Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

"natuna adalah indonesia..." natuna adalah indonesia

Kunjungan menlu vietnam, nguyen co tach di jakarta antara lain menyinggung masalah landas batas kontingen di perairan kepulauan natuna. (nas)

6 November 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA yang menarik dari kunjungan empat hari Menlu Nguyen Co Tach di Jakarta. Ditempatkan di tingkat lima Hotel Indonesia dengan AC hotel yang belakangan ini sering tak mengeluarkan hawa sejuk, Menlu Republik Sosialis Vietnam itu nampak agak letih, dengan uban yang semakin banyak menghias rambutnya yang pendek. "Saya merasa sudah tua sekarang," katanya setengah berkelakar. Nguyen Co Tach, 59 tahun, yang dalam Kongres ke-5 Partai Komunis Vietnam akhir Maret lalu terpilih sebagai anggota pengganti dalam Politbiro seluruhnya cuma terdiri dari 15 orang-dengan sendirinya mempunyai beban yang lebih berat sebagai urubicara partai ke luar negeri. Ia merasa makin banyak kerja dan kurang tidur." Dalam kedudukan yang senior itu, tak mengherankan kalau ia tetap menempuh 'garis keras' dalam beleid politik luar negerinya, terutama kalau sudah bicara soal Kampuchea. Dalam suatu kesempatan pekan lalu, juga dalam konperensi pers di Ruang Madura di HI Senin November Menlu Co Tach mengulangi lagi kata irreversible tentang Kampuchea. Maksudnya, keadaan Kampuchea sekarang tak bisa dikembalikan seperti semula. Ia tetap menolak desakan segenap anggota konpc ensl internasional tentang Kampuchea (ICK) dalam PBB, agar Vietnam menarik mundur seluruh pasukannya dari bumi Kampuchea. Ia juga tak melihat Demokratik Kamboja, koalisi kelompok Sihanouk, Son Sann dan Khieu Sampan akan berhasil, Dan ia beranggapan tambahan 13 suara yang mendukung kursi Demokratik Kamboja di PBB, 26 oktober lalu tak berarti banyak. "Yah, apa artinya tambahan dukungan dari negeri-negeri kecil yang baru dilahirkan, seperti Santa Lucia dan Barbados," katanya. "Negeri-negeri yang kebanyakan di Pasifik itu dengan mudah dipengaruhi negara seperti AS." Tak adakah alan zig-zag dalam diplomasi Vietnam? "Jalan itu tetap terbuka asal ICK tidak bersikap keras, ingin kami pergi semua dari Kampuchea," katanya. Hanoi rupanya lebih bisa menerima adanya gagasan penarikan sebagian pasukan Vietnam. "Kalau ide itu mereka terima, kami bersedia untuk membicarakannya," kata Menlu Co Tach. "Paling tidak untuk daerah-daerah di dekat perbatasan Muangthai, yang paling dikhawatirkan mereka." Seluruh pasukan Vietnam yang ditempatkan di Kampu chea, konon mencapai antara 180.000 - 200.000 orang. Namun beg]tu, ia tak memberi kesempatan sama sekali terhadap Pangeran Sihanouk, Presiden dari Demokratik Kamboja, kelak akan bisa tampil sebagai pemimpin yang disegani di Kampuchea sekarang. "Rakyat di Kampuchea kini malah semakin jauh dari Sihanouk, karena dia telah terang-terangan mendukun, Pol Pot," kata Co Tach. Menurut dia, sebelum lahirnya koalisi itu, nama Sihanouk mungkin masih punya tempat di beberapa kalangan di Kampuchea, terutama kalangan terpelajar dan orang tua. Trauma terhadap keganasan Pol Pot memang belum luntur di Kampuchea. Dan menurut Menlu Co Tach, orang di Kampuchea lebih takut dengan suara kapak yang banyak digunakan rezim Pol Pot untuk membunuhi rakyat, daripada suara bedil. Bisa dimengerti kalau Menlu Mochur Kusumaatmadja dikabarkan lebih banyak mendengarkan tamunya, selama pembicaraan lebih satu jam di Deplu, Jumat lalu, yang disambung dengan makan siang bersama di restoran La Parisienne di Hotel Aryaduta Hyatt, Jakarta. Dan di hari Minggu, sehari sebelum Co Tach bertemu Presiden Soeharto, Menlu Mochtar juga membiarkan tamunya bersantai di Bina Ria, Ancol, melihat-lihat Pasar Seni dan ikut menari-nari dengan rombongan Reog Ponorogo. Suasana rileks seperti itu agaknya diinginkan Menlu Vietnam itu, yang beberapa hari sebelum bertolak ke Jakarta, baru menempuh perjalanan jauh dari Havana. "Saya masih mengidap jet-leg yang melelahkan ini," katanya kepada Fikri Jufri dari TEMPO. Selain bersantai sebentar, Menlu Co Tach memanfaatkan kunjungannya untuk bertukar pikiran dengan Menteri Pertanian Sudarsono. Negerinya yang berpenduduk sekitar 50 juta sering dilanda angin topan yang merusak daerah pertanian, terutama di bagian utara. Dan Oktober ini, di musim dingin yang mulai menusuk daerah utara, serangan topan dari laut kembali melanda beherapa daerah pertanian. Panen tahun ini yang menurut Menlu Co Tach mencapai 16 juta ton, hanya sedikit bertambah dibandingkan panen tahun lalu yang di atas 15 juta ton. Ia juga bertemu dengan Menteri Perdagangan dan Koperasi Radius Prawiro. Untuk apa? "Kami bermaksud membeli tekstil dari Indonesia," katanya. "Bukan' yang halus, tapi tekstil kasar yang biasa dipakai penduduk di Vietnam." Tak diketahui apakah Menlu Co Tach juga menyinggung masalah landas batas kontinen di perairan Kepulauan Natuna. Sampai sekarang, masih timbul beda pendapat antara Indonesia dan Vietnam menyangkut daerah seluas 40.000 km persegi di perairan Laut Cina Selatan yang kaya cadangan minyak dan gas tersebut. Vietnam mengamlt teori Thalweg, mengukur batas kedua negara berdasarkan lekuk dasar laut paling atas. Sedang Indonesia menganut teori equi distance, mengukur dari pantai paling luar kedua negara, kemudian dibagi dua. Dan ketika seorang wartawan menanyakan hal itu kepada Menlu Co Tach, dengan tangkas ia menjawab: "Natuna adalah Indonesia . . . "Ia tak melanjutkan, apakah yang dimaksudkan dengan "Natuna" itu adalah pulaunya, yang memang milik Indonesia, atau batas-batas perairannya. Kabarnya telah disepakati untuk menempuh jalan tengah yang disebut equity line. "Barangkali lewat jalan itu penyelesaian akan bisa ditempuh dalam satu-dua kali perundingan," kata seorang di Deplu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus