Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pagar seng berwarna biru itu mengelilingi bekas pabrik es Saripetojo di kawasan Purwosari, Surakarta. Dari luar, bangunan peninggalan Belanda itu hanya terlihat bagian atasnya. Tidak lagi utuh, yang tersisa hanya kerangka. Puing bongkaran tampak berserakan.
Pabrik es milik Perusahaan Daerah Citra Mandiri, Jawa Tengah, ini berhenti beroperasi setahun lalu lantaran terus merugi. Menurut Muhammad Sayuti, Direktur Utama Citra Mandiri, dalam lima tahun terakhir perseroan merugi Rp 323 juta. Ada juga tunggakan pajak bumi dan bangunan Rp 218 juta.
Kerugian itulah yang membuat Citra Mandiri menggandeng PT Wira Taruna untuk membangun mal di lokasi tersebut. Rencananya, pusat belanja modern ini akan diisi perusahaan retail modern Ramayana Group.
Menurut Direktur Utama Wira Taruna Gatot Iswasta, nilai bangunan enam lantai yang akan didirikan mencapai Rp 122 miliar. ”Kami hanya berhak menempati selama 25 tahun,” katanya. Setiap tahun pihaknya harus membayar royalti Rp 250 juta kepada perusahaan daerah, dan akan naik lima persen setiap lima tahun. Setelah masa kontrak habis, bangunan tersebut sepenuhnya menjadi hak Citra Mandiri.
Ketika pembongkaran bangunan pabrik es siap dimulai, muncullah penolakan dari masyarakat Surakarta. Pemerintah Kota Surakarta juga tegas menolak. Menurut Wali Kota Surakarta Joko Widodo, bekas pabrik es Saripetojo tidak boleh dibongkar karena termasuk situs cagar budaya.
Keputusan Jokowi—demikian sang Wali Kota biasa dipanggil—didukung Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala, yang menegaskan bangunan itu cagar budaya. Sejumlah aktivis yang tergabung dalam Komite Penyelamat Cagar Budaya Nusantara juga melaporkan perusakan Saripetojo ke Kepolisian Resor Kota Surakarta.
Penolakan ini membuat geram Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo. Ditemui Tempo, Sabtu dua pekan lalu, Bibit menyesalkan Jokowi yang tak kunjung menerbitkan izin pembangunan mal. ”Wali Kota Solo itu bodoh,” katanya. ”Kebijakan Gubernur kok ditentang.” Ia melanjutkan, ”Sekali lagi saya tanya, Solo itu masuk wilayah mana?”
Pernyataan bekas Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat itu tak membuat Jokowi terpancing. Dengan santai dia mengaku legowo dinilai bodoh oleh Bibit. ”Memang dari dulu saya bodoh,” katanya. ”Saya juga heran kenapa rakyat memilih orang bodoh jadi wali kota dua periode.”
Jokowi akan mengumpulkan bukti konkret yang menguatkan status bangunan yang dibongkar itu sebagai benda cagar budaya. ”Sehingga semuanya menjadi jelas dan tidak perlu diperdebatkan,” katanya.
Sumber Tempo mengatakan, dalam upaya meloloskan proyek mal itu, pihak pengembang berulang kali melobi Jokowi, termasuk menawarkan sejumlah kompensasi. Ada juga pesan bahwa Gubernur Jawa Tengah sudah mendukung proyek itu. Jokowi tetap menolak.
Ketika dimintai konfirmasi, ”Saya tidak mau ngomong,” kata Jokowi. ”Nanti masalahnya sampai ke mana-mana.” Gatot Iswasta menolak berkomentar. Adapun Sayuti mengaku tetap yakin proyek mal yang direncanakan itu bisa terlaksana. ”Pendirian mal itu akan jalan terus,” katanya.
Setelah ”perang” di media, Kamis pekan lalu Jokowi bertemu dengan Bibit Waluyo di Semarang. Namun pertemuan dua kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu tak kunjung menghapus luka warga Surakarta. Honda Hendarto, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Surakarta, mengatakan pernyataan bodoh tidak pantas keluar dari mulut seorang gubernur.
Setri Yasra (Jakarta), Ahmad Rafiq (Surakarta), Rofiuddin (Semarang)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo