Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

<font face=arial size=1 color=#ff9900>Partai Demokrat</font><br />Sabda Mengambang Pandita Ratu

Upaya menggusur Anas Urbaningrum kian menjadi. Didukung sejumlah jenderal Demokrat.

13 Februari 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUASANA nostalgik itu terasa di perpustakaan pribadi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Ahad sore dua pekan lalu. Sembilan orang yang tergabung dalam Forum Komunikasi Pendiri dan Deklarator Partai Demokrat bertukar cerita dengan sang Ketua Dewan Pembina. Di meja tersaji jagung rebus, kacang, singkong, dan teh manis hangat.

Pendiri dan deklarator yang hadir antara lain Ventje Rumangkang dan Irzan Tandjung (keduanya anggota Dewan Pembina), Sutan Bhatoegana (Ketua Departemen Perekonomian), serta Denny Sultani, Marcus Silano, dan Reza Ali. Tiga yang terakhir ini pernah memimpin Partai Demokrat Banten, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.

Sutan Bhatoegana mengatakan pertemuan awalnya berjalan santai. "Kami mengenang masa awal partai berdiri. Kan, jarang-jarang kami berkumpul," ujarnya. Setengah jam reuni berjalan, Yudhoyono meminta tanggapan para tamu atas situasi terbaru Partai Demokrat. "Mayoritas mengungkapkan rasa kecewa," kata Sutan.

Sumber Tempo yang hadir dalam pertemuan bercerita, para pendiri kecewa terhadap kondisi partai di bawah kepemimpinan Anas Urbaningrum. Terutama berkaitan dengan dugaan korupsi yang dibeberkan bekas bendahara umum Muhammad Nazaruddin. Terdakwa kasus Wisma Atlet itu kerap menyebutkan Anas dan sejumlah kader partai terlibat dalam kasus korupsi. Dua hari sebelum pertemuan di Cikeas, Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan Wakil Sekretaris Jenderal Angelina Sondakh sebagai tersangka kasus Wisma Atlet.

Kasus korupsi ini dianggap sebagai biang merosotnya popularitas partai. Hasil survei Lingkaran Survei Indonesia yang diumumkan pagi hari sebelum pertemuan menunjukkan tingkat kepuasan publik atas Demokrat berada di bawah Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan—untuk pertama kalinya sejak 2009.

Seorang pendiri mengungkapkan masalah kepemimpinan partai. Para pengurus saling serang menyikapi pernyataan Nazaruddin. Selama pertemuan, Yudhoyono mencatat keterangan tamunya di sebuah buku. Kadang dia juga mengutak-atik iPad di depannya.

Sumber Tempo menyebutkan mayoritas pendiri sebenarnya ingin Anas dinonaktifkan. Tak berani menyampaikannya secara terbuka, mereka hanya meminta Yudhoyono ikut menangani persoalan di Demokrat. Keinginan itu disambut. "Saya sebenarnya akan mengendalikan langsung tahun depan. Tapi, karena situasinya begini, terpaksa saya ambil alih tahun 2012," kata sumber itu menirukan ucapan Yudhoyono.

Sutan Bhatoegana membantah pernyataan Presiden itu dimaksudkan untuk menendang Anas Urbaningrum. Ia menerangkan, Yudhoyono sebenarnya hanya akan berfokus pada pemerintahan. Tahun depan, Yudhoyono baru akan membantu partai menghadapi Pemilihan Umum 2014. Tapi Presiden segera menggulung lengan baju, "Karena ada masalah di partai," ujar Sutan.

Pertemuan satu jam itu berakhir. Yudhoyono kemudian menggelar jumpa pers didampingi sembilan tamunya. Di depan wartawan, ia menyayangkan popularitas Demokrat yang merosot. Tapi Yudhoyono menegaskan bahwa Anas Urbaningrum tetap ketua umum. "Pegang asas praduga tidak bersalah. Kita tidak bisa mendahului KPK," katanya. Adapun terhadap Angelina Sondakh, dewan kehormatan yang dipimpin Yudhoyono mengambil langkah tegas: mencopotnya dari jabatan wakil sekretaris jenderal.

Adem di Cikeas, membara di tempat lain. Pendiri Partai Demokrat Jawa Tengah, Dani Sriyanto, misalnya, menilai penundaan penonaktifan Anas bakal memperburuk citra Demokrat. Musababnya, kasus korupsi yang diduga melibatkan Anas bakal berlangsung lama. Apalagi Nazaruddin selalu menyebutkan Anas terlibat dalam semua kasus korupsi yang membelitnya.

Marcus Silano, pendiri Demokrat yang hadir dalam pertemuan di Cikeas, meminta komisi antikorupsi memeriksa semua kader Demokrat yang diduga terlibat dalam kasus Wisma Atlet. "KPK harus segera memanggil semuanya, termasuk Anas," katanya. Marcus menilai partainya hancur karena masuknya orang-orang yang tak mengetahui sejarah pendirian partai. Anas baru masuk setahun setelah partai itu mengikuti Pemilihan Umum 2004.

Meski mendorong pemeriksaan Anas, Marcus membantah kabar bahwa Forum Komunikasi Pendiri dan Deklarator Partai Demokrat diadakan untuk mendongkel Anas. Menurut dia, para pendiri dan deklarator sebenarnya tak ingin mencampuri urusan partai lagi. Tapi forum yang didirikan Oktober tahun lalu itu mengaku tak rela Demokrat hancur.

Anas juga ditinggalkan mereka yang dulu mendukungnya. Ketua Departemen Komunikasi dan Informatika Ruhut Poltak Sitompul, yang mendukung Anas dalam Kongres Partai Demokrat di Bandung pada 2010, bahkan meminta bekas Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam itu mundur. "Aku kan sudah bilang mundur dulu sementara, selesaikan masalah ini, kami enggak mau tersandera, ini faktanya."

Sejumlah pengurus Demokrat menilai posisi Anas sebagai ketua umum sudah sangat kritis. "Nyaris tak bisa diselamatkan," kata seorang pengurus pusat. Sumber Tempo di Demokrat menyebutkan, saat ini, partainya terpecah dalam dua kubu: pendukung dan penentang Anas. Dalam gerakan penentang Anas, ada sejumlah bekas jenderal di Demokrat. "Para bekas jenderal tak puas dengan kinerja Anas," kata sumber itu.

Menurut dia, sikap pensiunan TNI di Demokrat ini sudah disampaikan ke Yudhoyono. Saking tidak puasnya, kata sumber itu, Ketua Divisi Pembinaan Organisasi Mayor Jenderal (Purnawirawan) Ignatius Mulyono berencana mundur dari jabatannya. Sutan Bhatoegana mengaku mendengar gerakan para jenderal menggusur Anas.

Mulyono membantah. Meski mengaku kecewa terhadap kondisi partai, kata Mulyono, para jenderal tak akan berkhianat kepada organisasi. "Kami tetap ingin partai utuh dan tak terpecah."

Ketua Badan Legislasi DPR ini membenarkan akan mundur. Tapi Mulyono membantah anggapan bahwa itu karena ia tak puas terhadap Anas. "Saya ini sudah 67 tahun. Yang muda perlu diberi kesempatan."

Anas menolak menjawab soal perpecahan di Demokrat. Pesan pendek Tempo tak dibalasnya. Adapun Sutan Bhatoegana, yang juga mendukung Anas dalam kongres Bandung, mengakui adanya kelompok yang ingin mempertahankan dan mencopot Anas. Tapi ia membantah partainya terpecah. "Ini hanya dinamika partai. Biasa saja."

Apalagi, dia melanjutkan, Yudhoyono sebagai Ketua Dewan Pembina sudah menyatakan Anas tak dinonaktifkan. "Siapa berani? Semua tunduk pada sabda pandita ratu."

Pramono, Aryani Kristanti (Jakarta), Rofiuddin (Semarang), Fatkhurrohman Taufiq (Surabaya)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus