SOAL setelan jas yang Rp 92.500 rupanya merupakan bahan
pembicaraan yang menarik di antara sesama hadirin sebelum
dimulainya acara pengambilan sumpah para, anggota DPR/MPR. "Nah
itu tu yang seratus ribu," ujar seorang wartawan. "Bukan, ini
jas yang saya beli tahun lalu," jawab seorang anggota DPR dari
fraksi Karya. Sedang yang barn belum selesai, "tapi sudah
diukur," tambahnya. Bahkan seorang anggota DPR juga dari fraksi
Karya sempat membukakan bagian dalam jasnya, "lihat dong" dan di
situ tertulis 'Pierre Cardin', buatan Perancis yang terkenal
mahal itu lebih dari Rp 100.000.
Saking ramainya pembicaraan soal setelan jas itu seorang anggota
DPR yang baru saja selesai dilantik tersipu-sipu juga
mendengarkan pembicaraan beberapa perang pegawai BPK yang
berkantor di tingkat 8 gedung DPR. Waktu itu beberapa orang
pegawai turun dari tingkat 8 dengan lif bersamaan di situ juga
ada beberapa orang anggota DPR, ketika salah seorang dari
anggota DPR keluar dari pintu lift, seorang pegawai sempat
nyeletuk: "Wah itu yang namanya jas seratus ribu." "Memang mahal
harga sebuah demokrasi," temannya menimpali. Seorang anggota DPR
yang masih dalam lift tampak senyum masam.
Memang soal jas ini pantas jadi pembicaraan umum. Dalam waktu
yang begitu singkat hanya 11 hari penjahit Tropic diharapkan
bisa menyelesaikan pakaian untuk sekitar 800 orang. "Untuk itu
kami harus mengerahkan 60 orang tenaga pengukur, kata Surya
pemilik `Tropic Tailor' itu. Sebagai satu-satunya penjahit.
Surya tentu-saja kewalahan menghadapi keluhan yang macam-macam
dari pihak pemesan. Ada yang warnanya salah, ada yang ketukar
bahkan ada yang akan mengambil barangnya di Jl. Antara ternyata
sudah dibawa ke Hotel Indonesia. Untuk yang terakhir ini Surya
terpaksa mengalah dengan menyuruh pembantunya mengambil pakaian
yang sudah jadi itu dan kemudian menyerahkannya pada pemesan di
tempat Surya bekerja.
Namun di samping sibuknya Surya, soal harga yang Rp 92.500 itu
rupanya yang paling menggegerkan berbagai pihak. Seorang pekerja
di penjahit itu bercerita pada Slamet Djabarudi dari TEMPO,
"kalau dalam keadaan normal ongkos jahit 1 stel jas Rp 40.000
dengan bahan yang serupa dipakai anggota DPR harganya Rp
35.000." Total seluruhnya Rp 75.000. "Tapi itu dalam keadaan
normal lho," tambahnya. Sedang untuk anggota wanita, LPU
menyediakan dana Rp 75.000 per orang untuk membeli pakatan. Dan
bagi mereka tentu saja tak diharuskan berpakaian seragam, "soal
model dan bahan sepenuhnya diserahkan pada yang bersangkutan,
"kata R. Sumardi Kepala Bagian Humas LPU. Mungkin sebab itu
pulalah, Ida Ayu Utami Pidada yang pada hari itu juga dilantik
sebagai anggota DPR dari fraksi Karya memilih kebaya modal
encim.
Cuma soal jatuhnya order menjahitkan pakaian ini didasarkan
tender atau tidak. Sumardi mengatakan, "berdasarkan keputusan
Mendagri, itu ditenderkan." Dan Surya, walaupun tak membaca
pengumuman tender melalul koran termasuk beruntung karena
mendapat surat dari LPU mengenai dibukanya penawaran untuk
memborong. Yang pasti tak semua anggota pada hari berbahagia itu
memakai jas buatan penahit Surya. "Saya sengaja minta
diselesaikan setelah hari pelantikan, kata drs. Suryadi dari
fraksi PDI. Dia rupanya belum lupa dengan pengalaman pada
'pelantikan anggota DPR/MPR tahun 1972. Meskipun diborongkan
pada 3 perusahaan penjahit, ternyata banyak di antara anggota
yang kecewa ketika jas itu sudah selesai. Ada yang tangannya
kependekan, ada yang merasa kedodoran, dan sebagainya. "Saya
lebih baik pakai jas yang lama saja," kata Suryadi. Dan soal
harga, "memang terlalu mahal," kata Suryadi pula.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini