Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Wawancara tempo dengan Menlu Mochtar Kusumaatmadja, sekitar ulang ke-30 KAA, hubungan dengan cina, dan deklarasi baru yang akan keluar. (nas)

27 April 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENTERI yang paling sibuk pekan ini, siapa lagi kalau bukan, Mochtar Kusumaatmadja. Sebagai ketua Panitia Pusat Peringatan 30 tahun Konperensi AA, ia masih menyempatkan diri terbang ke New Delhi, dua hari, 18 April lalu. "Kunjungan ini penting karena kasus Namibia berkaitan dengan prinsip antikolonial yang dicetuskan di Bandung, 30 tahun silam," katanya selepas pertemuan khusus biro gerakan nonblok mengenai masalah Namibia itu. Pertemuan itu menentang rencana Afrih Selatan untuk memaksakan terbentuknya pemerintahan di negara tetangganya itu. Mau tak mau, manuver diplomat kawakan ini membuahkan banyak dugaan di kalangan pengamat politik luar negeri Indonesia. Adakah ini berarti Indonesia akan semakin aktif dalam percaturan politik dunia? Ataukah ini merupakan kelitan menghadapi perkembangan baru di RRC? Susanto Pudjomartono dan Bambang Harymurti dari TEMPO menanyakannya langsung pada Menlu Mochtat, Minggu pekan ini. Petikan vawancara: Perayaan KAA kali ini besar-besaran. Apakah ini berarti Indonesia mulai meninggalkan kebijaksanaan "Low profile"- nya? Low profile sudah lama kita tinggalkan. Di PBB kita sudah dikenal sangat aktif, paling tidak dalam dua tahun terakhir ini. Sedangkan di ASEAN sudah sejak tahun lalu, yaitu dengan adanya kerja sama ASEAN-Pasifik. Jadi, ini hanya merupakan contoh lain politik luar negeri Indonesia yang sudah beberapa lama ini aktif. Barangkali lebih tepat kalau dikatakan, ini besar-besaran dibandingkan peringatan lima tahun yang lalu. Soalnya, ulang tahun ke-30 ini bertepatan jatuhnya dengan ulang tahun ke-40 RI dan juga ulang tahun ke-40 PBB yang banyak membantu RI sejak lahirnya - itu. Kebetulan, bulan November tahun ini, Presiden Soeharto diminta berpidato oleh FAO, mewakili negara-negara bcrkembang yang berhasil. Jadi, katakanlah ini pemunculan Indonesia di forum internasional yang lebih banyak. Apa yang mendasari berubahnya gaya politik luar negeri kita, dua tahun lalu itu? Soalnya, keadaan dalam negeri sudah memungkinkan. Kita 'kan sekarang pengekspor LNG dan plywood terbesar di dunia. Industri penerbangan kita sudah mulai berjalan, swasembada di bidang beras sudah mulai tercapai. Peringatan KAA ini lebih bersifat seremonial atau apakah akan ada pernyataan khusus, Deklarasi Bandung kedua, misalnya? Tidak melulu seremonial. Memang kita sedang mempersiapkan keluarnya sebuah deklarasi. Tetapi bukan Deklarasi Bandung kedua, karena masalah-masalah yang sekarang itu lain dengan dahulu. Hanya di dalam deklarasi juga akan ada penunjukan kepada Dasasila Bandung dan resolusi-resolusi yang dikeluarkan di Bandung, 30 tahun lalu. Artinya, mcncgaskan bahwa prinsip-prinsip Dasasila itu, dalam dunia yang sekarang pun masih relevan. Apakah kehadiran RRC dalam KAA bisa diartikan negara ini setuju dengan Dasasila tersebut? Bisa saja diartikan begitu. Paling tidak menunjukkan goodfoill Cina kepada Indonesia sebagai tuan rumah. Apakah itu bisa diartihn RRC "tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain", karena itu tidak lagi mendukung PKI? Ya, kita tunggu saja. Jadi, akan banyak bergantung pada sikap dan pernyataan-pernyataan menteri luar negeri (RRC) yang akan datang ke sini. Karena kita juga harus menyadari bahwa pemerintah (RRC) yang sekarang itu mempunyai prioritas-prioritas lain, disebabkan kebijaksanaannya juga berbeda dengan pemerintah sewaktu campur tangan tersebut terjadi. Waktu itu mereka akan seperti kita juga. Ketika kita ada konfrontasi dan macam-macam itu. Berarti akan ada pertemuan antara Anda dan Menteri Wu? Saya belum mendapatkan permintaan. Tetapi, dalam tata hubungan internasional, bila di sebuah negara ada acara semacam konperensi dan delegasi tamu minta bertemu dengan tuan rumah, biasanya tuan rumah akan berusaha keras memenuhi permintaan itu. Apalagi saya mendengar bahwa Menteri Wu Xueqian membawa pesan khusus dari Deng Xiao-ping untuk Presiden Soeharto. Belum tentu ini berarti akan ada pertemuan khusus Presiden dengan Menlu Wu. Pesan itu bisa disampaikan melalui menlu. Kalau semua yang membawa pesan untuk Presiden bertemu lansung dengan presiden bisa repot, dong. Apakah Anda berpendapat sudah saatnya normalisasi hubungan Rl- RRC mengingat hubungan ekonomi yang semakin berkembang? Sekarang saya balik saja. Hubungan RI - RRC yang tanpa mempunyai kedutaan besar nyatanya lebih baik daripada hubungan Vietnam-RRC yang memiliki hubungan diplomatik penuh. Perdagangan Indonesia-RRC lebih besar daripada Muangthai -RRC yang punya hubungan diplomatik. Juga lebih besar dibandingkan beberapa negara lainnya. Jadi, kita wajar-wajar saja. We are not in a hurry. Mereka 'kan juga sudah menyatakan bersedia menunggu. Jadi, Anda sudah puas dengan tingkat hubungan seperti saat ini? Ya, kita tunggu saja apa yang akan dikatakan menlu RRC di sini nanti. Apa sebabnya Anda menunda keberangkatan delegasi Kadin ke RRC? Fokus kita 'kan sekarang ke perinvatan KAA ke-30. jadi lebih baik memikirkan ini dahulu. Karena itu, delegasi saya anjurkan berangkat sesudah peringatan KAA berakhir. Lagi pula, di negara ketiga saja, tak perlu langsung begitu. Saya tak menghalangi, cuma menganjurkan saja. Apakah dalam deklarasi nanti politik masih dominan atau lainnya? Ekonomi akan lebih dominan. Secara politik 'kan sudah merdeka semua. Yang jadi masalah sekarang adalah: Bagaimana mengisi kemerdekaan itu. Menyinggung hubungan Utara-Selatan dan proteksionisme di negara maju? Termasuk itu. Tapi yang juga penting adalah bagaimana meningkatkan hubungan ekonomi Selatan-Selatan. Apakah Anda puas dengan perkembangan peringatan KAA ke30 yang terjadi sekarang? Tentu saja. Jika Anda mempunyai delegasi dari 80 negara peserta serta beberapa delegasi lainnya hadir dari sekitar 90-an negara peserta yang diundang, tentu merupakan hal yang menggembirakan. Apalagi acara ini 'kan sekadar merupakan peringatan dari suatu kejadian yang tclah berlangsung sebelumnya. Berarti mereka memberikan perhatian yang besar sekali atas inisiatif ini. Jadi, bisa dijadikan petunjuk pula bahwa prestise Indonesia di dunia internasional memang masih ada.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus