Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MESKI terserang flu berat, Prabowo Subianto berusaha sumringah. ”Sip, sip…, semua lancar,” kata Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya itu. Toh, wajah pensiunan letnan jenderal itu terlihat lelah. Perundingan panjang dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan di Istana Batu Tulis, Bogor, baru berakhir Jumat malam.
Mobil Prabowo, beriringan dengan dua mobil lain, segera melesat menuju Jakarta. ”Mega-Pro malam ini dideklarasikan,” kata Tjahjo Kumolo, Ketua PDI Perjuangan. Kurang dari satu jam, Prabowo tiba di rumah Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar.
Tuan rumah tiba beberapa saat kemudian. Rupanya Mega mampir ke Rumah Sakit MMC, Kuningan, Jakarta, tempat Taufiq Kiemas dirawat sejak Rabu pekan lalu.
Menjelang tengah malam, pasangan Megawati-Prabowo diumumkan di garasi yang disulap menjadi ruang konferensi pers. Para pendukung pasangan ini, juga wartawan, memadati halaman hingga tepi jalan. Pasangan kandidat ini diapit elite kedua partai.
Dari PDI Perjuangan ada Pramono Anung, Tjahjo Kumolo, dan Puan Maharani. Dari Gerindra duduk Fadly Zon dan Hasjim Djojohadikusumo. Di belakang mereka tampak Ketua Partai Buruh Mochtar Pakpahan. Spanduk ”Demi Negeri Kami Bersatu”, dihiasi gambar Mega-Prabowo, digantung di dinding.
Berbaju safari cokelat muda, Prabowo memberikan pernyataan politik. ”Mendampingi Ibu Megawati adalah kehormatan,” kata mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus Angkatan Darat itu. ”Kami akan memimpin perubahan, perbaikan hidup, dan ekonomi rakyat.”
Megawati, yang memberikan sambutan setelah Prabowo, mengutip amanat Bung Karno agar bangsa Indonesia berdiri di kaki sendiri. ”Setelah beberapa kali kami bertemu, ada kesamaan pandangan,” kata presiden 2001-2004 yang mengenakan blus bercorak biru itu.
Tentang pembagian tugas jika terpilih, Mega menyerahkan persoalan ekonomi kerakyatan kepada Prabowo. Tak lupa ia meminta pemerintah melaksanakan pemilihan presiden yang jujur, adil, langsung, umum, dan rahasia. Tak ada sesi tanya-jawab. Pengumuman 30 menit ditutup doa bersama, lalu pengambilan foto. Lima menit kemudian Megawati masuk ke rumah. Prabowo menuju mobilnya, pulang.
PERTAUTAN dua hati ini tak semulus slogan spanduk. Selasa pekan lalu, Megawati masih marah atas langkah para koleganya. Sejumlah elite Partai Banteng terus berusaha menjalin koalisi dengan Partai Demokrat, pemenang pemilihan umum legislatif 9 April lalu.
Para pendukung koalisi dengan partai Susilo Bambang Yudhoyono bahkan telah melangkah jauh. Enam nama disodorkan ke Cikeas, sebagai calon menteri. Maruarar Sirait diplot untuk Menteri Negara Pemuda dan Olahraga, Puan Maharani Menteri Pemberdayaan Perempuan, Effendi Simbolon Menteri Luar Negeri, Tjahjo Kumolo Menteri BUMN, Arif Budimanta Menteri Pertanian, dan Hendrawan Supratikno Menteri Ekonomi. ”Mas Pramono menolak diusulkan jadi Menteri Pertambangan dan Energi,” kata sumber di Teuku Umar.
Usulan menteri itu buah dari kunjungan Pramono, Tjahjo, dan Puan ke Yudhoyono di Cikeas, Jumat dua pekan lalu. ”Ibu tak berkenan, berkukuh tak akan main mata dengan Cikeas,” kata sumber Tempo. Empat aktivis partai itu memberikan informasi yang sama.
Di tengah pergerakan politik yang sangat tinggi, Taufiq Kiemas terkena serangan jantung pada Rabu petang. Ia dilarikan ke Rumah Sakit MMC. Menurut Puan Maharani, ayahnya kelelahan. Namun orang dekat di Teuku Umar mengatakan, Taufiq pusing memikirkan sang istri yang tak sudi menoleh ke SBY.
Megawati melanjutkan langkah. Setelah menengok sang suami, pada Rabu malam ia meluncur ke vilanya di Gadog, Bogor, untuk menemui Prabowo. Keduanya berbicara empat mata. Perundingan buat merancang pembagian peran keduanya dilanjutkan.
Dalam bernegosiasi dengan Prabowo, Mega mengandalkan keluwesan ”tiga dara”: Rini Suwandi (mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan), Agnita Singedikane Irsal (Wakil Sekretaris Jenderal), dan Rustriningsih (Wakil Gubernur Jawa Tengah). ”Deal di vila Gadog merupakan hasil rumusan bersama tiga karibnya itu,” kata sumber Tempo. Setelah bertemu di Gadog, kedua tokoh sepakat mengumumkan pencalonan esok harinya di Teuku Umar.
Ratusan wartawan meriung di Teuku Umar pada Kamis pekan lalu. Pengurus juga telah berkerumun. Namun deklarasi yang telah dijadwalkan itu gagal. Kain tenda putih terbungkus plastik, yang sedianya dipajang buat deklarasi, teronggok di pojok halaman.
Perundingan kembali buntu karena Prabowo menuntut jatah yang tak masuk akal. Ada tujuh poin, antara lain ia menuntut posisi menteri bidang ekonomi dan keenergian. Sebagai wakil presiden, Prabowo meminta diberi peran lebih besar layaknya perdana menteri. ”Itu artinya Prabowo yang menentukan republik, deal mentah,” kata sang sumber. Banteng menganggap tuntutan itu tak masuk akal, karena perolehan suara Gerindra jauh di bawah mereka.
Berkaitan dengan hal ini, Direktur Media Centre Gerindra Haryanto Taslam berseloroh, ”Namanya juga berunding, masing-masing punya keinginan.” Dia membenarkan partainya menghendaki menteri-menteri bidang ekonomi diserahkan Gerindra. ”Kalau soal Prabowo minta peran wakil presiden mirip perdana menteri, enggaklah,” kata dia. ”(Negara) ini kan presidensial, sesuai dengan konstitusi saja.”
Kamis malam, tim pemenangan Megawati for President berkumpul di Jalan Cik Ditiro. Setelah membahas tawaran Prabowo, ditemani Theo Syafei, Megawati meluncur ke Istana Batu Tulis. Ia ingin meminta penjelasan Prabowo soal tuntutan itu.
Di tengah malam dingin, Prabowo tak kunjung tiba. Sang jenderal malah mengirim Fadly Zon, Muchdi Purwoprandjono, dan Hasjim Djojohadikusumo. Megawati ogah menerima mereka. Ia meminta Theo menemui ketiganya di ruang tamu.
Menurut aktivis PDI Perjuangan Ganjar Pranowo, Megawati tak risau dengan tuntutan jatah menteri yang diajukan Prabowo. Yang jadi soal, ia menjelaskan, Megawati menganggap tuntutan peran semacam perdana menteri melawan konstitusi.
Jika Gerindra ngotot, para pendukung Megawati sepakat memilih menjadi oposisi dan tak mengajukan calon presiden. Mereka menutup peluang berkoalisi dengan Yudhoyono. Alasannya, menurut Ganjar, ”Martabat partai dipertaruhkan.”
Kubu Gerindra juga hampir patah arang. ”Jika tak ada titik temu, lebih baik PDIP dan Gerindra tak mengajukan calon presiden,” kata Permadi, anggota Dewan Pembina Gerindra. Menurut dia, Gerindra akan menjadi oposisi sambil mempersiapkan pemilihan presiden 2014.
Terancam buntu, pendukung Mega dan Prabowo kembali bertemu di Istana Batu Tulis. Mengelilingi meja oval di teras Istana, kedua tokoh duduk berdampingan. Di situ ada Pramono Anung, Tjahjo Kumolo, Puan Maharani, Fadly Zon, dan Muchdi Purwoprandjono. Dimulai pukul 14.30, perundingan disela rehat selepas magrib. Kesepakatan tuntas diambil pada 21.30.
Diserang flu berat, Prabowo berusaha sumringah. Tentu saja, tuntutan peran menjadi perdana menteri tak dipenuhi Mega.
Dwidjo U. Maksum, Iqbal Muhtarom, Rini Kustiani, Akbar T.K., Diki Sudrajat (Bogor)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo