ADA yang menarik dari kunjungan empat hari Menlu Nguyen Co Tach
di Jakarta. Ditempatkan di tingkat lima Hotel Indonesia dengan
AC hotel yang belakangan ini sering tak mengeluarkan hawa sejuk,
Menlu Republik Sosialis Vietnam itu nampak agak letih, dengan
uban yang semakin banyak menghias rambutnya yang pendek.
"Saya merasa sudah tua sekarang," katanya setengah berkelakar.
Nguyen Co Tach, 59 tahun, yang dalam Kongres ke-5 Partai Komunis
Vietnam akhir Maret lalu terpilih sebagai anggota pengganti
dalam Politbiro seluruhnya cuma terdiri dari 15 orang-dengan
sendirinya mempunyai beban yang lebih berat sebagai urubicara
partai ke luar negeri. Ia merasa makin banyak kerja dan kurang
tidur."
Dalam kedudukan yang senior itu, tak mengherankan kalau ia tetap
menempuh 'garis keras' dalam beleid politik luar negerinya,
terutama kalau sudah bicara soal Kampuchea. Dalam suatu
kesempatan pekan lalu, juga dalam konperensi pers di Ruang
Madura di HI Senin November Menlu Co Tach mengulangi lagi
kata irreversible tentang Kampuchea. Maksudnya, keadaan
Kampuchea sekarang tak bisa dikembalikan seperti semula.
Ia tetap menolak desakan segenap anggota konpc ensl
internasional tentang Kampuchea (ICK) dalam PBB, agar Vietnam
menarik mundur seluruh pasukannya dari bumi Kampuchea. Ia juga
tak melihat Demokratik Kamboja, koalisi kelompok Sihanouk, Son
Sann dan Khieu Sampan akan berhasil, Dan ia beranggapan tambahan
13 suara yang mendukung kursi Demokratik Kamboja di PBB, 26
oktober lalu tak berarti banyak. "Yah, apa artinya tambahan
dukungan dari negeri-negeri kecil yang baru dilahirkan, seperti
Santa Lucia dan Barbados," katanya. "Negeri-negeri yang
kebanyakan di Pasifik itu dengan mudah dipengaruhi negara
seperti AS."
Tak adakah alan zig-zag dalam diplomasi Vietnam? "Jalan itu
tetap terbuka asal ICK tidak bersikap keras, ingin kami pergi
semua dari Kampuchea," katanya. Hanoi rupanya lebih bisa
menerima adanya gagasan penarikan sebagian pasukan Vietnam.
"Kalau ide itu mereka terima, kami bersedia untuk
membicarakannya," kata Menlu Co Tach. "Paling tidak untuk
daerah-daerah di dekat perbatasan Muangthai, yang paling
dikhawatirkan mereka." Seluruh pasukan Vietnam yang ditempatkan
di Kampu chea, konon mencapai antara 180.000 - 200.000 orang.
Namun beg]tu, ia tak memberi kesempatan sama sekali terhadap
Pangeran Sihanouk, Presiden dari Demokratik Kamboja, kelak akan
bisa tampil sebagai pemimpin yang disegani di Kampuchea
sekarang. "Rakyat di Kampuchea kini malah semakin jauh dari
Sihanouk, karena dia telah terang-terangan mendukun, Pol Pot,"
kata Co Tach. Menurut dia, sebelum lahirnya koalisi itu, nama
Sihanouk mungkin masih punya tempat di beberapa kalangan di
Kampuchea, terutama kalangan terpelajar dan orang tua. Trauma
terhadap keganasan Pol Pot memang belum luntur di Kampuchea. Dan
menurut Menlu Co Tach, orang di Kampuchea lebih takut dengan
suara kapak yang banyak digunakan rezim Pol Pot untuk membunuhi
rakyat, daripada suara bedil.
Bisa dimengerti kalau Menlu Mochur Kusumaatmadja dikabarkan
lebih banyak mendengarkan tamunya, selama pembicaraan lebih satu
jam di Deplu, Jumat lalu, yang disambung dengan makan siang
bersama di restoran La Parisienne di Hotel Aryaduta Hyatt,
Jakarta. Dan di hari Minggu, sehari sebelum Co Tach bertemu
Presiden Soeharto, Menlu Mochtar juga membiarkan tamunya
bersantai di Bina Ria, Ancol, melihat-lihat Pasar Seni dan ikut
menari-nari dengan rombongan Reog Ponorogo.
Suasana rileks seperti itu agaknya diinginkan Menlu Vietnam itu,
yang beberapa hari sebelum bertolak ke Jakarta, baru menempuh
perjalanan jauh dari Havana. "Saya masih mengidap jet-leg yang
melelahkan ini," katanya kepada Fikri Jufri dari TEMPO.
Selain bersantai sebentar, Menlu Co Tach memanfaatkan
kunjungannya untuk bertukar pikiran dengan Menteri Pertanian
Sudarsono. Negerinya yang berpenduduk sekitar 50 juta sering
dilanda angin topan yang merusak daerah pertanian, terutama di
bagian utara. Dan Oktober ini, di musim dingin yang mulai
menusuk daerah utara, serangan topan dari laut kembali melanda
beherapa daerah pertanian. Panen tahun ini yang menurut Menlu Co
Tach mencapai 16 juta ton, hanya sedikit bertambah dibandingkan
panen tahun lalu yang di atas 15 juta ton.
Ia juga bertemu dengan Menteri Perdagangan dan Koperasi Radius
Prawiro. Untuk apa? "Kami bermaksud membeli tekstil dari
Indonesia," katanya. "Bukan' yang halus, tapi tekstil kasar yang
biasa dipakai penduduk di Vietnam."
Tak diketahui apakah Menlu Co Tach juga menyinggung masalah
landas batas kontinen di perairan Kepulauan Natuna. Sampai
sekarang, masih timbul beda pendapat antara Indonesia dan
Vietnam menyangkut daerah seluas 40.000 km persegi di perairan
Laut Cina Selatan yang kaya cadangan minyak dan gas tersebut.
Vietnam mengamlt teori Thalweg, mengukur batas kedua negara
berdasarkan lekuk dasar laut paling atas. Sedang Indonesia
menganut teori equi distance, mengukur dari pantai paling luar
kedua negara, kemudian dibagi dua.
Dan ketika seorang wartawan menanyakan hal itu kepada Menlu Co
Tach, dengan tangkas ia menjawab: "Natuna adalah Indonesia . . .
"Ia tak melanjutkan, apakah yang dimaksudkan dengan "Natuna" itu
adalah pulaunya, yang memang milik Indonesia, atau batas-batas
perairannya. Kabarnya telah disepakati untuk menempuh jalan
tengah yang disebut equity line. "Barangkali lewat jalan itu
penyelesaian akan bisa ditempuh dalam satu-dua kali
perundingan," kata seorang di Deplu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini