimpor minyak melakukan penghematan. Jepang ingin membeli mmyak bumi, batu bara, dan berbagai kebutuhannya dari Cina, dan Cina harus mengimpor produk Jepang yang diperlukannya. Karenanya, dalam perdagangan dengan Jepang, kami hanya mempertimbangkan kebutuhan bersama kami. Kami tidak pernah memikirkan unmk menyodok keluar negara lain dari pasar Jepang. Di pihak lain, jumlah minyak Cina yang dijual ke Jepang sangat sedikit, sekitar tujuh persen dan seluruh impor minyak Jepang. Lagi pula, belakangan ini jumlah tersebut tidak bertambah. Pemerintah Indonesia beberapa kali pernah menegaskan, adanya jaminan bahwa RRC tidak akan menyokong gerakan komunis di Asia - termasuk Indonesia - merupakan prasyarat bagi normalisasi hubungan diplomatik. Pendapat Anda? Dalam Kongres ke- 12 PKC yang diselenggarakan pada 1982, kami menggariskan prinsip-prinsip yang mengatur hubungan PKC dengan partai komunis asing. Prinsip tersebut adalah kebebasan, persamaan derajat, kepentingan bersama, dan tidak campur tangan dalam masalah intern masing-masing. Saya kira, ada fenomena umum di dunia dalam hubungan kepartaian. Misalnya, partai sosialis punya hubungan dengan sesama partai sosialis di negara lain. Begitu juga partai nasionalis. Selain organisasi massa, organisasi keagamaan juga pada berhubungan. Karena itu. PKC tidak hanya memelihara hubungan dengan partai komunis negara lain, tapi juga dengan partai-partai sosialis lain, partai nasionalis, dan parpol lainnya. Tapi kami tidak akan memanfaathn hubungan dengan partai-partai lain itu untuk campur tangan dalam masalah dalam negera-negara lain. Kenyataannya sekarang, PKC tidak punya hubungan dengan PKI.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini